Kotak Biru Muda

12144242_433667920153407_572361458_n
(https://scontent.cdninstagram.com/hphotos-xtp1/t51.2885-15/s320x320/e35/12144242_433667920153407_572361458_n.jpg)

Hai-hai sobat ilmu, masih semangat kan?? Kali ini penulis iseng-iseng membuat sebuah cerpen, tetapi sebenarnya juga karena ada request dari teman penulis. Kami berteman sejak TK, sekarang dia juga sedang berjuang menempuh pendidikan di salah satu PTN di Jawa Tengah, semangat kawan 😀 Oh ya, walaupun cerpen ini terinspirasi dari kisah teman penulis, tetap saja sudah penulis bumbui dengan unsur imajinasi :D. Oke tidak usah berlama-lama lagi, pasti sobat ilmu sudah tidak sabar untuk membacanya kan?? Selamat membaca 🙂

Sekilas wajah itu kembali muncul di dalam ingatanku. Wajah yang begitu teduh dengan senyum simpulnya. Oh Tuhan, ku mohon jangan Kau seret aku kembali ke dalam pusaran masa lalu itu. Aku tidak ingin sosok itu kembali hadir di dalam hidupku. Tapi, benarkah aku sudah sepenuhnya tidak menginkan dia lagi?? Apakah rasa sakit yang ku rengkuh selama ini masih menguasai hati ini?? Jika memang benar, maka aku tidak akan mencoba menangkap bayangan itu, aku tidak ingin terjerembab menerima luka yang sama. Luka yang didapat dari seseorang yang pernah menghiasi hari-hariku.

Ahh, tapi tidak ada salahnya bernostalgia dengan masa indah itu, anggap saja diriku ini tengah menonton sebuah film lama. Ku langkahkan kaki tuk mengambil secangkir susu cokelat yang telah menantiku dengan uap hangatnya yang menari-nari. Ku minum satu teguk, ohh hangatnya membasahi kerongkonganku yang kering. Ya, kering seperti hatiku yang sudah lama kututup.

Ya ampun, sudah jam berapa ini? Ku bergegas menuju ruang tengah, segera ku nyalakan Televisi, aku tidak ingin melewati tayangan kesukaanku. “True Love” judul tayangan yang kunantikan telah dimulai, dimana sang pemain pria tengah memberikan sebuah cincin bertahtakan butiran berlian kepada pemain wanitanya. Oh tidak, lagi-lagi ini mengingatkanku akan sosok itu. Dulu dia juga pernah melakukan hal yang sama padaku, tetapi bedanya bukan cincin berlian yang ia beri. Anehnya, saat itu dengan senang hati aku menerimanya, yaah tetapi setelah ku berpikir hal itu wajar saja. Aku tersenyum memandangi kotak biru muda itu. Ku dekap erat kotak itu dan tak terasa air mataku mengalir melalui sudut mataku. Ah sudah malam rupanya, segera ku beranjak tuk pergi tidur.

“Di daun yang ikut mengalir lembut….”. Oh sial, alarm itu mengacaukan mimpiku. Tetapi entah mengapa lagu itu selalu membuatku merasa yakin bahwa suatu saat di ruang rindu kita akan bertemu kembali. Hal itu kini sudah terbukti, saat liburan musim panas aku mencoba pulang tuk menumpahkan seluruh kerinduan pada kedua orang tuaku. Hal yang tak terduga terjadi disana. Wajah itu begitu lurus menatapku. Masih sama seperti dulu, satu kata yang pertama keluar dari bibirnya adalah “Hai”. Seketika tubuhku terasa ringan. Tidak, tidak, perasaan ini tidak boleh menguasai hatiku. Segera ku tersadar dan langsung menjawab sapaannya, “Hai”. Apa yang terjadi selanjutnya?? Dia mengajakku ke suatu tempat. Tempat yang sangat ingin ku datangi. Ya, dia mengajakku tuk melihat keindahan waterfall, kucoba menyatu dengan alam, kututup wajahku dan kurasakan hembusan angin yang membawa butiran air menerpa wajahku. Oh, terimakasih Tuhan atas keindahan yang Kau ciptakan ini.

Waktu berlalu dengan cepat, hingga tak kusadari sudah waktunya tuk kembali memulai aktivitas rutinku, segera ku mencium tangan kedua orang tuaku seraya meminta doa keselamatan dan kemudahan. Kulirik jam tanganku, tinggal 10 menit waktu yang tersisa sebelum jadwal penerbanganku. Lambaian tangan mengiringi langkah kakiku. Sejenak bola mataku mencari sosok itu, tetapi hasilnya nihil.

“Kau datang dan pergi oh begitu saja….”. Lagu itu kembali terputar di handphone milikku, yah memang di dunia ini tidak ada yang abadi, semua bisa dengan mudah datang dan pergi. Begitu juga dengan dirimu, terimakasih untuk saat-saat indah yang pernah kita lewati bersama. Pertemuan itu menjadi pertemuan terakhirku dengannya. Kini dia sudah berada di tempat yang sangat jauh, tempat yang tak tergapai oleh raga ini. Benturan keras itu menyebabkan dia pergi saat menuju bandara, dan seseorang menemukan sebuah kotak berwarna biru muda dalam genggamannya. The End 🙂

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

2 comments

  1. ceritanya bagus mba 🙂

    • Aul on Desember 8, 2015 at 4:53 am
    • Balas

    kereen 😀 잘 했어 (y)

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: