Daftar Pengunjung

kalender

November 2015
S S R K J S M
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  

Studi Masyarakat Indonesia

Masyarakat majemuk merupakan suatu keadaan di dalam masyarakat yang memiliki berbagai perbedaan ataupun diferensiasi sosial, perbedaan itu meliputi keadaan ekonomi, ras, suku bangsa, agama dan budaya yang biasanya berjalan dengan apa adanya. Masyarakat majemuk masih sama seperti masyarakat lain pada umumnya dengan berbagai realitas sosial, masih terdapat berbagai macam konflik, pertentangan dan masalah sosial lainnya serta masyarakatnya lebih mengutamakan etnosentrisme dan mengutamakan kepentingan golongan . Sedangkan masyarakat multikultur adalah suatu kondisi masyarakat yang majemuk yang telah tercapai sebuah keteraturan dan keharmonisan dalam masyarakat. Pada masyarakat muultikultur ini, dengan banyaknya perbedaan ataupun diferensiasi sosial di dalam masyarakat sehingga tercipta suatu keharmonisan, saling menghargai, serta kesederajatan dan mempunyai kesadaran tanggungjawab sebagai satu kesatuan serta mengutamakan kepentingan golongannya.

Masyarakat Indonesia belum termasuk ke dalam masyarakat multikultur karena  masyarakat di Indonesia masih terdiri atas kelompok-kelompok, yang tinggal bersama dalam suatu wilayah, tetapi terpisah menurut garis budaya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat dari dua variabel yaitu kemajemukan budaya dan kemajemukan sosial.Hak yang paling mencolok dari ciri kemajemukan masyarakat Indonesia adalah penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam bentuk kelompok-kelompok sukubangsa, dan digunakannya kesukubangsaan sebagai acuan utama bagi jatidiri serta masih sangat memntingkan golongannya sendiri-sendiri.

Sebenarnya Indonesia sudah menggunakan pendekatan pembangunan yang berorientasi pada pencapaian masyarakat yang multikultur namun pada kenyataannya pencapaian tersebut belum juga berhasil sampai pada saat ini, hal ini dikarenakan masyarakat di Indonesia yang masih dan selalu saja menentang apa yang telah menjadi program pemerintah dalam pencapaian masyarakat yang multikultur. Ada banyak masalah yang menyebabkan pencapaian tersebut menjadi terhambat, seperti pola pikir masyarakat yang masih rendah, nilai dan norma yang mengikat masyarakat (adat-istiadat, kebiasaan dan tradisi yang mereka jalani sejak dulu), religi, serta sistem budaya masyarakat.

Misalnya saja seperti masyarakat Papua yang ingin di bangun pendidikannya oleh pemerintah. Masyarakat di papua yang biasanya tidak mengenal dunia pendidikan akan mempersulit pemerintah untuk memberikan pendidikan kepada mereka. Mereka yang masih memegang teguh adat-istiadat dan kebuadayaan mereka akan merasa sulit untuk beradaptasi dengan konsep pendidikan yang akan dicanaangkan oleh pemerintah. Selain itu akses untuk menuju ke daerah mereka juga cukup sulit untuk di jangkau, misalnya saja seperti pelaksanaa Ujian Nasional. Masyarakat Papua biasanya menyelesaikan Ujian Nasional lebih lama di bandingkan dengan masyarakat yang lain khususnya masyarakat yang tinggal di perkotaan, hal tersebut di karenakan susahnya akses untuk menjangkau daerah mereka.

  1. Masyarakat pada umumnya selalu mengalami perubahan baik itu secara drastis maupun perubahan yang tidak seberapa. Namun ada faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan tersebut. Perubahan tersebut tidak selamanya membawa masyarakat ke arah yang lebih baik, dan tidak selamanya juga membawa masyarakat ke arah yang lebih buruk. Perubahan sosial di sebabkan karena adanya perubahan nilai dalam masyarakat. Nilai yang erat kaitannya dengan kebudayaan dan masyarakat memberikan pengaruh besar dalam perubahan. Perubahan nilai terjadi karena nilai-nilai tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk menopang keberadaan masyarakat dan nilai tersebut dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan/rasa keadilan kelompok-kelompok yang saling bersaing dalam masyarakat. Misalnya seperti perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi dapat mengubah nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru yang mendorong berbagai inovasi yang dapat memudahkan kehidupan masyarakat menuju perubahan sosial kearah modernisasi

contohnya seperti perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah jamannya demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian yang biasa digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap menggunakannya dalam acara tertentu. Seperti pakaian adat Bali yang digunakan setiap kali mereka sembahyang di pura.

  1. Pakaian dengan mode yang sama dipakai oleh orang di berbagai belahan dunia. Contohnya adalah celana jeans. Celana jeans sudah mengglobal. Dalam kehidupan sehari-hari, di mana saja baik itu laki-laki atau pun perempuan sudah terbiasa memakai celana jeans. Padahal dulunya, jenis celana ini hanya digunakan oleh orang-orang tertentu dan di tempat-tempat tertentu. Begitu juga dengan baju kaos, yang lazim disebut T-Shirt. Jenis pakaian ini sudah menjadi pakaian yang biasa dan dapat ditemukan di mana saja. Jenis pakaian di luar contoh di atas masih banyak. Misalnya, orang meniru pakaian yang sedang ”ngetren” saat itu. Jika di televisi yang sedang ”ngetren” pakaian mini maka banyak masyarakat berpakaian mini. Atau pakaian yang sedang ramai di kalangan remaja yaitu pakaian yang seharusnya anggota badan itu tertutup. Jenis pakaian ini tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat kita, jelas ini akan berdampak negatif. Akan tetapi dari jenis pakaian, arus globalisasi juga berdampak positif. Kini, kita dapat dengan mudah mendapatkan berbagai jenis, baik itu model, bahan atau kualitas dan sebagainya. Trend pakaian ini berkembang pesat di kalangan remaja.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas telah terjadi perubahan dan pergeseran nilai akan budaya kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

  1. Pattern Variables terdiri dari lima buah skema yang dapat dilihat sebagai kerangka teoritis utama dalam analisis sistem sosial, yaitu :
  • affective versus affective neutrality, yaitu Interaksl sosial dalam suatu komunitas dapat dibedakan dalam derajat keterlibatan emosi Individu cenderung memiliki hubungan yang pribadi dan emosional, hubungan yang lebih yang akrab atau ntim ditandai dengan keterlibatan emosi yang lebih mendalam daripada hubungan sifatnya profesional, dan memiliki hubungan kenetralan yaitu hubungan kerja yang tidak langsung dan menjaga jarak

Contohnya  hubungan antara orangtua dengan anak, dan hubungan antara dokter dengan pasiennya.

  • Self-orientation versus Collective-orientation yaitu Hubungan antar Individu juga dapat dibedakan berdasarkan arah orientasi-nya. Dalam hal seorang individu mengutamakan kepentingan diri sendiri maka dia akan menjalin hubungan yang disebut berorlentasi diri. Contohnya, dalam hubungan dokter-pasien, orientasinya lebih kepada orientasi diri, yaitu mengutamakan kesembuhan sang pasien. Sedangkan jika kepentingan kelompok mengalahkan kepentingan pribadi, maka hubung¬an antar Individu itu dikatakan berorientasi kelompok. Misalnya, individu yang terpaksa mengalah, mengorbankan hari Minggunya untuk ikut membantu gotong royong membersihkan lingkungan RT-nya.
  • Universalism versus particularism, yaitu saling berinteraksi denganmenggunakan norma/kriteria yang umum, yang dapat dlterapkan pada semua orang, ataupun kriteria khusus, yang hanya berlaku bagi kelompok tertentu. Kita dapat melihat hal ini, misalnya, dalam interaksi antara individu dalam situasi formal atau antara mereka yang tidak begitu akrab (setiap orang menggunakan julukan Bapak atau Ibu) sedangkan dalam situasi yang lebih akrab/informal Individu-lndividu tersebut menunjukkan interaksi dan perilaku yang lebih bebas dan kadang-kadang menggunakan norma yang oleh orang lain mungkin dianggap tidak sesuai.

Contohnya  pada waktu bertemu tidak berjabat tangan, melainkan mencium pipi ataupun berpelukan, padahal antara pria dan wanita.

  • Quality versus perfomance yaitu mengacu kepada status seorang individu yang diperolehnya sejak lahir (ascribed status, seperti gelar bangsawan, kekayaan yang diwarisinya, warna kulit/ras), sedangkan prestasi menunjukkan tingkat yang telah dicapai Individu melalui jerih payahnya sendiri. Kadang-kadang ada Individu yang cenderung memilih teman Interaksinya berdasarkan kualitas tingkat sosial/kelas tertentu, yaitu yang sama-sama kaya atau justru sama-sama tidak berada, sesama usia, sukubangsa, dsb. Namun ada pula individu yang menjalin hubungan bukan berdasarkan kualitas bawaan, melainkan berdasarkan prestasi orang tersebut, terlepas dart perbedaan tingkat sosial.

Contohnya seperti seseorang yang hanya mau berhubungan dengan orang yang berpendidikan tinggi dan seseorang yang mau berteman dengan siapa saja.

  • Specifity versus diffusness yaitu didalam hubungan yang spesifik, individu dalam berhubungan dengan individu lain dibatasi situasi. Sedangkan didalam hubungan diffuse, dimana seseorang yang karena bukan status tertentu terlibat dalam proses interaksi.

Contohnya hubungan antara dosen dengan mahasiswa di kampus. Seorang dosen berperan sebagai pendidik bagi mahasiswanya hanya pada situasi tertentu saja misalnya ketika proses belajar – mengajar di dalam kelas saja. Akan tetapi ketika sudah bearada dilingkungan luar sekolah tidak berperan sebagai dosen lagi. semisal mempunyai peran lain ketika ada di masyarakat seperti menjadi kepala desadan hubungan antara ibu dan anak, ibu berperan sebaghai orang tua dari anak-anaknya pada segala situasi baik di rumah, kampus dan lain-lain.

  1. Nilai individual dan komunal dapat di adaptasikan menjadi nilai dan norma sosial dalam masyarakat karena awalnya nilai dan norma sosial itu berasal dari nilai individual dan komunal dari masyarakat. Dan hal itu akan menjadi nilai dan norma sosial jika itu selaras dan sejalan dengan apa yang di inginkan atau di cita-citakan oleh masyarakatkarena nilai tersebut akan menjadi penetu baik atau buruknya sesuatu.

Contohnya :

  1. Perbedaan nilai dan norma :

Nilai Sosial

  1. Sudah berada lebih dulu dibandingkan dari pada norma
  2. Bersifat implisit(tersamar)
  3. Belum memiliki sanksi
  4. Belum tertulis
  5. Berfungsi menjadi pedoman perilaku warga masyarakat

Norma Sosial

  1. Berada setelah adanya nilai dan norma dibuat untuk melaksanakan nilai
  2. Bersifat eksplisit(nyata,jelas,tegas)
  3. Telah dilengkapi dengan sanksi
  4. Bisa tertulis, bisa tidak tertulis
  5. Berfungsi untuk mengatur dan membatasi perilaku warga masyarakat.

Tidak semua nilai menjadi norma sosial, karena seperti yang kita ketahui nilai dipahami sebagai ukuran tentang sesuatu untuk menetukan baik atau buruknya seperti yang menentukan baik – buruk, cantik – tidak cantik, tinggi – rendah, dan halus – kasar, sedangkan norma dipahami sebagai pantas atau tidaknya sesuatu itu dilakukan sehingga hal-hal seperti menetukan yang menentukan baik – buruk, cantik – tidak cantik, tinggi – rendah, dan halus – kasar tidak dapat dijadikan sebagai norma.

  1. Maksud dari skema struktur sosial di bangun secara obyektif agar dapat mengenal posisi yang diberikan masyarakat kepada nilai sosial budaya dan organ atau komponen sosial yang menjadi milik masyarakat adalah dari skema inilah, dapat diketahui bahwa masyarakat sebagai organisme sosialtertinggi mempunyai fungsi yang paling umum. Fungsi umum itu hanya dapat dilaksanakan dengan baik jika komponen-komponen dan suborgan yang ada di dalamnya bekerja dengan baik pula.Nilai-nilai sosial budaya dalam struktur sosial terdiri atas ajaran agama, ideologi, dan kaidah-kaidah moral serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat. Setiap satuan nilai memiliki tempat dan peranan tersendiri. Demikian kelompok-kelompok atau komponen-komponen sosial yang beragam juga mengambil tugas sesuai dengan keahliannya masing-masing. Setiap komponen atau struktur sosial tidak bekerja sendiri-sendiri tetpi bekerjasama dan saling melengkapi satu sama lain.

(Buku Sosiologi SMA Kelas XI [Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat])

  1. Akar sosiokultur terjadinya diskriminasi di masyarakat adalah karena adanya perbedaan diantar dua kelompok atau lebih yang berada di masyarakat seperti kebudayaan yang berbeda dan perbedaan agama antara yang satu dengan yang lain.

Contohnya : Memilih karyawan yang seiman, mengutamakan memilih pasangan hidup yang seiman, berbisnis dengan yang seiman. Karena secara sadar maupun tidak sadar, tindakan mengutamakan yang seiman atau satu kepercayaan secara langsung maupun tidak langsung akan merugikan pihak atau kelompok lain yang tersingkir hanya karena perbedaan iman atau kepercayaan. Menurut saya hal seperti itu adalah tindakan diskriminasi agama. Selain itu  bentuk minoritas besar yang menindas minoritas kecil. Pada insititusi atau lembaga keagamaan mungkin tidak terasa tapi dalam masyarakat sendiri sering ada hal itu. Masalah lain yang ada adalah diskriminasi agama yang dilakukan olehperorangan, misalnya dengan mempekerjakan yang seiman. Hal ini sering terjadi dan dilandasi oleh fanatisme buta akan agamanya sehingga tidak mengha

4 comments to Studi Masyarakat Indonesia

Leave a Reply

You can use these HTML tags

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

  

  

  

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: