Haii semua.. kali ini saya memposting tugas kuliah saya di semester 3 yaitu tugas Mata Kuliah Sosiologi Terapan.
Disiplin ilmu yang tidak berupaya untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial disebut dengan teori yang bebas nilai. Menurut Lincoln dan Guba, disiplin ilmu yang bebas nilai sudah lama ditinggalkan orang. Tidak ada disiplin ilmu yang bekerja dalam suasana value and moral free. Selama ilmu itu dikembangkan dan terjadi dalam masyarakat manusia, tidak mungkin ilmu bebas dari orang yang mengembang kannya. Sebagai manusia, orang yang mengembangkan nya tidak mungkin melepaskan diri dari nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat. Apalagi sosiologi sebagai salah satu dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang berhubungan dengan nilai dan moral yang berlaku pada seseorang dan masyarakat sebagai objek kajiannya, keterkaitan nya dengan nilai dan moral sangat kuat.
Peranan sosiologi sangat diharapkan, terutama dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang sering muncul sekarang ini di Indonesia. Misalnya, banyak pembangunan yang sudah dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan masyarakat kurang berhasil karena tidak memerhatikan latar belakang dan kondisi sosialnya. Munculnya konflik antarkampung atau perpecahan di daerah, dari yang dilatarbelakangi oleh hal-hal sepele sampai pertentangan karena perbedaan suku, agama, dan ras merupakan akibat dari urangnya hubungan dan interaksi sosial. Dengan demikian, hal tersebut dapat memicu terjadinya disintegrasi bangsa. Selain itu, banyaknya tindakan di luar aturan nilai dan norma akibat kurangnya pemahaman dan kesadaran terhadap unsur-unsur nilai dan norma pada masyarakat. Menerapkan pengetahuan sosiologi, terutama dalam kehidupan masyarakat di Indonesia yang majemuk sudah menjadi hal yang penting dan mendesak. Hal ini mengingat banyak munculnya masalah-masalah sosial akhir-akhir ini.
Sejak awal telah dikemukakan bahwa dilihat dari hakikat keilmuan dan kriteria yang dimiliki, sosiologi merupakan ilmu murni (pure science). Sebagaimana menurut Bertrand, suatu ilmu pengetahuan yang bersifat murni berarti terlepas dari kegunaan praktis secara langsung. Kecenderungan ini dinilainya sebagai usaha untuk menghindarkan penyelewengan ilmiah yang bisa terjadi apabila ilmu-ilmu itu dipakai oleh seseorang untuk mempelajari pemecahan-pemecahan masalah praktis, seperti masalah-masalah sosial. Walaupun demikian, bukan berarti sosiologi tidak dapat menyumbang kan ilmunya untuk kepentingan masyarakat. Lahirnya sosiologi sebagai ilmu pengetahuan menurut Comte justru diarahkan untuk meneliti gejala-gejala dan masalah-masalah sosial yang muncul saat itu. Bahkan di awal perkem bangannya, banyak kesan yang muncul bahwa sosiologi merupakan ilmu yang abstrak.
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat memiliki pokok-pokok (intisari) keilmuan yang
dikhususkan pada aspek struktur sosial (meliputi kaidahkaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial), dan dinamika sosial. Hal ini meliputi proses sosial dan perubahan-perubahan sosial. Adapun proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Pokok-pokok keilmuan tersebut merupakan pengetahuan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat berarti didasarkan pada hubungan antarmanusia, hubungan antarkelompok, serta hubungan antara manusia dan kelompok, di dalam proses kehidupan ber masyarakat.
Di dalam pola hubungan-hubungan tersebut, yang lazim disebut interaksi sosial, terdapat hubungan saling memengaruhi sehingga ter bentuk lah kepribadian-kepribadian tertentu sebagai akibatnya. Proses saling memengaruhi melibatkan unsur-unsur yang baik dan benar, serta unsur-unsur lain yang dianggap salah dan buruk, yang lazim disebut kaidah-kaidah sosial (nilai dan norma sosial). Unsur-unsur mana yang lebih berpengaruh biasanya bergantung pada mentalitas individu yang menerima. Artinya, sampai sejauh mana individu tersebut mampu menyaring unsur-unsur luar yang diterimanya melalui proses sosialisasi.
Sosialisasi tersebut merupakan suatu kegiatan yang bertujuan agar individu yang dididik atau diajak mau mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dan dianut oleh masyarakat. Tujuan pokok adanya sosialisasi tersebut bukanlah semata-mata agar kaidahkaidah dan nilai-nilai diketahui serta dimengerti. Tujuan akhirnya adalah agar manusia mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku serta agar seseorang mampu menghargainya.
Di dalam proses sosialisasi, khususnya yang tertuju pada anak dan remaja, terdapat berbagai pihak yang mungkin berperan. Pihakpihak tersebut dapat dinamakan sebagai lingkungan-lingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu. Tinjauan sosiologis lebih memusat kan perhatian pada lingkungan ini, yang memiliki peranan nyata atau sesungguhnya dalam pembentukan pola perilaku (tindakan sosial) anak dan remaja, tanpa mengabaikan peranan pribadi-pribadi yang tidak mustahil mempunyai pengaruh yang lebih besar. Lingkungan-lingkungan yang dimaksud adalah:
1. keluarga,
2. kelompok sepermainan, dan
3. kelompok pendidik (sekolah).
Lingkungan tersebut hanya sebagai lingkungan pokok dalam menerapkan pengetahuan sosiologi, yang sangat dominan dalam memengaruhi pembentukan kepribadian dan pola perilaku anak atau remaja. Tentunya lingkungan-lingkungan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang lebih besar, misalnya lingkungan tetangga, lingkungan bekerja, lingkungan organisasi, lingkungan masyarakat, dan bagian-bagiannya, bahkan negara sebagai lingkungan sosial-ekonomi-politik. Dengan demikian, pengaruhpengaruh tersebut menjadi kajian sosiologi atau dijadikan referensi sebagai teori yang lahir karena kondisi objektif di masyarakat perlu ditinjau kembali untuk diterapkan dalam masyarakat. Sosiologi tidak hanya diketahui dan dipahami sebagai potret ilmu sosial, namun bagaimana kemudian dari potret tersebut mampu ditemukan keadaan yang sebenarnya.
Recent Comments