Pemuda Madiun Garap Kereta Shinkansen E7

Kereta Shinkansen asal Jepang terkenal dengan kecepatan dan teknologi canggihnya. Namun siapa sangka, ternyata di balik kecanggihan transportasi super cepat itu ada tangan anak Indonesia di dalamnya.

Adalah Afurian, pemuda Indonesia yang bekerja di Japan Transport Engineering Company, Yokohama, Jepang. Dirinya mendapat kesempatan untuk menangani bagian elektrik dalam proses pembuatan Shinkansen terbaru seri E7.

Rian

Pemuda asal Madiun ini mengaku sudah mengerjakan enam set Shinkansen atau 60 kereta. Saat diwawancarai, pria yang sudah bekerja selama dua tahun lebih di perusahaan tersebut sedang membuat panel listrik kereta Shinkansen.

“Saya sedang merakit sebuah panel untuk kereta api tercepat,” ujar pria yang kerap disapa Rian ini seperti dikutip dari Metro TV.

Keberadaan Rian di perusahaan tersebut pun sedang magang. Sebelumnya, dia sempat magang di sana sebagai pegawai Industri Kereta Api (Inka) selama dua tahun. “Kalau saya sekarang magang untuk Indonesia,” ujarnya sembari tersenyum.

Penasehat Perusahaan J-Trec Masami Sembommatsu mengatakan, anak-anak Indonesia bisa diandalkan dalam membuat Shinkansen. Mereka bukan hanya rajin, tetapi hasilnya kerjanya yang rapi.

Seperti diketahui, selain Rian, ada 15 orang pegawai pegawai Industri Kereta Api (Inka) sedang magang di J-Trec. “Mereka sudah satu setengah tahun ikut dalam proses pembuatan kereta api baik itu Shinkansen maupun kereta listrik,” ujar Mendag.

Menurut Mendag, anak-anak Indonesia yang sedang magang di J-Trec ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia lainnya dalam kereta Shinkansen yang dinaiki.

metrotvnews.com

Professor Pemasaran Kelas Dunia ditunjuk sebagai Duta Pariwisata Indonesia

Indonesia tampaknya serius untuk memasarkan dan memaksimalkan potensi pariwisatanya pada dunia Internasional. Salah satunya adalah dengan menggandeng seorang Professor pemasaran kelas dunia untuk menjadi duta pariwisata Indonesia.

Pakar pemasaran Philip Kotler secara resmi dinobatkan sebagai Duta Wonderful Indonesia dengan tugas mempromosikan brand pariwisata Indonesia itu ke seluruh dunia.

Philip Kotler

Menteri Pariwisata Arief Yahya di Jakarta, Jumat (9/10/2015), menobatkan Profesor yang mengajar pemasaran internasional di Kellog School of Management, Universitas Northwestern itu sebagai Duta Wonderful Indonesia.

“Untuk menindaklanjuti penugasan sebagai Duta Pariwisata Indonesia yang diberikan oleh Menteri Pariwisata sebelum saya beberapa tahun lalu, hari ini saya merasa sangat terhormat untuk menyebut Anda (Kotler) sebagai Duta Wonderful Indonesia,” kata Arief Yahya kepada Philip Kotler sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Arief meminta guru marketing yang lahir di Chicago Illinois pada 27 Mei 1931 itu untuk mempromosikan Wonderful Indonesia ke dunia internasional ketika Kotler berbicara di forum-forum resmi maupun berkunjung ke berbagai tempat. Dirinya juga meminta Kotler untuk terus melakukan “endorsement” terhadap brand pariwisata nasional yakni Wonderful Indonesia.

“Atas nama pemerintah Republik Indonesia, saya ingin mengapresiasi upaya keras Anda untuk mempromosikan Indonesia sebagai destinasi wisata khususnya dalam promosi Pulau Komodo di Chicago,” katanya.

Arief bahkan menyebut Kotler sebagai Duta Pariwisata Indonesia sejati melihat peran Kotler yang menjadi inisiator dari museum pemasaran pertama di dunia, Museum of Marketing 3.0 di Ubud, Bali .

okezone.com

‘Garuda’ Sang penguasa Langit Jawa yang Langka

Fauna di Indonesia memang selalu mampu untuk membuat kita kagum. Tidak hanya yang jumlahnya sangat banyak namun juga karena jenisnya yang kebanyakan adalah khas dan unik.

Burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satunya. Elang ini merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini sering dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Sehingga banyak yang mencoba untuk memburunya meski sudah di tetapkan sebagai hewan yang dilindungi.

Elang Jawa

Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai memanjang sekitar 12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga sebagai Elang Kuncung. Ukuran tubuh dewasanya sekitar 60-70 sentimeter, memiliki bulu coklat gelap pada punggung dan sayapnya. Juga terdapat coretan coklat gelap dibagian dada dan bergaris tebal coklat gelap di perutnya. Ekornya berwarna coklat bermotif garis-garis hitam.

Habitat burung yang ditetapkan sebagai spesies endemik pada tahun 1953 lampau ini hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Seperti di Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Papandayan, Gunung Slamet, Gunung Lawu, Gunung Merapi, Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, dan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru.

Pengembangbiakan Elang Jawa terbilang cukup sulit. Di alam liar dalam waktu dua tahun, Elang Jawa betina dewasa berumur 3-4 tahun hanya bertelur satu kali dengan jumlah telur hanya satu selama kurun waktu 2-3 tahun. Oleh karena itu kemungkinan hidup anak Elang Jawa sangat kecil jika habitatnya terancam.

Burung yang sangat ikonik ini telah lama diteliti oleh para ilmuwan dan pecinta satwa. Sejak penemuan spesimennya di tahun 1907 oleh Max Edward Gottlieb Bartels, para peneliti sepakat menetapkan di tahun 1980-an bahwa Elang Jawa adalah salah satu burung pemangsa paling langka di dunia.

alamendah.org

Dokter Muda Asal Malang ini Peraih Penghargaan dari Istana Buckingham

Berbagai permasalahan sosial di Indonesia memaksa para generasi muda bangsa harus terus mampu untuk berinovasi dan berkontribusi pada masyarakat. Mahalnya biaya kesehatan misalnya yang sering membuat golongan masyarakat berpenghasilan rendah kesulitan mengakses fasilitas kesehatan. Akibatnya kualitas masyarakat yang seharusnya produktif menjadi tidak produktif karena sakit. Namun seorang dokter muda asal Malang mampu menemukan solusi untuk bermasalahan tersebut.

 

Adalah Gamal Albinsaid, seorang dokter lulusan Universitas Brawijaya yang menemukan solusi berobat murah dengan mendirikan klinik asuransi sampah. Dirinya memanfaatkan sampah-sampah yang dihasilkan oleh setiap warga untuk pembayaran jasa kesehatan di klinik yang dia dirikan dibawah nama PT. Indonesia Medika. Berkat inovasi ini pula dirinya berangkat ke Inggris untuk mendapatkan penghargaan HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneurship First Winner dari Istana Buckingham awal tahun 2014 yang lalu.

Penghargaan yang diselenggarakan Unilever dan Cambridge University itu merupakan penghargaan dari Pangeran Charles kepada entrepreneurship muda yang peduli dan memiliki inovasi di bidang sumberdaya berkelanjutan. Penghargaan internasional tersebut didesain untuk menginspirasi pemuda di seluruh dunia untuk menyelesaikan isu lingkungan, sosial dan kesehatan.

“Saya menyampaikan selamat kepada Gamal Albinsaid atas gagasan mengagumkan ini. Pemimpin muda ini mengembangkan gagasan yang benar-benar inovatif, menangani dua masalah pada saat yang bersamaan; manajemen dan daur ulang sampah serta asuransi kesehatan bagi masyarakat kurang mampu,” kata Pangeran Charles seperti dikutip dari BBC Indonesia.

Berkat kemampuannya menyelesaikan persoalan sampah dan kesehatan tersebut, Gamal dinilai berhasil unggul dari 511 wirausaha pilihan yang berasal dari 90 negara. “Dengan karunia ini, saya berharap bersama Indonesia Medika bisa melakukan lebih banyak kebaikan, menolong lebih banyak orang, karena saya yakin, dalam karunia yang besar, terdapat tanggung jawab besar,” ucapnya.

“Klinik Asuransi Sampah adalah sistem asuransi kesehatan mikro berbasis kerakyatan dengan semangat gotong royong melalui pembayaran premi dengan sampah sebagai sumber pendanaan utama pelayanan kesehatan masyarakat,” jelas anak dari pasangan Eliza Abdat dan Saleh Arofan Albinsaid ini.

Pria yang juga pernah bercita-cita sebagai motivator ini mengungkapkan bahwa sebenarnya masih banyak sekali orang-orang yang memiliki kepedulian di luar sana. “Ternyata banyak orang yang peduli dengan orang-orang yang kurang beruntung. Bayangkan bila ketujuh finalis tinggal di satu desa yang sama, apa yang terjadi?” ujar Gamal.

Sampai saat ini PT. Indonesia Medika yang dipimpin oleh Gamal telah memiliki pusat pengolahan sampah sendiri yang menopang keuangan perusahaan. Hasil pengolahan sampah tersebut juga banyak digunakan untuk daur ulang dan juga pupuk. Sampah-sampah tersebut seluruhnya berasal dari pasien-pasien yang datang ke klinik miliknya. Berawal dari kota Malang, klinik Asuransi sampah tersebut telah melayani pasien-pasien kurang mampu di berbagai kota di Indonesia.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/10/11/dokter-muda-asal-malang-ini-peraih-penghargaan-dari-istana-buckingham/

Bagaimana Komunitas Jawa Bisa Ada di Tengah Kota Bangkok?

Kowe seko ngendi (Kamu dari mana)?”

Kalimat bahasa Jawa itu terlontar dari penduduk lokal Thailand di tengah hiruk pikuk Kota Bangkok. Mengherankan? Jelas. Tapi itu benar-benar terjadi di Kampung Jawa yang ada tengah ibukota ‘Negeri Gajah Putih’ itu.

Kalimat pertanyaan itu terlontar dari mulut Slamet Dariyat, salah satu penduduk Kampung Jawa. Dari namanya saja, sangat identik dengan Indonesia terutama suku Jawa.

Slamet beserta belasan warga Kampung Dayat lainnya, menyambut kami. Sambutan mereka benar-benar membuat kami teringat akan tanah air.

“Aku asli Thai. Bapakku Kendal. Jawa. Yo mangan ” ujar Slamet yang berusia 75 tahun ini sembari terkekeh dalam perbincangan di serambi masjid Kampung Jawa yang ada di daerah Sathorn, Bangkok.

Slamet adalah keturunan kedua yang tinggal di Kampung Jawa. Sampai saat ini umumnya yang tinggal di Kampung Jawa adalah keturunan ketiga dan keempat. Seluruh warga Kampung Jawa memeluk Islam.

 

Festival Indonesia Jadi Ikon Budaya di Australia

Kebudayaan Indonesia yang beragam dan banyak jenisnya selalu menjadi daya tarik mancanegara. Melalui festival-festival yang sering diadakan oleh perwakilan-perwakilan Indonesia di berbagai negara, budaya nusantara diperkenalkan secara luas. Bahkan festival tersebut telah menjadi even yang ditunggu-tunggu di negara-negara sahabat Republik Indonesia seperti yang terjadi di Australia, dengan Festival Indonesia.

Festival Indonesia merupakan promosi budaya tahunan terbesar yang digelar KBRI Canberra setiap tahun sejak 2008. Dan kini, Festival Indonesia telah menjadi Ikon Budaya di Canberra sebab festival ini selalu menjadi even yang ditunggu-tunggu warga Canberra.

Festival Indonesia

Hal ini tercermin dari membludaknya jumlah pengunjung yang menghadiri event ini dari tahun ke tahun. Pada Festival Indonesia ke-8 yang diadakan pada hari Sabtu, 10 Oktober 2015 kemarin, sekitar 5.000 orang menyesaki pelataran Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra.

Para pengunjung dari berbagai kalangan berdatangan menuju lokasi. Tidak ketinggalan para duta besar dan diplomatik dari perwakilan asing di Canberra seperti Vietnam, Thailand, Brunei Darussalam, Estonia, Kuba dan Timor Leste, bahkan warga Sydney yang berjarak 280 km dari Canberra, sangat menikmati Festival Indonesia yang digelar sejak pagi hingga sore hari. Sebab, di festival ini para pengunjung diberi kesempatan untuk menikmati acara layaknya berpiknik di area taman KBRI Canberra yang indah dihiasi aneka bunga musim semi.

“Ini sangat fantastis! saya tidak pernah melihat kerumunan orang yang begitu besar datang untuk menikmati makanan dan musik di kedutaan besar seperti ini sebelumnya,” kata Melissa, seorang penyiar radio di Canberra yang baru pertama kali menyaksikan Festival Indonesia.

Menurut Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, Festival Indonesia bertujuan memperkenalkan secara lebih dekat berbagai seni, budaya dan makanan khas Indonesia kepada masyarakat Australia. Tujuan akhirnya adalah menciptakan minat pada warga Australia untuk berkunjung langsung ke Indonesia.

“Selain itu, kegiatan ini juga untuk bertujuan menyatukan masyarakat kedua bangsa. Masyarakat Indonesia dan Australia berbeda nilai dan budayanya, tetapi dapat menjadi sahabat karena kedua bangsa semakin saling memahami melalui ajang kebudayaan dan kuliner seperti Festival Indonesia,” kata Dubes Nadjib seperti di lansir dalam laman kantor berita Australia, ABC.

Disamping potensi pariwisata, Festival Indonesia juga dimaksudkan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia yang tinggal di Canberra dan sekitarnya sekaligus untuk menciptakan rasa bangga dengan kekayaan budaya dan kuliner yang Indonesia miliki.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/10/12/festival-indonesia-jadi-ikon-budaya-di-australia/

Penemu Wifi, Ternyata “Arek” Suroboyo

nda tentunya juga mengenal WiFi. Berselancar di internet dengan wifi tentu lebih leluasa. Namun pernahkah anda bertanya-tanya,  siapa penemu WiFi?  Penemu WiFi adalah Victor Hayes atau yang akrab disapa Vic.


Victor Hayes, dikutip dari Wikipedia, lahir 31 Juli 1941 di Surabaya—saat itu masih berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda.

Vic merancang beberapa standar WiFi pertama, yaitu IEE 802.11a, 802.11b, dan 802.11g.
Berkat jasanya dalam perkembangan teknologi WiFi, Vic dijuluki sebagai “Bapak WiFi Dunia”.
Vic di Surabaya hanya selama sekitar 4 tahun sejak kelahirannya.

Pada 1950 ia kembali ke Belanda dan menetap di negeri asalnya tersebut.
Ya demikianlah, meskipun Vic numpang lahir di Surabaya, toh dunia tetap mengenalnya sebagai “Bapak WiFi Dunia” kelahiran Surabaya.
Nah, berbanggalah kalian yang lahir di Surabaya :)

Surya.co.id

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/10/12/penemu-wifi-ternyata-arek-suroboyo/

Mobil Karya Mahasiswa Jogja Ini Bisa Jadi Kendaraan Masa Depan

Sebuah mobil kreasi mahasiswa Yogyakarta yang dinamai Kaliurang UNISI mungkin bisa menjadi mobil masa depan.

Ada tiga hal yang membuat mobil itu berpotensi demikian. Satu karena mobil itu tidak didayai oleh bahan bakar minyak, melainkan dengan listrik. Dua, dalam rencana jangka panjangnya, listrik akan diperoleh dari energi terbarukan.

Tiga, mobil itu juga tidak beroperasi dengan sistem konvensional. Kaliurang UNISI menggunakan sistem operasi Android untuk membantu beberapa kegiatan navigasi serta keamanan. Smartphone berbasis Android diintegrasikan dengan mobil untuk mendukung operasional.

Muhammad Fanriado, salah satu dari 8 orang anggota tim yang mengembangkan mobil tersebut mengatakan, dengan segala kebaruannya, Kaliurang UNISI menjawab sejumlah persoalan. Yang pasti, mengurangi polusi dan emisi karbon.

Sistem operasi Android juga memberi kemudahan dalam navigasi dan keamaman.

“Mobil ini bisa parkir sendiri tanpa bantuan sopir,” katanya saat ditemui dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional XI/Indonesia Science Expo yang diadakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada Kamis (8/10/2015).

Jadi, manakala hendak memarkir mobil, pengendara tinggal mengatur fungsi navigasi di smartphone. Pengendara lantas bisa turun dan memarkir mobil dari jarak tertentu. Ini memudahkan pengendara kala harus berjalan mundur saat parkir.

“Kalau mobil dicuri, kita juga bisa mematikan dari jauh,” imbuh Fanriado.

Smartphone yang dipegang pengendara bisa dihubungkan dengan yang terpasang di mobil untuk menonaktifkan.

Untuk komunikasi antar smartphone dan mobil, mobil ini memanfaatkan sinyal WiFi, bluetooth, dan GSM.

“Kalau jarak dekat dengan WiFi atau bluetooth. Kalau jarak jauh dengan GSM,” jelas Fanriado.

Mobil listrik berukuran 1,9 meter x 1,4 meter tersebut mampu berjalan dengan kecepatan maksimum 50 km/jam. Memiliki bobot sekitar 400 kilogram, mobil itu bisa berjalan non stop dengan kecepatan maksimum sejauh 10 kilometer.

Untuk mengisi ulang baterai, dibutuhkan waktu sekitar 8 jam bila dimulai dari kondisi benar-benar kosong. Daya pada baterai maksimal bisa digunakan untuk berkendara hingga 2 jam.

Melihat kemampuannya, Kaliurang UNISI memang belum bisa diandalkan menjadi alat transportasi sehari-hari. Namun, tim mahasiswa UII mengatakan akan terus mengembangkannya.

Kini, mereka bekerja sama dengan Intel untuk membuat kontrol berbasis Android bisa lebih responsif.

“Mimpi kami ke depan bukan hanya membuat mobil tapi transportasi massal,” kata Fanriado.

Anggota tim yang semula terdiri dari 8 orang kini menjadi 40 orang. Tim akan mengembangkan generasi kedua dari Kaliurang UNISI. Salah satu yang digagas adalah baterai yang lebih mumpuni.

Saat ini, Kaliurang UNISI menggunakan baterai kalsium. Generasi selanjutnya akan menggunakan baterai lithium.

Untuk mendukung operasi mobil, tim mewacanakan pentingnya stasiun pengisi baterai yang bersumber dari energi matahari.

Mobil itu mungkin belum bisa digunakan sekarang. Tapi dengan pengembangan serius dan dukungan pemerintah, mobil itu benar-benar bisa dikendarai di masa depan. Dan jalanan di kota besar akan ramai dengan sliweran mobil buatan Indonesia serta berbasis energi terbarukan.

(Yunanto Wiji Utomo/Kompas.com)

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/10/12/mobil-karya-mahasiswa-jogja-ini-bisa-jadi-kendaraan-masa-depan/

Penemu Kromosom 23, Pria Kelahiran Pekalongan

Ilmu genetika modern saat ini dianggap sebagai salah satu bidang eksplorasi sains yang masih penuh misteri. Berbagai penyakit baru dapat teridentifikasi melalui penelitian genetika yang rumit. Namun siapa sangka ternyata ilmuwan yang lahir di Indonesia memiliki peran besar dalam perkembangan genetika. Dia adalah Joe Hin Tjio.

Ilmuwan yang lahir di Pekalongan 2 November 1919 ini menemukan jumlah sebenarnya dari kromoson manusia pada tahun 1955 yang lalu di Swedia, ketika dirinya hanya menjadi ilmuwan tamu. Penemuannya saat itu membuat gempar dunia ilmu pengetahuan karena saat itu para ilmuwan sangat mempercayai bahwa kromosom yang dimiliki manusia adalah berjumlah 24 bukan 23 seperti yang ditemukan oleh Joe Hin Tjio bersama dengan Albert Levan yang berasal dari Spanyol.

Wallpapers Market

Gambar 1. Kromosom

Lalu siapa sebenarnya Joe Hin Tjio? Menurut ensiklopedia Britannica Tjio kecil yang lahir dari keluarga Cina, bersekolah di sekolah penjajah Belanda, kemudian sempat mendalami fotografi mengikuti jejak ayahnya yang juga seorang fotografer profesional. Namun Tjio memutuskan untuk kembali bersekolah di bidang pertanian dengan kuliah di Sekolah Ilmu Pertanian di Bogor, waktu itu Tjio berusaha mengembangkan tanaman hibrida yang tahan terhadap penyakit. Sejak berkuliah itulah Tjio mendapatkan pondasi ilmu genetika.

Sempat dipenjara selama tiga tahun saat masa pendudukan Jepang, Tjio melanjutkan pendidikannya ke Belanda melalui program beasiswa. Ia melanjutkan kembali studinya mengenai cytogenetik tanaman dan serangga hingga menjadi ahli dalam bidang tersebut. Kemudian Tjio menghabiskan waktu 11 tahun di Zaragoza setelah pemerintah Spanyol mengundangnya untuk melakukan studi dalam program peningkatan mutu tanaman. Di sela-sela liburannya, Tjio pun nyambi riset di Institute of Genetics di Lund Swedia dan tertarik untuk meneliti jaringan sel mamalia. Di sinilah penemuannya yang menghebohkan itu ia lakukan.

Joe Hin Tjio

Pada tahun 1955, Tjio menemukan teknik yang baru untuk memisahkan kromosom dari inti (nukleus) sel, karena itu dirinya digelari sebagai bapak dari ilmu cytogenetik modern –ilmu yang mempelajari hubungan antara struktur dan aktifitas kromosom serta mekanisme hereditas– yang merupakan sebuah cabang utama ilmu genetika. Penelitiannya yang lain di tahun 1959 menemukan bahwa orang-orang yang terkena Down Syndrome ternyata memiliki tambahan kromosom dalam sel-sel mereka.

Di sisa 37 tahun terakhir karirnya, Tjio bekerja di NIH (National Institute of Health) Washington. Di sana Tjio mengkompilasi koleksi-koleksi foto-foto ilmiah yang mendokumentasikan penelitian-penelitiannya yang luar biasa. Ternyata bakat fotografi terpendamnya tersalurkan juga di NIH. Prestasi Tjio pun tak bisa dipandang remeh, bahkan sangat membanggakan, terbukti dengan anugerah Outstanding Achievement Award dari Presiden Kennedy tahun 1962.

25 hari setelah ultahnya yang ke-82 Tjio tutup usia tanggal 27 November 2001, di Gaithersburg, Maryland, Amerika.

https://indonesiaproud.wordpress.com

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/10/13/penemu-kromosom-23-pria-kelahiran-pekalongan/

Karno Dimedjo, Eksplorasi Planet Mars, dan Masa Depan Indonesia

Saya yakin, pembaca tidak mengenal Karno Dimedjo yang saya maksudkan di sini, setidaknya karena 2 alasan, satu; karena beliau bukan orang yang terkenal, kedua..karena beliau sudah wafat sejak bertahun-tahun lalu waktu saya masih SMP. Beliau adalah kakek saya, bapak dari bapak saya.

misi mars nasa

Bapak saya sangat sering bercerita tentang kakek. Bagaimana sejak kecil hingga wafat, mbah saya ini (para tetangga dulu sering memanggil beliau dengan mBah Amat) tidak pernah tinggal di luar kampungnya. Bahkan tak pernah pergi jauh dari kampungnya.  Bahkan ketika invasi Belanda dan Jepang makin bertambah menjadi-jadi, beliau lebih memilih menjaga pertahanan di pintu masuk kampung kami di Wonosalam, sebuah dusun pertanian yang kecil di lereng Merapi…tak begitu jauh dari gua-gua pertahanan Jepang di sekitar Kaliurang, Yogyakarta. Namun tulisan ini takkan bercerita tentang kisah heroik kakek saya dalam mengangkat senjata melawan Belanda atau Jepang. Bukan.

Kisah ini lebih sederhana.

Ada sekelumit kisah dialog singkat saya dengan beliau..di suatu pagi, beberapa tahun sebelum beliau meninggal dunia. Pagi itu beliau sedang menanam puluhan bibit pohon kelapa di halaman belakang rumah beliau yang sangat luas. Saya ingat, kami berdialog seperti ini (dalam bahasa Jawa):

“mBah, ini kira-kira minggu depan sudah tinggi dan berbuah ya, mBah?”

(Sambil tersenyum) “Ya tidak. Pohon ini perlu setidaknya 10 tahun lagi sebelum tumbuh besar dan berbuah”

“Lha nanti 10 tahun lagi, mbah masih kuat naik pohon dan ambil buahnya?”

(Sekali lagi, beliau tersenyum) “Nanti kamu yang memanjat pohon dan ambil buahnya. Petikkan untuk Mbah, ya. Jangan lupa, kamu nanti juga harus menanam”

Saya tidak habis pikir waktu itu, beliau jelas sudah sangat sepuh, dan mungkin tak akan sempat menikmati hasilnya menanam kelapa. Setidaknya..tak kuat lagi memanjat pohon kelapa untuk memetik buahnya. Saya bertanya kembali..

“Mbah, kenapa menanam kelapa kalau mbah gak akan bisa menikmati hasilnya?”

Jawabannya, tak saya fahami waktu itu.

“Ya inilah makna hidup yang sebenarnya. Simbah ini hidup di dunia, untuk membuatkan jalan buat kami (generasi saya) dan mempersiapkan kamu menghadapi hidup di masa mu nanti”

——

Minggu-minggu terakhir ini, dunia gegap gempita menyambut pengumuman NASA yang menyatakan bahwa mereka menemukan air di permukaan planet Mars, yang kemudian memunculkan keyakinan bahwa Mars, settidaknya pernah menjadi planet yang dihuni oleh organisme hidup, di masa lalu.

Seperti dalam film Interstellar, di mana manusia berusaha mencari ruang hidup baru di luar planet bumi, NASA pun merencanakan hal yang sama. NASA telah mengungkapkan misi mereka dengan rinci untuk mendaratkan manusia ke Mars dalam beberapa dekade mendatang, paling cepat tahun 2050. NASA menjelaskan tentang teknologi dan infrastruktur yang akan dibutuhkan untuk membuat misi ke Mars menjadi nyata. Menariknya, rencana NASA ini menunjukkan bahwa tujuan utamanya adalah untuk mengirim manusia untuk tinggal di Planet Mars,  tidak hanya pergi lalu kembali. “Seperti Program Apollo, kami memulai perjalanan ini untuk semua umat manusia. Namun tidak seperti Apollo, kita akan ke Mars untuk menetap di sana secara permanen.” Kata NASA.

Tahun 2050, memang masih lama. Orang-orang yang sekarang bekerja di NASA pun mungkin takkan lagi ada di NASA beberapa dekade lagi. Mereka, membuatkan jalan bagi siapapun generasi mendatang..untuk mengeksplorasi kemungkinan mencari tempat hidup baru di luar bumi, meskipun mereka mungkin takkan bisa menikmatinya. Pun, misi-misi luar angkasa AS (lewat NASA) juga dilapangkan jalannya…sejak berpuluh tahun lalu di era JF Kennedy. Ingat pidatonya yang luar biasa waktu mencanangkan AS harus pergi ke bulan menjelang akhir dekade 60-an.

“We choose to go to the moon. We choose to go to the moon in this decade and do the other things, not because they are easy, but because they are hard, because that goal will serve to organize and measure the best of our energies and skills, because that challenge is one that we are willing to accept, one we are unwilling to postpone, and one which we intend to win, and the others, too.

It is for these reasons that I regard the decision last year to shift our efforts in space from low to high gear as among the most important decisions that will be made during my incumbency in the office of the Presidency.”

—-

Waktu pertama kali ke Malaysia pada tahun 2001, pesawat saya berputar 2 x untuk menunggu giliran landing. Dari situ, dari jendela pesawat saya melihat ke bawah, terdapat ruas jalan yang lebar, bagus, dan….kosong sama sekali. Dalam 2 x putaran pesawat, saya tak melihat satupun mobil yang melewati jalan tersebut. Saya sempatkan bertanya kepada salah satu kawan saya yang kebetulan bekerja di salah satu perusahaan kontruksi jalan tol “mengapa jalan tersebut begitu lebar, namun begitu kosong?” Jawabnya singkat “15-20 tahun lagi pasti sudah ramai”.

Setiap hari, saya melihat anak-anak kecil berbondong-bondong menuju sekolah. Saat ini, mereka mungkin tak terpikir…apa jadinya Indonesia 20 tahun dari sekarang, saat mereka dewasa nanti. Atau 50 tahun dari sekarang, saat anak anak mereka dewasa.  Memang..belum saatnya mereka berpikir sejauh itu.

Itu lah tugas kita..menyiapkan jalan untuk mereka. Melapangkan setapak yang terjal..agar di masa depan, jalan-jalan generasi di bawah kita…lebih halus, lebih mudah dilewati.

Source : https://www.goodnewsfromindonesia.org/2015/10/13/karno-dimedjo-eksplorasi-planet-mars-dan-masa-depan-indonesia/