Game Indonesia ini Raih Gelar Terbaik Se-Asia Tenggara

Toge Production, developer game asal Indonesia, berhasil menyabet gelar berskala internasional. Beberapa waktu lalu, studio yang berkantor di Lippo Karawaci, Tangerang, ini berhasil mendapatkan gelar di ajang ASEAN Youth Creative Industry Fair 2015 untuk kategori developer game.

Berdasarkan keterangan dari Jonathan Manuel Gunawan, COO Toge Productions, studio tersebut memang sengaja mendaftarkan game terbarunya Infectonator: Survivors untuk berkompetisi di ajang tersebut.

Awalnya, Jonathan tidak berharap untuk menjadi juara di ajang tersebut. Namun, siapa sangka, Toge Productions akhirnya berhasil unggul dari belasan finalis lain.

“Tanpa disangka kita bisa terpilih jadi finalis dan bisa jadi juara,” ujar Jonathan melalui pesan singkat kepada KompasTekno.

Untuk menjadi pemenang, Toge Productions berhadapan dengan berbagai developer dari negara ASEAN. Dari Tanah Air, beberapa finalis lainnya adalah Aksara, Silverpoint, Nerd, Sinergi, Own Games, Upsee, Lumiplay, dan Wisageni.

Sementara itu, kompetitor dari luar negeri, seperti Itsybytes dari Brunei, Gemdrops Inc dari Jepang, Total Gameplay dari Myanmar, dan BKGM dari Vietnam.

ASEAN Youth Creative Industry merupakan ajang untuk mempromosikan para entreprenuer-enterpreneur muda ASEAN, di bawah umur 35 tahun, yang bergerak di bidang industri kreatif. Ajang ini sendiri diadakan oleh Japan-ASEAN Cooperation; negara-negara ASEAN; Kementerian UKM dan Koperasi Indonesia; dan UKMC UI.

 

Selain developer game, ajang ini juga mempertandingkan kompetisi di bidang kreatif lainnya, seperti Fashion, Craft and Product Design (kerajinan tangan), dan animasi atau film.

Puncak acara dari ASEAN Youth Creative Industry 2015 sendiri sudah berlangsung pada 29 – 30 Agustus lalu di area Kota Tua, Jakarta.

Kompas.com

LAPAN mengembangkan Pusat Penerbangan Antariksa di NTT

Setelah sukses membangun satelit A2 yang akan diluncurkan di India pada tanggal 30 September nanti. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN juga mulai mengembangkan Pusat Penerbangan Antariksa yang ditempatkan di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Meski awalnya direncanakan akan dibangun di Bandung, Sekretaris Umum LAPAN Aristyo mengatakan bahwa Bandung tidak lagi cocok untuk pengamatan antariksa.

roket

“Kenapa pindah ke sini, karena di sana (Bandung, red) dilihat sudah tidak efektif karena observatorium sudah terganggu dengan pertumbuhan penduduk di daerah Lembang, sehingga mengganggu peralatan. Pengamatan harus dilakukan dalam situasi gelap total.” katanya.

Kemudian Aristyo menjelaskan, dari hasil survey dan penelitian NTT dipilih karena iklim yang cocok untuk lokasi pengamatan.

“Nah, kenapa dipilih di NTT, karena untuk meneropong sebuah bintang, harus bebas awan dan tidak banyak polusi suara, udara dan cahaya. Sangat menarik di daerah ini karena hampir 120 hari saja hujannya. Ini paling cocok dan ideal untuk sebuah observatorium karena meneliti antariksa. Makanya kami jatuhkan pilihan di daerah NTT tepatnya di Gunung Timau Desa Fatumonas Kecamatan Amfoang Tengah.” jelasnya saat survey lokasi di Desa Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah bulan Mei lalu.

Thomas Djamaluddin selaku Kepala LAPAN mengatakan, di lokasi yang sama rencananya LAPAN juga akan segera membangun bandar antariksa (space port), sebuah stasiun peluncuran wahana antariksa yang juga akan mengambil tempat di Indonesia Timur. Ini adalah bagian dari agenda besar LAPAN untuk mengembangkan satelit penginderaan jarak jauh yang diharapkan bisa memantau kondisi Indonesia dan memetakan keadaan maritim.

“Mungkin akan memakan waktu lebih dari 25 tahun, tapi setidaknya kita harus mulai bangun dari sekarang,” Ujar Thomas.

lapan.go.id

Anak Bangsa yang Membuat Gadget-gadget kita Bekerja

Siapa kira seorang yang cerdas dalam dunia akademik dan memiliki sederet gelar akademik tidak bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses. Namanya adalah Sehat Sutardja, mungkin terdengar asing dan tidak familiar di Indonesia. Tapi di Amerika Serikat sana, siapa yang tidak mengenal Sehat? Sehat adalah sebagian dari cerita sukses perjuangan seorang imigran yang tetap mengagungkan ilmu untuk meraih sukses.   Lahir dan besar di kawasan Kota, Jakarta, Sehat Sutardja disebut sebagai orang terkaya ke-891 sedunia oleh Forbes World’s Richest People 2007 dengan kekayaan 1 miliar dollar AS.

Dia memiliki hampir 260 hak paten dan dikenal luas sebagai pelopor semikonduktor. Marvell Technology Group sekarang merupakan pembuat desain semikonduktor terbesar ketiga di dunia.

Namanya tercantum dalam majalah Forbes dengan kekayaan bersih 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp. 10 triliun (kurs Rp. 10 ribu per dolar AS). Ia masuk dalam kategori Exclusive Billioners Club untuk pertama kalinya di tahun 2007. Perjuangan Sehat bersama tiga orang teman menembus industri semikonduktor di AS bisa menginspirasi ketika seseorang yang bukan siapa-siapa menjadi apa-apa. Kini Marvell, perusahaan yang dibentuknya tahun 1995, berkibar sebagai perusahaan yang paling dipercaya publik tahun 2005. Hanya dalam waktu 10 tahun!

Bukan cuma itu, Marvell tercatat sebagai One Of The Best Managed Company In America dan menjadi salah satu dari daftar 10 besar perusahaan semi-conductor. Semuanya bergengsi karena yang memilihnya adalah majalah Forbes, majalah referensi utama ekonomi dunia.

Marvell sendiri berpusat di Santa Clara, AS merupakan vendor chip dan komponen yang banyak dipakai di berbagai perangkat elektronika. Sedangkan unit bisnis yang dibeli dari Intel menghasilkan prosesor yang dibangun dari teknologi XScale Intel.

Prosesor-prosesor berbasis XScale telah dipakai di banyak perangkat elektronika, misalnya Blackberry dan Treo. Bisnis chip yang dikelola oleh Marvell secara nyata telah sukses menempati pangsa pasarnya sendiri dan tentunya sukses pula menghasilkan pundi-pundi uang bagi pembuatnya.

Marvell telah mendominasi setiap pasar yang telah mereka pilih, keunggulan mereka adalah menawarkan produk berdesain superior dengan harga premium. Produknya mampu mengalahkan pesaing mereka, yaitu Texas Instruments dan Broadcom di pasar komunikasi seperti radio Wi-Fi dan Ethernet port.
Chip besutan Marvell sangat mudah ditemukan pada Cisco switch, Apple iPod, Xbox 360 atau di dalam disk drive produk perusahaan besar lainnya. Lewat bekerja sama dengan Intel, Marvell tampak semakin hebat dan bisa mensejajari Qualcomm, Freescale Semiconductor dan TI.


Marvell terus berkembang setiap kuartalnya sejak penjualan saham mereka ke publik pada 2000 silam dan kini saham mereka meningkat hingga lima kali lipat.
Marvell memiliki 5.000 karyawan dan fasilitas riset dan desain di Aliso Viejo, Arizona, Colorado, Massachusetts, San Diego dan Santa Clara. Di luar Amerika Serikat, Marvell juga mempunyai fasilitas riset dan desain di Jerman, India, Israel, Itali, Jepang, Singapura dan Taiwan.
Kisah Sehat Sutardja dimulai saat ia kelas 6 sekolah dasar di Jakarta sekitar tahun 1970-an. Ia baru menyadari ketertarikannya pada bidang elektronik (komputer belum populer saat itu). Ia menyampaikan kepada orangtuanya bahwa ia bakal berkarir di bidang elektronik. Orangtuannya heran. Maklumlah, tahun 1970-an, karier di bidang elektronik berarti menjadi tukang reparasi radio dan syukur-syukur TV yang masih jarang waktu itu. Padahal, Sang bapak dan Ibu ingin Sehat menjadi dokter.
Saat kecil, Sehat sudah bermimpi menciptakan hal-hal hebat yang muncul dari elektronik. Dia mulai dengan elektronika saat tanpa sengaja menemukan buku fisika milik saudaranya yang membahas soal listrik, rangkaian, kapasitor, resistor dan sebagainya.
30 tahun setelah itu, ia bukan saja mewujudkan mimpinya. Ia bahkan membuat bangga Indonesia meski tak lagi menjadi WNI. Tamat SMA di Kolese Kanisius, Jakarta, Sehat yang memiliki otak cerdas berpikir sekolah di Indonesia belum menghargai ilmu. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dan meraih sarjana sains di teknik elektrik dari Universitas Negeri Iowa. Ia juga menjalani pendidikan pascasarjana Master of Science (M.Sc) dan Ph.D. dalam bidang teknik elektrik dan ilmu komputer dari Universitas California, Berkeley.
Bermodalkan semangat, ia melamar di University of California, Berkeley, AS. Diterima di universitas bergengsi tak berarti jalan hidup Sehat lurus-lurus saja. Pada 1995, Sehat berpikir bahwa bila ingin sukses ia harus memiliki perusahaan sendiri.
Sehat Sutardja dilahirkan di Jakarta, Indonesia. Ia menamatkan pendidikan menengahnya di Kolese Kanisius. Maka, bersama Pantas Sutardja (kakaknya) dan istrinya, Weili Dai, mereka mengumpulkan duit lalu mendirikan perusahaan IT, Marvell Group. Tahun-tahun awal dilalui dengan sukses berat. Mereka bekerja tak kenal waktu siang dan malam demi kesempurnaan produknya.
Mereka bahkan tidak menggaji diri mereka sendiri dan hidup dalam kesederhanaan. Jarang sekali mereka bertemu dengan keluarga. Bahkan saat produk pertama mereka muncul di pasaran, mereka masih harus berjuang keras meyakinkan pembeli untuk membeli produk mereka tersebut.
Akhirnya mereka berhasil. Tahun 2003, Ernest & Young menganugerahi Sehat dan istrinya sebagai Entrepreneur of the Year atas kegigihan mereka dalam inovasi, kepemimpinan teknologi, dan kesuksesan bisnis. Marvell bermarkas di Sunnyvale, AS. Hanya butuh waktu 10 tahun untuk membesarkan Marvell.
Siapa yang mengira hanya dalam waktu 10 tahun, Sehat kini memimpin Marvell yang memiliki 1.800 pegawai dan menjelma menjadi perusahaan berharga miliaran dolar AS. Berdasarkan kesuksesan dan pengalamannya, Sehat memberikan nasihat kepada para mahasiswanya :

“Belajarlah sebanyak mungkin, tentang software, biologi, fisika lanjutan, semua hal. Mengetahui satu jenis pengetahuan saja tidaklah cukup. Banyak orang berhenti belajar ketika mereka ingin menjadi seorang pengusaha. Itu adalah kesalahan terbesar yang ada.”

Kompas.com

Tempo.co

Seniman Asal Amerika ini mengekspresikan kecintaannya pada Indonesia melalui Lukisan Batik

Seorang seniman lukis batik kontemporer asal Amerika Serikat (AS) Laura Cohn menggelar pameran lukisan batik kontemporer hasil karyanya, yang diberi judul “From Bali to Bala”.

“Saya bikin lukisan batik kontemporernya dengan teknik Indonesia, tapi saya gantikan sedikit. Karena saya seniman Amerika, jadi ada pemandangan, abstrak, kelihatan seperti lukisan akrilik, tapi dari teknik membatik,” ujar Cohn yang sangat fasih berbahasa Indonesia kepada VOA Indonesia.

Laura Cohn pertama kali mengenal batik ketika dirinya datang ke Indonesia pada tahun 1988. Awalnya Laura menetap di Bali dan bekerja di bidang pembangunan dan wisata di Universitas Udayana. Di sana ia banyak berkenalan dengan seniman lokal. Namun, pada tahun 1991 ia meninggalkan pekerjaannya dan memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta agar bisa memiliki waktu yang lebih banyak lagi untuk melukis dan mendalami seni membatik.

Laura Cohn

“Saya beruntung karena bertemu guru membatik di sana, namanya Victor Sarjono, dia pelukis kontemporer batik,” ujar Cohn yang pernah tinggal di Indonesia selama enam tahun ini.

“Saya pindah dari Bali ke Yogyakarta, sewa rumah dan bikin studio.” kenang wanita yang tinggal di kota Bala Cynwyd di negara bagian Pennsylvania,

Tahun 1994 dirinya kembali pulang ke Amerika Serikat dan bertemu dengan seorang pria yang kini menjadi suaminya dan memutuskan untuk kembali menetap di AS. Cohn kemudian berusaha mengobati rasa rindunya pada Indonesia, dengan membangun sebuah studio di rumahnya dan mulai menggelar pameran untuk menjual lukisan-lukisannya, sekaligus untuk memperkenalkan Indonesia dan batik kepada masyarakat setempat. Menurutnya, belum banyak warga AS yang tahu betul mengenai batik.

Pameran bertajuk ‘From Bali to Bala’ tersebut sudah dilakukannya selama 18 tahun oleh Cohn. Judul pamerannya cukup unik dan menarik perhatian warga lokal maupun Indonesia ketika mendengar nama Bali.

Selain menggelar pameran, Laura juga mengajarkan kesenian batik dan kebudayaan Indonesia untuk murid-murid sekolah dasar di wilayah Pennsylvania. Para murid kemudian diberi tugas kelompok untuk menghasilkan karya seni.

“Mereka punya kurikulum untuk studi sosial dan sejarah mengenai Asia Tenggara,” jelas perempuan yang juga aktif di komunitas masyarakat Indonesia di Pennsylvania ini.

Selain itu, bersama temannya yang juga adalah seorang seniman, Cohn mengajar lokakarya batik yang ditujukan untuk orang dewasa dan keluarga yang kebanyakan adalah warga lokal.

“Namanya family batik workshop di studio saya di musim panas. Ibu atau bapak dan anaknya bisa datang bersama-sama,” ujarnya.

Tinggal jauh dari Indonesia ternyata membuat Cohn rindu. Sehingga, dirinya berusaha menjalani gaya hidup seperti ketika masih tinggal di Indonesia dulu. Seperti yang ia tuliskan dalam laman ‘From Bali to Bala,’ hasil karyanya, berbagi ilmu tentang batik, dan juga pameran yang ia adakan adalah hal-hal yang terus menghidupkan semangat Indonesia dalam dirinya.

voaindonesia.com

Bandara di Kalimantan ini Melejit Jadi Terbaik 16 Dunia

Airport Council International (ACI) yang berpusat di Montreal, Kanada, melakukan penilaian atas 254 bandara dari seluruh dunia. Bandara Sepinggan yang bernama resmi Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan dengan akronim penanda BPN, dinilai dalam bandara berkapasitas lima hingga 15 juta penumpang per tahun. Adapun kategori lain adalah bandara berkapasitas sampai lima juta penumpang per tahun, 15-25 juta penumpang per tahun, 25-40 juta penumpang per tahun, dan lebih dari 40 juta penumpang per tahun.

Bandara SAMS Sepinggan berkompetisi dengan 79 bandara di seluruh dunia yang berkategori jumlah penumpang lima juta hingga 15 juta orang per tahun. Di kelas lima sampai 15 juta penumpang itu, Bandara Sepinggan adalah yang terbaik layanannya di Asia, termasuk Asia Tenggara. Sepinggan lebih ramah dan lebih bersih dari pada Bandara Penang di Malaysia atau Bandara Chiang Mai, Thailand, Bandara Bengaluru, India, atau bahkan Bandara San Antonio di Texas, Nevada, Amerika Serikat.

Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan menempati posisi 16 terbaik dunia berdasarkan hasil survei 2014. Bandara terbaik di kategori atau kelas ini adalah Bandara Haikou Meilan, Cina. Sedangkan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar mendapat urutan ke-38 dan peringkat ke-121 di daftar kesuluruhan.

Selain menempati urutan ke-16 dunia. Bandara SAMS Sepinggan kini berada di urutan ke-43 dalam urutan total 254 bandara dari seluruh kategori. Pada tahun 2012, Bandara Sepinggan berada di peringkat ke-221 dan di 2014 di urutan ke-191. Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan juga sukses masuk posisi 12 di tingkat Asia, dan urutan nomor 1 bandara terbaik di Asia Tenggara untuk kategori yang sama.

Aspek yang disurvei atau dinilai sebagai parameter lebih fokus pada kualitas layanan. Proses mulai dari penumpang dari tiba di bandara, mengambil troli, masuk ke gedung terminal, nyaman atau tidak area terminalnya, informasi penerbangan jelas atau tidak, layanan check in, area komersial, proses di security check point (SCP), ruang tunggu hingga garbarata. Parameter lainnya termasuk unsur kenyamanan, kesejukan, kebersihan, fasilitas, juga layanan internet wi-fi.

Hingga 2015, penumpang dari dan ke Bandara SAMS Sepinggan tercatat sebanyak 7,6 juta per tahun. Angka ini lebih meningkat dibanding tahun 2013 yang hanya 7,2 juta penumpang per tahun. Itu sebabnya, masuk dalam kategori bandara berpenumpang 5 juta -15 juta orang.?

Manajemen Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan menargetkan masuk 10 besar pada 2016 dalam kategori bandara berkapasitas lima sampai 15 juta penumpang per tahun.

——-
Written and edited by Emir Edlyn/Exotic Kaltim
Source:
https://kaltim.tribunnews.com
https://www.beritasatu.com

Kisah Hidup Gitaris Terbaik Dunia Asal Rangkas Bitung

Gitaris band rock, Eddie Van Halen, mengurai kisah perjalanan hidupnya yang berimigrasi dari berbagai belahan negara. Ia menceritakan kisah perjalanannya hingga menjadi gitaris ternama di dunia bersama bandnya, Van Halen.Edward Lodewijk “Eddie” Van Halen adalah imigran Belanda yang lahir di Amsterdam dan datang ke Amerika Serikat ketika berusia tujuh tahun. Banyak yang mengira ia terlahir sebagai bintang rock. Tidaklah demikian kisahnya. Eddie menyusuri jalan kehidupan yang berliku pada masa kecilnya.

Keluarga Van Halen berimigrasi ke California pada 1962 membawa mimpi tinggal di “tanah terjanji”. Ayahnya adalah musisi yang juga bekerja sebagai seorang cleaning service. Sementara itu, ibunya yang keturunan Indonesia bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Keluarga Van Halen pernah tinggal di sebuah rumah bersama tiga keluarga lainnya.

“Kami datang ke sini (Amerika) dengan 50 dollar AS dan piano,” ujar Van Halen.

“Kami datang dari belahan dunia lain tanpa uang, tanpa pekerjaan tetap, tanpa tempat tinggal, dan tidak bisa berbicara bahasa Inggris,” tambahnya.

Dalam sebuah kesempatan lain, Eddie pernah menuturkan, ibunya, Eugenia van Beers, berasal dari Rangkasbitung, Banten. Ayah Eddie, Jan van Halen, bertemu dengan Eugenia di Indonesia saat penjajahan Belanda.

“Yang menyelamatkan kami adalah karena ayah saya seorang musisi dan lambat laun bertemu musisi lain dan manggung pada akhir pekan, mulai dari acara perkawinan sampai apa pun untuk menghasilkan uang,” tutur Eddie.

Mulai bentuk grup band rock

Eddie kemudian membentuk salah satu band rock paling populer pada 1980-an bersama Alexander Arthur “Alex” Van Halen (kakak Eddie), Michael Anthony, dan David Lee Roth. Van Halen, demikian nama band itu, diambil dari nama keluarga Eddie dan Alex. Lagu-lagunya yang populer antara lain “Jump” dan “Why Can’t This Be Love”.

Eddie kemudian berkisah tentang perlakuan diskriminatif yang ia terima karena ia keturunan Eropa-Asia (Indonesia). Perlakuan itu ia dapatkan saat bersekolah di Amerika.

“Sekolah pertama saya ketika itu masih memisahkan murid kulit putih dan kulit berwarna. Karena saya dianggap warga kelas dua saat itu, saya disamakan dengan orang-orang kulit hitam. Sulit sekali saat itu,” ujarnya.

Eddie mengatakan, keluarganya sangat senang bermain musik. Bahkan, saat mereka masih kecil, Eddie dan Alex sering bermain dengan panci dan wajan, sementara sang ayah berlatih musik.

Eddie sendiri tidak pernah belajar membaca not balok. Meski begitu, ia berdalih memiliki pendengaran yang tajam.

“Saya diberkahi telinga yang bagus. Saya harus melihat jari-jari saya bergerak. Percaya atau tidak, saya tidak pernah bisa bermain gitar secara bagus dalam kegelapan. Saya harus melihat jari-jari saya,” ujarnya.

Untuk menjaga warna musik Van Halen tetap relevan, band itu bersikeras tidak mengikuti tren. Eddie menceritakan, bandnya pernah mencoba warna musik lain.

“Kami dikontrak oleh Warner Brothers pada 1977 di tengah tren punk dan disco. Kami tampak aneh. Tentu saja kalau main di klub kami main lagu-lagu Top 40, tetapi saya tidak pernah bisa membuat suara seperti semestinya. Saya tidak bisa meniru permainan orang,” ujarnya.

Penulis : Fidel Ali Permana
Editor : Heru Margianto
Sumber Associated Press

Astronot Jepang Terpesona dengan Indonesia dari Luar Angkasa

Indonesia memang masih tengah mempersiapkan awak astronot dan ilmuwan antariksa, namun ternyata kepulauan Indonesia menjadi kebanggaan seorang atronot asal Jepang saat tengah bertugas di luar angkasa.

Kimiya Yui

Astronot itu adalah Kimiya Yui, seorang angkasawan asal Jepang yang tiba di stasiun luar angkasa, International Space Station (ISS). Kimiya berangkat sejak 22 Juli 2015 dari Ekspedisi 44/45 dengan menumpang roket Soyuz TMA-17M, seperti yang dilansir Japantoday.

Lelaki usia 45 tahun ini bergabung dengan Japan Aerospace Exploration Agency atau JAXA sekitar 2009. Kimiya pun mendapatkan sertifikasi sebagai astronaut ISS sejak Juli 2011.

Seperti tampak di foto yang diunggah Kimiya di Twitternya, dirinya mengambil gambar kepulauan Indonesia seperti Kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dari luar angkasa.
“Foto Indonesia. Sangat besar dan terlihat sebagai negara yang sangat indah dengan banyak pulau! Saya ingin berkunjung ke negara indah ini!,” ujar Kimiya saat berkicau 23 Agustus lalu.

Kimiya adalah astronot asal Jepang yang ke-10 berhasil mendarat di luar angkasa. Ia menjadi salah satu astronot ekpedisi 44 yang bakal memelajari sejumlah ‘kasus’ medis yang terjadi pada tubuh manusia saat berada di antariksa dengan ruang nol gravitasi. Kondisi medis tersebut melingkupi organ tubuh yang bergeser, kurangnya kalsium pada tulang, hingga melakukan eksperimen teknik menjahit luka.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/07/astronot-jepang-terpesona-dengan-indonesia-dari-luar-angkasa/

Udang Spesies Baru di Raja Ampat diberi nama Elton John

Indonesia ternyata masih memiliki banyak spesies fauna baru. Bahkan penemuan spesies udang terbaru diberi nama berdasarkan nama penyanyi terkenal asal Inggris Elton John.

Bukan karena udang jenis baru ini bisa bernyanyi, namun pemberian nama itu semata-mata karena kekaguman peneliti udang itu terhadap sang legenda lagu rock.

Udang mikroskopis yang diberi nama latin L. eltoni itu ditemukan di sebuah karang seekor invertebrata di Raja Ampat.

Udang Elton John

Antara udang dengan inverterbrata itu terjadi sesuatu yang disebut hubungan komensal yaitu hubungan di mana tidak ada pihak tidak dirugikan atau diuntungkan.

Penamaan itu diberikan James Darwin Thomas, professor dari Halmos College of Natural Sciences and Oceanography di Florida kepada spesies itu sebagai bentuk hormatnya terhadap Sir Elton John. Penamaan ini agak berbeda dan unik sebab biasanya penamaan didasarkan pada tempat hewan itu hidup atau fitur tubuh hewan yang diteliti.

“Saya telah mendengarkan musiknya (Elton John) di lab selama karier ilmiah saya,” terangnya.

“Saya menemukannya ketika krustasea yang memiliki embel-embel yang besar ini, muncul di bawah mikroskop saya. Spesies itu mengingatkan saya kepada sepatu Elton John yang ia pakai ketika memainkan ‘Pinball Wizard’,” tambahnya. Studi yang dilakukan oleh Thomas dan beberapa peneliti lain itu diterbitkan minggu ini di jurnal Zookeys.

Setelah para peneliti menemukan krustasea di sebuah terumbu karang di Raja Ampat, Indonesia, mereka langsung dihubungi oleh para ilmuwan di Hawaii, di mana L. eltoni tiba sebagai spesies invasif.

newsweek.com

100 Persen buatan Indonesia, Satelit LAPAN A2 Esok Diluncurkan

Impian Indonesia untuk memiliki teknologi angkasa secara mandiri mulai terwujud. Bila sesuai rencana, satelit buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), bernama LAPAN A2/Orari, akan diluncurkan dari India, 27 September 2015 besok. Ini adalah satelit pertama yang seluruh prosesnya dikerjakan di Indonesia.

Satelit

Satelit yang selesai dibangun pada tahun 2012 itu sudah dikirim ke India, pada Jumat (4/9/2015) yang lalu seusai diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Satelit ini akan diluncurkan dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota. LAPAN A2 ditumpangkan pada roket India bermuatan utama satelit astronomi Astrosat.

Menurut Ketua Tim Insinyur LAPAN A2/Orari M. Mukhayadi, para insinyur itu berasal dari berbagai bidang ilmu: teknik mesin, fisika, penerbangan, elektronika, komputer, dan pemrograman. Menariknya kebanyakan insinyur masih berusia muda yaitu berumur sekitar 30 sampai 40 Tahun.

Satelit LAPAN A2/Orari adalah satelit mikro berdimensi 50 x 47 x 38 sentimeter dan berbobot 78 kilogram.

lapan a2

Kepala Pusat Teknologi Satelit LAPAN Suhermanto mengatakan, sejak satelit LAPAN A1 diluncurkan pada tahun 2007, sejumlah negara seperti Tiongkok dan Singapura ikut membuat satelit mikro. Proses pembuatan yang lebih sederhana, cepat, murah dan peluncurannya lebih mudah jadi alasannya. “Pembangunan satelit yang lebih kompak sedang tren,” ujarnya.

Sama dengan A1, LAPAN A2 adalah satelit eksperimental, bukan operasional. Namun, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, pertengahan Agustus lalu, mengatakan, penguasaan satelit mikro sangat penting sebagai penahapan menguasai teknologi satelit komunikasi yang teknologinya lebih rumit.

Orbit A2 berada pada ketinggian 650 kilometer (km) dari muka Bumi, lebih tinggi 20 km dari A1. Bedanya, A2 satelit ekuatorial atau mengelilingi bagian khatulistiwa Bumi, bukan satelit polar yang mengelilingi kutub Bumi seperti satelit A1. Keunggulannya, satelit ekuatorial akan melintasi wilayah Indonesia 14 kali sehari, sedangkan satelit polar hanya 4 kali sehari.

Satelit A2 juga dilengkapi sejumlah instrumen yang lebih baik daripada A1, seperti kamera digital dan kamera video analog untuk memotret muka Bumi beresolusi 4 meter dan lebar sapuan 7 km. Resolusi kamera A1 hanya 6 m dan lebar sapuannya 3,5 km. Sehingga Kamera pada Satelit A2 diyakini bisa untuk memantau perubahan tata guna lahan.

Instrumen lainnya yang dipasang pada LAPAN A2 adalah Automatic Identification System (AIS) yang digunakan untuk mendukung kegiatan kemaritiman di Indonesia seperti memantau pergerakan kapal laut, eksplorasi sumber daya laut dan perikanan, serta operasi keamanan laut.

Selain itu, satelit juga dilengkapi voice repeater dan automatic packet reporting system (APRS) untuk mitigasi bencana menggunakan radio amatir. APRS bisa digunakan untuk penjejakan obyek bergerak, seperti memantau banjir dan perubahan tinggi muka air laut dan pergerakan manusia sehari-hari.

“APRS bisa juga menandai obyek tetap, seperti pulau-pulau terluar Indonesia,” kata Djoko M Susilo dari Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari).

kompas.com

Tim Tari dari Sulawesi Meraih Penghargaan di Eropa

Tim tari Ajuwara dari Sulawesi Selatan meraih penghargaan First Award Golden Orpheus untuk kategori Ritual Dance Folklore pada XII Black Sea Festival Euro Folk 2015 yang berlangsung di kota Kiten Bulgaria pada 2-5 September 2015. Penghargaan ini diraih setelah tim bersaing dengan 85 grup tari dari enam negara lainnya yaitu Bulgaria, Latvia, Polandia, Rusia, India, dan Austria.

Keunikan tarian dan musik serta kostum tari grup Ajuwara Makassar seperti sarung, baju bodo dan busana adat Toraja telah menarik perhatian para penonton festival tersebut di panggung maupun di luar panggung. Selain penghargaan di atas, Tim juga mendapatkan penghargaan Essential Contribution at Preserving and Developing of Traditional Folklore Art; Holder of the Honorary Sign of musical Feast Euro Folk; Discovery of the XII Black Sea Fest 2015; Laurete (the best perpormance). Dengan prestasi tersebut, penyelenggara mereferensikan Tim untuk mengikuti World Championship of Folklore 2016 yang akan diadakan pada bulan Agustus tahun depan di Nessebar Bulgaria. Hadir pada acara penutupan Dubes RI dan Ibu Lia Saptomo memberikan dukungan kepada tim tari.

Grup tari Ajuwara Sulawesi Selatan Raih First Golden Award  Ritual dance folklore di kota Kiten Bulgaria

Pada pidato penutupan festival 5 September malam, Presiden Festival, Kaloyan Nikolov, menyampaikan terima kasih kepada Dubes RI yang telah mendukung penuh keikutsertaan tim tari Ajuwara Sulawesi Selatan Indonesia pada Festival ini dan kepada tim yang telah bersedia hadir meskipun harus menempuh perjalanan panjang guna memperkenalkan tradisi dan budaya Sulawesi Selatan. Kaloyan bahkan menyebut tim sebagai “the most greatest” performance.

Sementara Ketua Tim, Abdi Bashit, mengatakan bahwa kesenian merupakan jembatan yang dapat menghubungkan berbagai bangsa yang berbeda di dunia sebagaimana yang disaksikannya selama Festival dimana semua materi musik dan tari memiliki konsep yang sama yaitu kerukunan dan kebersamaan diantara keberagaman tradisi dan budaya.

Para penari yang sebagian besar adalah mahasiswa Universitas Hassanudin menyampaikan kegembiraannya dapat berpartisipasi pada festival ini, karena baru pertama kalinya tim mengikuti kompetisi pada folklore festival dan dapat bertemu dengan tim tari lainnya dari berbagai negara.

Partisipasi Tim pada Festival ini didukung penuh oleh KBRI Sofia dan IKA Unhas, Kemdikbud, BRI, PLN dan Askrindo. Pada kompetisi ini peraih penghargaan Grand Prix adalah Tim tari dari Polandia.

Grup tari Ajuwara Sulawesi Selatan Raih First Golden Award  Ritu

Selain berpartisipasi pada Festival ini, Tim juga akan tampil di Ibero Star Hotel, Hotel bintang lima di Sunny Beach Bulgaria sekitar satu jam dari kota Kiten pada 6 September malam dan di kota Sofia pada 8 September.

Lembaga Kesenian Ajuwara Sulawesi Selatan didirikan tahun 1995 oleh beberapa tokoh besar bidang kesenian di Sulawesi Selatan. Lembaga ini bergerak dibidang pendidikan dan pelatihan, pelestarian budaya, pertunjukan dan pengembangan tari khususnya seni tari dan musik tradisional Sulawesi Selatan.

kemlu.go.id