• Thursday, November 19th, 2015

Repack atau istilah orang awamnya itu (membungkus kembali )bisa menjadi batu locatan untuk pebisnis makanan yang baru memulai usahanya.Repack bisa dimulai dari membeli makanan ringan yang berukuran bal-balan (bungkus besar) kemudian membungkusnya dengan ukuran yang lebih kecil. Repack bisa dari makanan yang ringan seperti kerupuk rasa,keripik,dan makanan ringan lainnya. Nah,berikut akan saya bagikan tips cara merepack.Alat dan bahan dalam kegiatan repack yaitu:

 

Alat:

-Sarung tangan

-Celemek

-Masker

-Hand Impulse Sealer

-Plastik sesuai dengan ukuran yang diinginkan

-Timbangan

-Gunting

 

Bahan:

-Makanan ringan

-Label makanan

Sebelum kita melakukan kegiatan repack,terlebih dahulu kita memakai APD(Alat Perlindungan Diri),seperti sarung tangan,celemek,dan masker ,itu adalah contoh sederhana dari APD,selain untuk melindungi diri,hal itu juga dimaksudkan untuk menjaga kehigienisan makanan yang akan direpack. Tahap-tahap dalam merepack adalah sebagai berikut:

1.Membuka makanan ringan dengan gunting(dalam ukuran yang tidak terlalu besar).

Hal ini dimaksudkan agar makan yang akan direpack tetap renyah

2.Ambil makanan yang direpack (keadaan tangan menggunakan sarung tangan)

3.Timbang makanan yang akan direpack sesuai dengan ukuran dan masukkan ke dalam plastik

Hal ini dimaksudkan agar dalam merepack ukurannya sama

4.Sembari menimbang makanan,panaskan hand impulse dengan lisrik,tunggu beberapa saat

5.Setelah cukup panas,taruhlah ujung plastik  di atas hand impulse

6.Tekan hand impulse kuat-kuat

7.Cek dahulu apakah ada kebocoran di plastik

8.Setelah plastik tertutup rapat,taruhlah label makanan di atas plastik

9.Makanan ringan repack siap didistribusikan

 

Nah,gimana tahap-tahapnya? Mudah bukan? Produk repack yang kecil  bisa menghasilkan omset yang besar. Kenapa? Karena dari makanan ringan yang bal-balan itu bisa menghasilkan produk kecil yang banyak,yang apabila diakumulasikan omsetnya melebihi harga jualnya.Selamat berbisnis yaa,selamat berjuang meraih keuntungan dengan cara halal J. Semoga sukses!

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah hasil karya saya sendiri dan bukan jiplakan”

 

 

• Thursday, November 19th, 2015

‘Pelangi-pelangi alangkah indahmu merah kuning hijau di langit yang biru’. Sebuah petikan syair lagu anak-anak yang sudah jarang terdengar pada era ini. Musik tak bisa lepas dari kehidupan,zaman semakin maju,musikpun semakin maju. Dari sebuah musik,tercipta sebuah lagu.Di Indonesia sendiri,musik sudah tak asing lagi,baik lagu beraliran pop,jazz,rock,dangdut,dll. Banyak sekali lagu telah tercipta,di Indonesia ini dari lagu untuk anak-anak hingga lagu untuk orang dewasa Lagu anak-anak menjadi pengantar awal pengenalan sebuah musik.Selain nada dan iramanya yang masih sederhana,syair lagu anak-anak juga mengandung nilai moral,seperti lagu (Kring Ada Sepeda) yang memberikan motivasi jika ingin mendapatkan hadiah bersikaplah menjadi anak yang rajin bekerja dan rajin membantu. Ngga percaya? Coba dinyaiin sendiri deh.Nilai peduli terhadap sesama juga terdapat dalam syair lagu(Satu-Satu) yang memberikan petuah agar sayang terhadap keluarga sendiri dan kepada semuanya. Masih bingung dimana letak petuahnya? Ayo coba menyayi dulu..
Tingkah laku anak-anak memang menggemaskan,apalagi jika disuruh untuk belajar,kebanyakan anak-anak lebih memilih untuk bermain,daripada belajar.Betul apa betul? Memang wajar,jika anak-anak berlaku demikian. Terus,bagaimana caranya memperkenalkan warna warna dasar sebagai bekal pendidikan? Tenang,tenang lagu anak-anak bisa jadi andalan. Loh,lagu anak-anak lagi? Lagu anak-anak memang syairnya mendidik,untuk memperkenalkan warna dasar pada anak bisa dengan mengajak anak-anak untuk bernyayi sambil bermain dan tak lupa belajar dengan lagu (Balonku Cipt:Pak Kasur) dan lagu(Pelangi Cipt:AT Mahmud).Selamat berrnyayi dan temukan banyak warna dalam kedua lagu tersebut ya..
Walaupun lagu anak-anak memang memiliki banyak nilai positif,di zaman sekarang ini lagu anak-anak kalah dengan lagu untuk orang dewasa. Anak-anak kecil lebih hafal bahkan fasih jika disuruh untuk menyayikan lagu yang tidak sesuai dengan umurnya,seperti lagu cinta bahkan lagu galau :D.Untuk itu,mari kita kenalkan lagu anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya. Itu semua bisa dimulai dari lingkungan keluarga,seperti membelikan kaset lagu anak-anak dan juga mengajak anak anak untuk bernyanyi bersama.Apabila anak-anak sudah memasuki dunia sekolah,lingkungan sekolah seperti PAUD atau TK juga dapat memperkenalkan lagu anak-anak sebagai perantara pendidikan.Jangan lupa untuk mengenalkan lagu anak kepada anak cucu kita nanti yaa, terimakasih 
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah hasil karya saya sendiri dan bukan jiplakan”

• Thursday, November 19th, 2015

 

Ingkung Syuran?Apa si ingkung syuran itu? Kata tersebut masih terlalu asing untuk didengar orang awam,tapi tidak untuk warga desa Kuwarisan. Ya,Kuwarisan adalah nama salah satu desa di Kebumen,Jawa Tengah,tepatnya di Kelurahan Panjer. Tradisi syuran merupakan kegiatan wajib setiap tahunnya di Bulan Syura. Syuran wajib dibuat oleh setiap keluarga yang di Kuwarisan. Bahkan sesorang yang tinggal di daerah lain yang sudah berkeluarga namun merupakan keturunan Kuwarisan,juga wajib untuk membuatnya.Tradisi ini diselenggarakan setiap hari Jum’at Kliwon di bulan Syura bertempat di pelataran masjid Banyumudal,Panjer,Kebumen.,
Tradisinya adalah membuat ingkung ayam yang berasal dari ayam jantan atau jengger atau ayam betina yang belum pernah bertelur. Cara mambuat ingkung adalah ayam digulai kemudian dimasukkan ke dalam rantang dalam keadaan ingkung. Selain membuat ingkung,ibu-ibu yang memasaknya juga biasa menambahkan lauk pauk dan rempeyek.Di dalam cara memasaknya,hal yang tidak boleh dilakukan adalah mencicipi setiap makanan yang dimasak kecuali jika sudah ada makanan yang disisihkan untuk dibawa ke masjid dan dibacakan tahlil di masjid. Kenapa tidak boleh dicicipi? Apakah ini mistis?? Eitts,, nanti dulu,jangan berfikir kearah mistis dulu ya,larangan untuk tidak mencicipi masakan itu bisa dijelaskan secara nalar,yaitu kebiasaan orang dahulu yang mengedapankan rasa sopan santun yang tinggi.Jadi makanan yang dimasak tidak boleh dicicipi karena’saru’.
Filosofi hidup yang lain terdapat pada pemilihan ayam yang dimasak,ayam yang dibuat ingkung itu haruslah yang muda,jika diibaratkan masa manusia,masa tersebut adalah masa remaja yang mana masa remaja adalah masa yang produktif,masa yang subur. Posisi ayam yang dibuat ingkung juga difilosofikan seperti manusia,bahwa diharapkan manusia meninggal dalam keadaan sholat (posisi sayap ayam yang ditelungkupkan ke dada seperti manusia yang sedang sholat dalam posisi tangan di lipat di atas dada). Acara dimulai setelah sholat Jum’at yang syuran dimulai dengan kirab tumpeng dan ingkung dari Kantor Balai Desa Panjer menuju masjid Banyumudal. Ada juga beberapa rantang ingkung yang dibawa menggunakan becak.. Terus kapan dong makan ingkungnya ?? Sabar sabar sebentar ya, ingkung boleh dimakan setelah acara doa tahlil bersama yang dipimpin oleh seorang Kyai .Rekor muri juga pernah dipecahkan dari acara ingkung ini. Selain sebagai sebuah tradisi,acara ini juga menjadi jembatan silaturahmi antar warga.Ingkung ini juga sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat kepada Alloh SWT yang telah memberikan rezeki yang akhirnya ingkung ini bisa dimakan bersama sama dengan keluarga. Dari anak balita hingga lansia turut berpartisipasi meramaikan tradisi ini.Mari kita lestarikan berbagai tradisi di daerah kita untuk kekayaan negara Indonesia.
“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah hasil karya saya sendiri dan bukan jiplakan”

• Tuesday, November 17th, 2015

Tema:Membangun Rumah Ilmu Untuk Mewujudkan Universitas Konservasi Bereputasi#2

Universitas Konservasi. Jika mendengar 2 kata itu,sudah pastilah ingatan seseorang melekat dengan nama kampus Unnes. Unnes merupakan kampus yang ramah lingkungan serta peduli terhadap alam sekitar. Unnes juga merupakan rumah ilmu. Lantas,apa  sih yang disebut dengan rumah ilmu?? Seperti yang kita ketahui,rumah adalah suatu sebutan sebuah tempat untuk berlindung dan bernaung. Pengertian ilmu sendiri adalah suatu wawasan/pengetahuan. Jadi rumah ilmu adalah sebuah tempat untuk bernaung yang didalamnya kaya wawasan/pengetahuan. Apakah dalam pembangunan rumah ilmu itu sesuka hati? Tentu tidak,dalam pembangunan rumah ilmu juga harus memperhatikan banyak aspek,seperti aspek keamanan,kestrategisan,kenyamanan dan tak lupa yang wajib diperhatikan adalah mengenai lahan yang digunakan dalam pembangunan rumah ilmu.

Dalam memilih suatu lahan, dilihat dahulu apakah lahan tersebut merupakan lahan produktif dalam artian lahan tersebut merupakan lahan yang subur,atau lahan kosong yang struktur tanahnya sendiri memang gersang. Jika dalam pemilihan lahan sudah benar,dan memulai menuju proses pembangunan,rumah ilmu tersebut hendaknya diitanami tumbuh-tumbuhan  dan membuat aturan kebijakan penggunaan air,wajib merawat tanaman,meminimalisir penggunaan kertas,dll. Aturan tersebut sebagai perwujudan dari nilai konservasi. Melakukan hal yang sederhana,seperti membuang sampah pada tempatnya dan mengelompokannya,termasuk dalam sampah organik atau non organik.

Apakah sampah selalu tak berguna? Itu dulu, tapi sekarang di tangan-tangan para kreator ,sampah organik seperti koran bekas diubahnya menjadi barang yang bernilai tinggi. Lantas bagaimana dengan nasib sampah organik? Sampah organik yang berupa daun-daun pohon kering bisa diolah menjadi pupuk tanaman. Hal itu bisa mendukung gerakan konservasi.Konservasi itu mudah,tergantung dari niat dan kemauan kita .Konservasi bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana Namun kaya akan manfaat.Rumah ilmu bisa dimanfaatkan sebagai wadah mahasiswa untuk mengembangkan kepekaan diri terhadap lingkungan,lewat gerakan gerakan konservasinya yang sederhana bisa membentuk karakter sebagai kader konservasi.Hal yang perlu diperhatikan adalah disini lebih dibutuhkan kerjasama antar pihak.Kerjasama gerakan konservasi akan mencapai rumah ilmu untuk mewujudkan konservasi bereputasi secara optimal.

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah hasil karya saya sendiri dan bukan jiplakan”

• Saturday, November 14th, 2015

Tema:Membangun Rumah Ilmu Untuk Mewujudkan Universitas Konservasi Bereputasi#1

Konservasi! Konservasi! Ya,istilah tersebut sering terdengar di Universitas Negeri Semarang. Unnes terkenal sebagai kampus konservasi,kampus yang memperhatikan lingkungan dan peduli terhadap alam sekitar. Lantas,bagaimana dengan mahasiswa mahasiswinya? Apakah tahu makna dari konservasi itu?

Saya rasa semuanya tak asing lagi dengan kata ‘konservasi’,namun belum sepenuhnya mengerti bahkan mau melakukan arti dari konservasi ini.Sedikit saya memperkenalkan arti dari konservasi itu sendiri,Konservasi adalah suatu cara seseorang/sekelompok orang dalam menjaga dan melestarikan suatu lingkungan,tetapi dalam menjaga dan melestarikannya tidak lupa untuk memperhatikan faedah yang diperoleh dari suatu lingkungan.

Perwujudan dari konservasi itu tidak hanya peduli terhadap alam sekitar,namun juga peduli terhadap moral pendidikan,seperti kegiatan membangun rumah ilmu untuk mewujudkan universitas konservasi bereputasi. Rumah ilmu sebagai tempat untuk menimba ilmu dan tempat untuk mengembangkan potensi diri secara bebas namun terkontrol.Rumah ilmu tidak hanya sebagai identitas untuk sebuah pencitraan diri,namun jauh dari itu rumah ilmu bisa dijadikan sebuah momentum untuk menyikapi kepekaan diri terhadap lingkungan sekitar dan kepedulian diri terhadap orang lain.

Oleh karena itu,untuk mewujudkan generasi yang cerdas pemikiran dan cerdas moral dibutuhkan suatu aksi konkret lewat pembangunan rumah ilmu.Materi yang diajarkan mengedepankan nilai konservasi. Seperti perwujudan ajakan  untuk  membuang  sampah pada tempatnya,menanam tanaman dan merawatnya,menggunakan air secara bijak,meminimalisir penggunaan kertas. Perwujudan itu bisa ditempuh lewat langkah konkret dengan memberikan contoh tindakan secara langsung dan mengajak orang lain untuk melakukannya juga. Rumah ilmu diharapkan mampu mencetak jiwa-jiwa yang cerdas,kreatif dan peduli terhadap lingkungan sekitar serta dapat melestarikanya  hingga dapat memperoleh suatu faedah dari perwujudan konservasi itu sendiri sehingga harapan untuk mewujudkan tunas-tunas bangsa yang memiliki jiwa konservasi bereputasi dapat tercapai secara maksimal.

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan adalah hasil karya saya sendiri dan bukan jiplakan”