Indonesia Pemasok Terbesar Dunia Mutiara South Sea

Sudah bukan suatu rahasia lagi jika Indonesia kaya akan hasil lautnya. Tak hanya terkenal akan sumber daya ikan, laut Indonesia juga menyimpan potensi besar mutiara. Kualitas mutiara laut asal Indonesia sudah terkenal hingga pasar internasional. Namun sayangnya, popularitas tersebut sering dibajak oleh negara-negara lain yang mengklaim memiliki hasil mutiara yang sama berkualitasnya dengan Indonesia

Seorang ahli biota laut asal Australia, Joseph Taylor, mengatakan Indonesia merupakan pusat mutiara laut selatan (South Sea Pearl) terbesar di dunia. “Sayangnya, di dalam negeri (Indonesia) orang tidak tahu kualitasnya bagus,” kata Joseph seperti dilansir oleh CNN Indonesia.

Mutiara

Pria yang juga memiliki bisnis mutiara di beberapa kota di Indonesia itu mengatakan kebanyakan mutiara yang diperdagangkan di dalam negeri merupakan mutiara jenis Chinese Fresh Water Pearl atau mutiara air tawar yang ilegal. Padahal kualitasnya jauh dari kualitas mutiara Indonesia yang berjenis South Sea Pearl yakni dari genus kerang Pinctada maxima.

Mutiara South Sea Pearl tersebut malahan lebih banyak diekspor. Bahkan terdapat pendapat yang mengatakan hampir seluruh pasokan mutiara dunia berasal dari Indonesia. Mutiara tersebut adalah hasil dari budidaya di berbagai tempat di Indonesia seperti Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Sumatera Barat dan Lampung.

Dari segi volume, Indonesia merupakan produsen SSP terbesar di dunia dengan memasok sekitar 43 persen kebutuhan dunia. Sedangkan dari sisi nilai perdagangan, Indonesia menempati urutan ke 9 dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 25,8 juta atau 2,04 persen dari total nilai ekspor seluruh jenis mutiara di dunia yang mencapai US$ 1.2 milyar, di bawah India, Jepang, Cina, Australia, Tahiti, Swiss, USA, dan Inggris.

Joseph menambahkan, budidaya mutiara sebenarnya adalah salah satu aktivitas laut yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta padat karya. Sebab tenaga kerja yang bergerak di bidang mutiara Indonesia saat ini mencapai 5,000 orang tetap dan 1,500 orang musiman. Sehingga menurutnya tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mendukung industri mutiara dalam negeri.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/24/indonesia-pemasok-terbesar-dunia-mutiara-south-sea/

Onrust Pinhole Camera, Kamera Lubang Jarum Buatan Anak Bangsa

Banyak orang mulai beralih ke kamera digital dan mulai meninggalkan kamera analog karena zaman sekarang yang memang serba digital. Tapi, di Bandung, ada pemuda yang justru membuat kamera analog unik yakni kamera lubang jarum.

Kamera lubang jarum merupakan sebuah kamera yang tidak menggunakan lensa untuk menangkap gambar, melainkan membutuhkan sebuah ruang kedap cahaya serta sebuah lubang kecil untuk memproyeksikan gambar secara terbalik. Dengan seiring berkembangnya IPTEK, kamera berteknologi analog ini mulai berangsur ditinggalkan.

Onrust 1

Kali ini anak bangsa yang berasal dari kota Bandung, menghadirkan sebuah kamera lubang jarum yang diberi nama Onrust Pinhole Camera. Kamera lubang jarum ini memiliki bodi yang terbuat dari bahan kayu jati. Sebenarnya untuk membuat sebuah kamera lubang jarum bisa memakai bahan apa saja, meskipun itu barang bekas tak terpakai sekalipun.

Hasil foto Onrust Pinhole Camera (Kredit : Onrustpinhole)
Hasil foto Onrust Pinhole Camera (Kredit : Onrustpinhole)

Sang pembuat kamera lubang jarum ini adalah Arie Haryana, pemuda yang berasal dari Bandung ini sebelumnya juga telah berhasil membuat Neo Pinhole yang sudah dipasarkan sekitar setahun yang lalu. Sama seperti pendahulunya, Onrust Pinhole Camera ini juga dipasarkan melalui media sosial .

Hasil foto Onrust Pinhole Camera (Kredit : Onrustpinhole)
Hasil foto Onrust Pinhole Camera (Kredit : Onrustpinhole)

Perbedaan Onrust dengan Neo adalah dari segi estetikanya. Serta pada segi komponennya, Onrust lebih berkelas dibandingkan dengan pendahulunya, namun demikian sang pembuat kamera ini tak menampik jika hasil karyanya ini masih jauh dari kata sempurna.

Hasil foto Onrust Pinhole Camera (Kredit : Onrustpinhole)
Hasil foto Onrust Pinhole Camera (Kredit : Onrustpinhole)

Hal ini karena tujuan awal sang pembuat kamera unik ini hanya ingin memberitahukan kepada semua orang, terlebih kepada anak muda yang kreatif, bahwa membuat kamera itu tidak serumit yang kita banyangkan sebelumya. Bahkan barang-barang bekas disekitar kita pun bisa menjadi sebuah kamera jika kita menuangkan ide kreatif pada benda tersebut.

Onrust 2

Arie pun juga mengungkapkan bahwa kotak pembungkus kamera ini juga dapat digunakan sebagai kamera lubang jarum lain dengan dimensi yang lebih besar. Untuk spesifikasi dari kamera ini sangar sederhana, bodinya terbuat dari bahan kayu jati, format film 35mm, panjang fokal 25mm, serta aperture f/119. Tak hanya itu saja, kamera lubang jarum ini juga hadir dengan tripod di bagian bawah kamera ini.

Bagi Anda yang berminat membeli Onrust Pinhole Camera, dapat membelinya melalui situs resminya. Kamera unik dari bahan kayu ini hanya dibanderol Rp319.000 saja. Pembuatan kamera ini pun masih memberdayakan usaha kecil menengah (UKM) yang berlokasi di kota Bandung.

Arie sendiri mengungkapkan bahwa jika kamera ini dibuat dengan skala pabrik besar, maka waktu produksi akan jauh lebih cepat. Serta dapat menghemat biaya pembuatan, sehingga harga kamera ini dapat menjadi lebih murah. Namun bagi Arie, memajukan daerah asalnya sendiri lebih penting ketimbang mencari keutungan semata.

 

beritateknologi.com

Catatan Tertua Eropa Tentang Bumbu Masak Asli Nusantara

What is trassi?” Demikian pertanyaan Anna Forbes tatkala berjejak di Ambon. Anna merupakan istri dari naturalis sohor asal Inggris, Henry Ogg Forbes. Pasangan itu menjelajahi Nusantara tahun 1880-an.
Ketika Anna berada di dapur, dia melihat paket kecil dalam bungkus daun pisang yang tergeletak di lantai. Kemudian dia bertanya kepada Kobez—demikian Anna menulis nama seorang anak lelaki yang mengingatkan kita pada kobis sayuran. Kobez merupakan seorang koki yang melayaninya selama di Ambon.

“Barang apa ini?” tanya Anna kepada Kobez sembari menyentuh bungkusan itu dengan hati-hati.
“Oh! Nyonya, itu adalah terasi.”
“Terasi? Macam mana pula itu terasi?
“Melezatkan masakan, Nyonya.”
“Apakah saya pernah menyantapnya?”
“Pastilah, Nyonya; ini enak sekali.”
“Kamu pasti bohong! Apakah kamu berencana meracuni saya dan juga dirimu sendiri?”
“Wah, kalau bohong saya bisa kena gondokan, Nyonya, tetapi ini memang betul-betul enak,” kata Kobez. Kemudian lelaki itu memegang lehernya dan berikrar, “Sumpah mati!”

Anna pun membuangnya jauh-jauh dari Kobez yang terlihat sendu setelah kejadian ini. Kendati demikian, Anna tak berniat mengancam si koki apabila dia mengambil kembali bungkusan mengerikan itu.

Terasi

Anna bukanlah orang Eropa yang pertama yang merasa aneh dengan terasi. Dalam catatan perjalanannya ke Hindia Belanda yang berjudul Insulinde (yang diterbitkan ulang seabad kemudian berjudul Unbeaten Tracks in Islands of The Far East), Anna menyebut nama William Dampier. Dampier adalah penjelajah Inggris pertama yang mengelilingi dunia sebanyak tiga kali sejak tahun 1679 hingga 1691, dan tentu saja berkunjung ke Nusantara. Dampier menjadi orang Inggris pertama yang menjelajahi sebuah kawasan yang kita kenal sekarang sebagai bagian dari Australia, kira-kira 80 tahun sebelum Kapten James Cook mendarat di sana.

Dampier menerangkan tentang terasi dalam catatan penjelajahannya yang sohor, A New Voyage Round the World yang terbit pada 1707. Tampaknya inilah catatan tertua dari Eropa yang mengungkapan rasa terasi.

“Sebuah komposisi bau yang kuat, namun menjadi hidangan yang sangat lezat bagi penduduk asli,” tulis Dampier dalam bukunya.

Dampier juga menuliskan bahwa dahulu terasi, ikan dan garam yang diolah seperti acar masih dicampur arak dan dimasukkan guci untuk mengawetkannya. “Aromanya sangat kuat. Namun, setelah menambahkannya pada masakan rasanya menjadi gurih.”

Catatan perjalanan Anna Forbes tersebut diterbitkan pertama kali di tahun 1887. Perempuan itu memulai penjelajahannya dari Batavia, kemudian berlayar menuju Pulau Sulawesi dan berlabuh di Makassar. Dirinya menetap beberapa lama di kota ujung selatan itu, sebelum dirinya melanjutkan berlayar ke Maluku, Ambon, Banda, dan terakhir di sebuah permukiman orang-orang Portugis di Timo (atau Timor), Nusa Tenggara.

Anna menceritakan perjalanannya yang menurutnya adalah bagian dari menjalani hidup. Lengkap dengan kenikmatan, kesenangan dan rasa ketidaknyamanan seperti demam sepanjang perjalanan. Tidak terkecuali terasi, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari dapur Nusantara, telah memberikan kenangan pengalaman melancong baginya.

nationalgeographic.co.id

Empat Pelajar SMA Harumkan Indonesia di Brazil

Pelajar Indonesia kembali tampil gemilang di ajang internasional. Kali ini empat pelajar Indonesia meraih medali di Olimpiade Internasional Kebumian atau International Earth Science Olympiad (IESO) di Pocos de Caldas, Brazil, yang berlangsung 13-20 September 2015.

Para anak bangsa ini menempatkan Indonesia menjadi juara umum ke-3 dengan menyumbang empat medali sekaligus. Satu medali emas, dua medali perak dan satu medali perunggu.

IESO 2015

“Ini prestasi yang sangat membanggakan, dan sangat luar biasa di ajang olimpiade yang bergengsi di Brazil,” tutur Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA) Kemendikbud Purwadi Sutanto di Kantornya, Jakarta (23/9) Rabu

Untuk medali emas diraih Abdel Hafiz dari SMA Negeri 1 Padang Sumatera Barat, Jason Hartanto dari SMA Negeri 1 Sidoarjo Jawa Timur meraih medali perak, Nanda Adi Kurniawan dari SMA Negeri 3 Malang Jawa Timur meraih medali perak, dan Ryan Setyabudi dari SMA Negeri 2 Purwokerto Jawa Tengah meraih medali perunggu.

“Para juara ini akan mendapatkan apresiasi dari pemerintah dalam bentuk beasiswa. Peraih emas akan diberi beasiswa sampai dengan program S3, peraih medali perak akan mendapatkan beasiswa sampai dengan S2, dan peraih perunggu akan mendapatkan beasiswa sampai S1,” jelas Purwadi.

Kata Purwadi, yang diuji di olimpiade tes teori dan praktek. Tes teori dilakukan tanpa pengelompokan soal berdasarkan bidang, tetapi dicampur secara acak dengan total soal sebanyak 67.Materi ujian meliputi bidang Geologi dan Geofisika, Meteorologi, Oceanografi dan Hidrologi serta Astronomi. Pengelompokan soal per bidang dilakukan pada tes praktek, yang terbagi atas 5 kelompok yakni tes hidrologi, meteorologi, geofisika, geologi dan astronomi.

jawapos.com

Indonesia Menjadi Tuan Rumah Konferensi Pelestarian Sedunia 2017

Organisasi pelestarian alam dari berbagai negara dunia yang tergabung dalam The International National Trusts Organisation (INTO) akhirnya memilih Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Pelestarian Sedunia pada tahun 2017 mendatang. Ubud, Bali, ditetapkan sebagai tempat penyelenggaraan konferensi karena dianggap cocok dengan tema yang akan diangkat yaitu Kekuatan Budaya untuk Mendukung Kelestarian Alam.

Seperti dikutip dari Kompas.com Catrini P Kubontubuh, Ketua Dewan Pimpinan Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) mengatakan, ”Indonesia terpilih setelah mengajukan Ubud, Bali, sebagai tempat konferensi. Kami hampir kalah dengan Cape Town, Afrika Selatan.”

ubud

Catrini menjelaskan, pemilihan Bali sebagai tempat konferensi sangat sesuai dengan tema tentang Kekuatan Budaya untuk Mendukung Kelestarian Alam, meski ia tidak menampik masih banyak persoalan yang dihadapi Bali saat ini.

Bersama 10 delegasi lainnya dari BPPI, Catrini baru saja menghadiri konferensi organisasi-organisasi pelestarian sedunia 2015 yang diadakan di kota Cambridge, Inggris, pada 7-11 September lalu.

Sebanyak 250 peserta dari berbagai negara hadir di konferensi tersebut. Perwakilan dari kota Cambridge mempresentasikan bagaimana pemerintah dan organisasi pelestarian bersama-sama melestarikan kota. Sebagai kota berpenduduk lebih dari 120.000, Cambrigde merupakan kota yang lengkap, memadukan kekayaan sejarah, pendidikan, kehidupan modern, dan budaya.

”Cambridge merupakan contoh bagaimana negara maju mengelola kelestarian alam, budaya, dan sejarahnya. Untuk konferensi di Bali nanti, Indonesia terpilih sebagai contoh bagaimana negara berkembang melestarikan kekayaan budaya dan alamnya,” kata Catrini. Wakil dari Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, ikut ke Cambridge sebagai salah satu Kota Pusaka di Indonesia.

Seperti diungkap melalui siaran pers BPPI, Dame Fiona Reynolds, Presiden INTO, mengatakan ingin belajar banyak tentang bagaimana tradisi lokal atau local wisdom berperan dalam mendukung kelestarian lingkungan, hal ini juga terkait dengan persoalan perubahan iklim global (climate change). Anggota organisasi pelestarian sedunia ingin mendalami bagaimana kultur orang Bali mampu menjadi penyangga kelestarian alam.

INTO yang memiliki anggota sebanyak 65 negara, termasuk Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya. Hashim Djojohadikusumo, pimpinan delegasi Indonesia di Konferensi Organisasi-organisasi Pelestarian Sedunia ke-16 di Cambridge, mengatakan, kepercayaan ini sangat membanggakan, namun sekaligus sebagai peringatan bagi Indonesia agar terus memperjuangkan pelestarian pusaka.

Konferensi di Ubud, Bali, rencananya akan dilakukan pada 11-15 September 2017. BPPI yang ditunjuk sebagai penyelenggara akan bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Gianyar. Ubud seperti diketahui memang memiliki banyak tradisi lokal yang sangat menjunjung kelestarian alam.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/28/indonesia-menjadi-tuan-rumah-konferensi-pelestarian-sedunia-2017/

Pelni Buka Pelayaran Wisata Bahari ke Dua Lokasi Eksotis

Indonesia yang memiliki keindahan alam laut sangat beragam, membuat banyak pelancong untuk berdatangan. Namun selama ini pendatang ke lokasi-lokasi laut eksotis di dalam negeri masih di dominasi turis mancanegara sebab biayanya yang cukup tinggi. Padahal wisatawan domestik masih cukup berpotensi untuk terus berdatangan ke lokasi-lokasi tersebut Peluang untuk menarik wisatawan lokal ini kemudian menarik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) untuk membuka paket pelayaran wisata bahari.

Seperti dilansir dari situs Kementerian Pariwisata, Indonesia.travel, wisata bentang laut akan dimulai dengan petualangan ke tempat wisata penyelaman dua lokasi wisata laut eksotis yang sudah terkenal di dunia internasional yaitu Raja Ampat, Papua Barat dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara dengan menggunakan ‘hotel terapung’ kapal MV Tatamilau.

Raja Ampat

Para pelancong akan dibawa berlayar menggunakan KM. Tatamailau untuk tujuan Raja Ampat dengan jadwal perjalanan 29 Oktober sampai 1 November 2015. Sedangkan Untuk pelayaran ke Wakatobi dengan KM. Kelimutu pada 15-19 November.

“Traveler ke Raja Ampat dengan titik kumpul di Pelabuhan Sorong. Sedangkan ke Wakatobi titik kumpulnya di Pelabuhan Baubau,” kata Kepala Hubungan Masyarakat Pelni Akhmad Sujadi di Jakarta, Senin (21/9).

Paket wisata ke Raja Ampat ditawarkan selama empat hari tiga malam yang akan diawali dari Pelabuhan Sorong, 29 Oktober pagi. Dari Sorong para traveler bisa menikmati diving, snorkeling di Mansuar, Pulau Pasir Putih. Biaya ke Raja Ampat, cukup beragam biayanya berkisar antara Rp4,4 juta hingga Rp6,9 juta.

Wakatobi

Sedangkan untuk menuju Wakatobi wisata dimulai dari Pelabuhan Baubau menuju Pulau Tomiang, Hoga dan Wanci. Wisatawan yang menuju Wakatobi akan menikmati paket wisata meliputi snorkeling, diving dan city tour di Wanci. Biaya untuk paket Wakatobi lebih murah dibanding Raja Ampat, yakni berkisar antara Rp3,7 juta hingga Rp 4,7 juta.

“Biayanya macam-macam, tergantung kelas paket yang diambil. Itu sudah termasuk kamar selama perjalanan. Ada kelas I, kelas 2 dan kelas bugdet. Kalau ada yang berminat bisa menghubungi call center Pelni di 162,” jelasnya.

jpnn.com

Ransel Pupuk Praktis Inovasi Mahasiswa Universitas Brawijaya

Bertani memang tidak mudah. Bertani membutuhkan kerja keras agar mendapatkan hasil pertanian yang berkualitas, mulai dari pembajakan tanah, pembibitan, pemupukan hingga panen.

Sayangnya, mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan cara tradisional ketika mengolah lahan. Akibatnya, hasil pertanian dianggap masih kurang maksimal, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Hal ini tentu menjadi sebuah kerugian sebab tenaga dan waktu yang dibutuhkan tidak sedikit.
Kondisi ini bisa kita jumpai di salah satu desa sentra penghasil jagung, Desa Pandanrejo, Kota Batu, Jawa Timur. Sehari-hari, Kelompok Tani Pangestu di desa tersebut menghasilkan jagung manis bermutu tinggi. Namun, para petani kesulitan menjaga konsistensi jumlah hasil panen. Jika normalnya memanen 3,2 ton per hektare, pada musim penghujan mereka hanya mampu memetik 1,2 ton per hektare. Tidak heran, Kelompok Tani Pangestu sering kesulitan memenuhi kebutuhan pasar.

Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), Malang, yaitu Intan Avionita, Sri Mursidah, Adi Mas Sulthon, Zunanik Mufidah dan Sujatmiko meneliti fenomena ini. Mereka menemukan, penyebab utama tingkat produksi yang fluktuatif adalah metode pemupukan yang kurang tepat.

Petani

Seperti di kutip dari Okezone.com Intan menjelaskan, selama ini para petani menggunakan pupuk cair agar lebih mudah diaplikasikan menggunakan hand sprayer. Padahal, pupuk cair hanya cocok diterapkan pada musim kemarau dengan kelembaban tanah relatif rendah.

“Namun jika dipaksakan menggunakan pupuk granul, petani justru akan mengeluarkan biaya ekstra untuk menyewa buruh tani dikarenakan rendahnya kapasitas pemupukan,” kata Intan
Dia memaparkan, petani harus membungkuk guna mengaplikasikan pupuk pada area akar tanaman satu per satu. Akibatnya, petani butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan proses tersebut. Tidak hanya itu, biaya yang dikeluarkan juga lebih besar.

Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi (PKM-PT) itu menemukan, solusi paling tepat guna menangani masalah tersebut adalah teknologi pemupukan berbasis spring valve (katup pegas). Menurut Intan, teknologi ini bersifat multi fungsi.

“Jadi bisa dipakai untuk mengaplikasikan pupuk granul dan cair,” imbuhnya.

Teknologi tersebut juga memungkinkan petani mengatur jumlah pengeluaran pupuk, proses pembuatannya mudah dan ekonomis. Selain itu, keunggulan lainnya adalah desain yang ergonomis, bisa dibawa ke mana-mana (portabel) dan mudah digunakan.

Jagung

Berdasarkan prinsip teknologi pemupukan berbasis spring valve tersebut, Intan dan kawan-kawan pun membuat inovasi bernama Enchis alias Enricher Portable Applications. Sesuai prinsip ekonomis, Enchis menggunakan galon air mineral sebagai tangki penampung pupuk. Menggunakan selang, tangki ini dihubungkan dengan batang aplikator berbentuk seperti senapan api yang berfungsi mengeluarkan pupuk.

“Selain galon mineral, kami juga memakai tangki berbahan stainless steel. Tangki didesain seperti tas ransel dan dilengkapi spons pada bagian punggung, sehingga lebih ergonomis,” ujar Intan.

Perempuan berjilbab ini menambahkan, prinsip spring valve tadi dipasang pada ujung batang aplikator dan dimanfaatkan sebagai pengatur pengeluaran pupuk. Jadi, jika petani menarik pemicu batang aplikator, maka pegas pada spring valve akan meregang dan membuka pintu katup sehingga pupuk dapat keluar karena tertarik gaya gravitasi bumi. Kemudian jika pemicu dilepaskan, maka pegas akan kembali normal dan menutup pintu katup tertutup sehingga pupuk berhenti keluar.
Tim beranggotakan lintas angkatan itu membuat 12 unit Enchis. Intan mengklaim, Enchis meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemupukan jagung di Kelompok Tani Pangestu.

“Ada peningkatan kapasitas kerja hingga 20 kali lipat, penurunan jumlah pekerja, penurunan waktu operasi, dan penurunan biaya pekerja. Tingkat kesuburan tanaman juga naik karena pupuk yang diberikan jumlahnya terkontrol, sehingga jagung dapat tumbuh optimal dan seragam,” tuturnya.

Berbekal Enchis, Intan dan timnya pun berkompetisi dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 2015 di Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara. Pada 5-10 Oktober mendatang, mereka akan beradu ide dengan para inovator muda dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/09/28/ransel-pupuk-praktis-inovasi-mahasiswa-universitas-brawijaya/

GMF Resmikan Hanggar Terbesar di Dunia Buatan Anak Bangsa

Anak usaha Garuda Indonesia di bidang perawatan pesawat, PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia meresmikan hanggar keempat di area Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten. Menurut Arief Wibowo, Direktur Utama Garuda Indonesia, hanggar 4 yang secara keseluruhan dibangun putra putri Indonesia ini merupakan hanggar perawatan pesawat berbadan kecil (narrow body aircrafts) terbesar di dunia dengan kapasitas perawatan mencapai 16 pesawat secara simultan dengan satu bay untuk aktivitas pengecatan pesawat. Sebelumnya, predikat hanggar terbesar di dunia dipegang oleh Turkish Technic di Turki. Luas area hanggar empat adalah 67.022 meter persegi (m2).

hangar

“Kehadiran hanggar empat ini memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain di industri MRO (maintenance, repair, overhaul) yang dapat diperhitungkan, mengingat dalam 20 tahun ke depan, pusat perawatan armada pesawat udara dunia akan bergeser ke wilayah Asia Pasifik seiring dengan tingginya lalu lintas udara di kawasan Asia Pasifik,” ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno saat meresmikan Hanggar 4 GMF di Cengkareng, Senin (28/9).

Disampaikan Rini, hanggar ini akan menjadi potensi GMF dalam meraih dominasi pasar perawatan pesawat di Asia Tenggara. Sebagai salah satu MRO yang diperhitungkan di kawasan, kehadiran hanggar ini dapat menjadi langkah stategis GMF dalam melaksanakan berbagai langkah ekspansi bisnisnya.

“Di tengah pesatnya pertumbuhan dan perkembangan industri penerbangan nasional, hanggar empat membuka peluang usaha dan investasi yang prospektif sehingga dapat mengurangi ketergantungan pemeliharaan pesawat di luar negeri,” katanya.

Peresmian Hanggar 4 GMF AeroAsia (Photo by: Achsel Ahmadshah Suherman)

Dukungan ribuan tenaga terampil yang dimiliki GMF, hanggar empat diharapkan memberikan dukungan optimal bagi maskapai domestik dalam memenuhi standar keselamatan penerbangan dan kemudahan memperoleh pasokan suku cadang.

Rini juga berharap kehadiran hanggar empat GMF akan membuka kesempatan kerja kepada putra-putri bangsa. “Sehingga SDM kita menjadi profesional kelas dunia,” katanya.

Dengan dukungan SDM terampil, kapabilitas dalam pelayanan dan harga yang kompetitif, Rini berharap dapat meningkatkan daya saing industri pemeliharaan pesawat guna mendukung angkutan udara nasional yang aman, andal, dan efisien.

 

beritasatu.com

Rumah Tradisonal Flores ini Mendapat Award Of Excellence dari UNESCO

Mbaru Niang, rumah tradisional di Wae Rebo, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, merupakan warisan budaya Indonesia yang istimewa. Statusnya sebagai penerima Award of Excellence, penganugerahan tertinggi dalam UNESCO Asia-Pacific Awards for Cultural Heritage Conservation tahun 2012 yang lalu membuat Wae Rebo menjadi kawasan yang dikenal secara internasional.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membidangi urusan budaya dan ilmu pengetahuan itu mengatakan pemberian Award of Excellece kepada Mbaru Niang adalah bentuk pengakuan baru terhadap konservasi arsitektural.

Saat itu UNESCO memberi penghargaan terhadap Yayasan Rumah Asuh, yang dipelopori oleh arsitek ulung Yori Antar, yang berhasil memimpin proyek arsitektur di Wae Rebo, memanfaatkan tradisi lokal dan memberdayakan warga setempat untuk membangun kembali rumah tradisional di wiayah di ujung barat Flores itu.

Kampung Wae Rebo

“Dengan mengangkat wawasan tradisional dalam meneruskan format arsitektur dan praktek pembangunan (Mbaru Niang), proyek itu telah menjaga keberlangsungan hidup lingkungan lokal dan mempromosikan kebanggaan serta semangat dari komunitas lokal,” tulis UNESCO.

Mbaru niang yang dalam bahasa Manggarai berarti rumah kerucut, mendapat penghargaan bergengsi tersebut setelah menyisihkan 42 warisan budaya lain dari 11 negara di Asia. Peraih penghargaan dipilih berdasarkan sejumlah kriteria seperti bagaimana situs itu mencerminkan semangat lokal, kegunaan, kontribusinya terhadap lingkungan sekitar, dan keberlangsungan budaya serta sejarah lokal.

Rumah beratap semacam jerami ini memiliki tingkatan-tingkatan yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Pada lantai pertama rumah ini yang disebut lutur atau tenda akan di gunakan oleh si pemilik rumah untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Lantai kedua yang disebut lobo, digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan atau barang. Lantai ketiga yang disebut lentar, adalah tempat menyimpan benih tanaman hasil bercocok tanam. Lantai empat, disebut lempa rae, digunakan untuk tempat menyimpan stok cadangan makanan yang berguna saat hasil panen kurang banyak. Sedangkan pada lantai kelima yang terdapat di puncak rumah digunakan untuk menyimpan aneka sesajian si pemilik rumah.

Mbaru Niang

Mbaru niang memang istimewa. Rumah-rumah kerucut itu tidak dapat dijumpai di mana pun kecuali di Wae Rebo, NTT, Indonesia. Sampai saat ini Mbaru niang terdapat tujuh unit di sana, di sebuah desa mini di tengah-tengah gunung nun jauh di pelosok Pulau Flores.

Meski masyarakat Manggarai memiliki mbaru gendang alias rumah gendang. Namun, mbaru gendang dianggap sama sekali berbeda dengan mbaru niang. Mbaru gendang bangunannya menyerupai tong atau drum yang diberi topi kerucut. Sedangkan mbaru niang adalah karya arsitektur budaya berupa kerucut. Seperti caping superbesar yang didirikan diatas tanah.

Agar dapat termasuk dalam pemilihan tersebut situs budaya yang didaftarkan harus berusia lebih dari 50 tahun dan proses restorasinya harus telah rampung dalam 10 tahun terakhir.

Mencapai Wae Rebo bukanlah perkara yang mudah. Kota terdekat untuk menuju ke sana adalah Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat yang masih bisa dicapai lewat darat atau udara. Bila berangkat dari sisi timur Indonesia, Ruteng dapat dicapai melalui Kupang. Sedangkan bila dari barat, penerbangan yang paling gampang ialah menuju Labuan Bajo yang berjarak sekitar 130 kilometer dari Ruteng.

jpnn.com

SAR Indonesia Sejajar dengan SAR milik Negara-Negara Maju

Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya F Henry Bambang Soelistyo mengumumkan bahwa institusinya diberikan predikat sebagai salah satu SAR yang terbaik di dunia dalam Asia-Pacific SAR Meeting 2015 di Australia.

“Basarnas dinilai sebagai salah satu yang terbaik di dunia, dengan peringkat nilai di atas 90, sejajar dengan badan SAR milik negara-negara maju seperti Kanada, Amerika, dan Tiongkok,” kata Bambang di Yogyakarta, Minggu (27/9/2015).
Menurut Bambang penilaian tersebut dilihat dalam uraian peringkat kapabilitas badan SAR seluruh dunia yang dipaparkan dalam Pertemuan SAR tingkat Asia Pasifik 2015 di Australia.

Basarnas

“Sementara untuk negara-negara di Asia seperti Singapura dan Malaysia, Basarnas masih di atasnya,” kata dia.

Bambang mengatakan, penilaian penting yang mempengaruhi tingginya prestasi Basarnas tersebut, terkait dengan kinerja Tim SAR yang berhasil mengevakuasi pesawat AirAsia Indonesia QZ8501 dan juga evakuasi korban pesawat Trigana Air secara optimal di Papua. “Dua peristiwa itu menjadi sorotan penting,” ujar Bambang.

Berdasarkan dua operasi tersebut negara-negara yang hadir dalam pertemuan itu, ingin menggali lebih jauh mengenai rahasia pengelolaan tim serta manajemen persiapan Basarnas dalam menghadapi setiap operasi besar.

“Mereka juga ingin tahu bagaimana Basarnas menghadapi media dan keluarga korban yang dinilai sulit oleh banyak negara,” kata dia.

Menurut dia, nilai capaian yang diperoleh Basarnas itu sangat membantu Indonesia untuk memperoleh kepercayaan dunia dalam mewujudkan berbagai program besar seperti dalam misi pembangunan poros maritim. “Karena itu menyangkut nilai kepercayaan, khususnya jaminan keselamatan,” kata dia.

kompas.com