images

Thesis, Anithesis, dan sintesa. Sebuah kerangka berpikir Hegel yang dinamakan dialektika Hegel dapat digunakan dalam menganalisis fenomena sosial yang ada di masyarakat. Kasus yang marak terjadi di Indonesia adalah aborsi.

Aborsi menjadi fenomena yang tidak asing lagi untuk kita. Beberapa alasan yang menyebabkan seseorang memilih jalan aborsi diantaranya karena alasan untuk menyelamatkan sang ibu, kehamilan remaja, tekanan keuangan dan pemerkosaan.

Dalam analisis thesisnya, aborsi merupakan perbuatan tercela, perbuatan yang salah karena melanggar hak asasi manusia. Dari segi medis, ada banyak risiko kesehatan yang bisa membahayakan ibu jika aborsi tidak dilakukan oleh ahlinya. Seperti misalnya perdarahan, infeksi, trauma rahim, penyakit usus yang berujung pada kematian. Kemungkinan paling tinggi adalah risiko pendarahan dan trauma rahim yang membuat seorang wanita sulit hamil. Risiko depresi dan kecemasan yang membuat seorang wanita akan terganggu kejiwaannya. Angka kematian yang tinggi bisa jadi alasannya karena proses kelahiran yang tidak aman. Apalagi jika kita bicara mengenai kondisi ibu yang mengalami tekanan darah tinggi, jantung atau diabetes.

Tidak kita pungkiri bahwa alasan orang melakukan aborsi juga tidak semata-mata karena hal negatif saja. Dalam pandangan antithesisnya, aborsi juga dilegalkan. Karena jika aborsi tidak dilakukan akan menimbulkan dampak yang kurang baik untuk dirinya maupun si bayi. Baik dari kesehatan maupun dari psikologisnya. Misalkan saja dari segi medis, dalam kondisi-kondisi tertentu jalan melakukan aborsi dilakukan untuk menyelamatkan sang ibu. Faktor ekonomi juga menjadi alasan aborsi dilakukan. Perekonomian keluarga yang kurang menyebabkan seseorang memilih jalan untuk tidak melahirkan anak yang sudah ada didalam kandungannya. Ketakutan menambah dosa jika nantinya anak tersebut dilahirkan hanya akan ditelantarkan. Di kalangan remaja, melakukan aborsi merupakan jalan aman untuk menutupi perbuatan menyimpangnya. Ketakutan dirinya diasingkan dari lingkungannya mungkin juga menjadi faktor seseorang memilih jalan tersebut. Dalam kasus pemerkosaan yang juga seringkali terjadi, memilih pula jalan melakukan aborsi walaupun bukan kesalahannya. Alasan untuk melupakan pengalaman buruk dan melanjutkan kembali kehidupannya. Langkah untuk memilih aborsi ini akhirnya tidak lagi bisa dicap sebagai perbuatan yang salah. Karena ada kebutuhan tersendiri yang memang harus memilih jalan melakukan aborsi.

Perdebatan tentang aborsi dari sudut pandang agama dan hukum sebenarnya tidak membenarkan aborsi dilakuakan. Terlalu banyak resiko dari segi medis. Dari segi agama aborsi merupakan perbuatan tercela karena sama saja membunuh nyawa. Dalam kerangka ini sintesanya adalah aborsi salah dan tidak boleh dilakukan. Namun jika kita lihat kasus yang sering terjadi di Indonesia, praktek aborsi justru menjamur. Bahkan dikalangan dokter pun melakukan praktek tersebut. Selain menguntungkan dari segi ekonomi, juga mudah bagi dokter untuk melakukan manipulasi data pasien. Walaupun resiko yang dihadapi sang dokterpun berat. Pihak medis seringkali membuat perjanjian dengan sang pasien untuk menutupi praktek yang illegal tersebut. Dialektika hegel mengenai sintesa ini melibatkan kedua belah pihak yang tidak membenarkan aborsi itu baik dan juga tidak menyalahkan aborsi itu tidak baik. Aborsi dilakukan karena mereka sama-sama saling membutuhkan.