“Saat dimana kaeadaan seakan berpihak padaku, adalah saat dimana aku masih diijinkan oleh fikiran masa kecilku untuk bebas menyelusuri dunia lewat imajinasi dangkalku. Saat dimana akau bebas untuk memilih, saat dimana aku bebas untuk bercita-cita, saat dimana aku bebas untuk meminta, saat dimana aku terbebas dari ejekan dan marahan, serta terbebas dari kata ‘jangan’. Karena disitulah saat emas yang aku rasakan. Dan sekarang era emasku berganti dengan era intan permata, yang jika aku tidak dapat mengubah intan permata itu menjadi ‘sesuatu’ yang berharga, maka aku tak ubahnya sebongkah batu tanpa bernilai guna”
Saat dimana saya ditanya “kau ingin menjadi apa?” saya menjawab bahwa akan menjadi seorang dokter. Jika menurut kebanyakan orang yang nomor satu adalah pendidikan, maka menurut saya yang paling penting dan menjadi nomor satu adlah kesehatan. Jika sehat, semua akan mudah untuk dilaksanakan, tentunya tak melupakan juga konsep bisa dan sempatnya. Kesehatan yang pertama, adalah kesehatan alami yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian dipelihara, sehingga makhluk manusia dapat merawat kondisi fisik dan psiskisnya dan mampu melaksanakan segala aktivitas apapun. Kebiasaan ketika makan, minum, buang air, berolahraga, dan memilah-milah berbagai asupan gizi addalah wujud dari tingkah laku manusia yang alami. Kenapa? Manusia secara biologis ingin memenuhi kebutuhan fisik dan sosialnya setiap saat, maka modal utama yang dibutuhkan madalah modal sehat. Dan saya sadar, kesehatan ini bukanlah kesehatan yang semata hanya dilihat dari sudut pandang medis saja, namun yang lebih mendasar dari itu adalah kesehatan dari perspektif budaya. kesehatan dari perspektif budaya tersebut bernama “Antropologi Kesehatan”
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri. Yaitu melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan diyakini di masyarakat, serta kebudayaan dan teknologi yang berkembang di masyarakat. Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empiris dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif. Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya sistem drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Kreta, dan bangsa Minoans . Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
Sedangkan Antropologi Kesehatan mempelajari bagaimana kesehatan individu, lingkungan yang dipengaruhi oleh hubungan antara manusia dan spesies lain, norma budaya dan institusi sosial, politik mikro dan makro, dan globalisasi. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kesehatan. Hal ini tidak lain karena pengertian budaya itu sendiri mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat dan kebiasaan. Ini dikarenakan budaya bersifat dinamis sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari kehidupan. Sebagai makhluk hidup yang menyadari akan pentingnya kesehatan, pemahaman akan budaya masyarakat sangat penting dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut .
Secara umum Antropologi Kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut : Memberikan cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya, dimana cara pandang yang tepat akan memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme, yang menjadi dasar pemikiran Antropologi dapat digunakan untuk menyelasaikan suatu masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan, dan sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan interpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.
Tak bisa bermimpi tanpa memiliki modal, tak bisa berkarya tanpa punya mimpi, dan tak akan dicatat dalam sejarah jika tidak ada bukti “nyata” jika tak pernah menorehkan karya .
Bukan modal materi yang paling utama, bukan pula modal bawaan atau gen yang sebagian orang meyakininya, namun modal mendasar bernama “kesehatan” yang semua orang membutuhkannya .
Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.
Komentar Terbaru