Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana dikemukakan oleh B.Malinowski, bahwa tujuan etnografi adalah “memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai kehidupannya”. Inti dari etnografi adalah upaya untuk memperhatikan makna-mana tidakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka: dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan.
Dengan membatasi definisi kebudayaan sebagai pengetahuan yang dimiliki bersama, kita tidak menghilangkan perhatian kita pada tingkah laku, adat, objek, atau emosi. Kita sekedar mengubah dari penekanan pada berbagai fenomena menjadi penekanan pada makna berbagai fenomena. Konsep kebudayaan ini banyak memiliki persamaan dengan pandangan interaksionisme simbolik, suatu teori berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dalam kaitannya dengan makna. Interksionisme simbolik berakar pada karya-karya ahli sosiologi seperti Cooley, Mead, dan Thomas. H.Blumer mengidentifikasikan tiga premis sebagai landasan utama teori ini (1969). Premis pertama, “manusia melakukan berbagai ha atas dasar makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka.” (1969:2). Premis kedua yang mendasari interksionisme simbolik adalah bahwa “makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain.” (1969:2). Premis ketiga adalah, bahwa “makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran yang digunakan orang dalam kaitannya dengan berbagai hal yang dihadapi orang tersebut.” (1969:2).
Kebudayaan, sebagai pengetahuan yang dipelajari orang sebagai anggota suatu kelompok, tidak dapat diamati secara langsung. Sebagai contoh, dalam studinya mengenai penerjun paying, Richard Reed (1973). Di mana pun, orang mempelajari kebudayaan mereka dengan mengamati orang lain, mendengarkan mereka, dan kemudian membuat kesimpulan. Etnografer pun melakukan proses yang sama, yaitu dengan memahami hal yang dilihat dan didengarkan untuk menyimpulkan hal yang diketahui orang. Elizabeth Marshall dapat menyimpulkan bahwa “tsau si” berarti “wanita” karena Tsetchwe mengatakan kata-kata itu segera setelah dia menyentuh dadanya sendiri. Apabila kita berada dalam situasi yang baru maka kita harus membuat kesimpulan semacam itu mengenai sesuatu yang diketahui orang.
Dalam melakukan kerja lapangan, etnografer membuat kesimpulan budaya dari tiga sumber: (1) dari yang dikatakan orang, (2) dari cara orang bertindak, (3) dari berbagai artefak yang digunakan orang. Kadang kala, pengetahuan budaya disampaikan secara langsung dengan bahasa sehingga kita dapat membuat kesimpulan secara mudah. Berbagai perintah terhadap anak-anak, seperti “cucilah tanganmu sebelum engkau makan” dan “jangan berenang setelah makan, engkau akan terkena kram”, menunjukan ekspresi pengetahuan budaya yang eksplisit itu. Etnografi selalu menggunakan hal yang dikatakan oleh orang dalam upaya untuk mendeskripsikan kebudayaan orang tersebut. Kebudayaan yang implisit maupun yang eksplisit, terungkap melalui perkataan, baik dalam komentar sederhana maupun dalam wawancara panjang. Karena bahasa merupakan alat utama untuk menyebarkan kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya, kebanyakan kebudayaan dituliskan dalam bentuk linguistik.
Etnografi adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan yang meliputi teknik penelitian, teori etnografis, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan. Etnografi bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mempelajari kebudayaan itu.
Tujuan antropologi sosial, yaitu untuk mendeskripsikan dan menerangkan keteraturan serta berbagai versi tingkah laku sosial. Deksripsi suatu kebudayaan di suatu sisi menggambarkan perbedaan-perbedaan, dan di sisi lain menerangkannya. Penjelasan atas perbedaan kebudayaan sebagian tergantung pada penyusunan perbandingan lintas-budaya. Tetapi, tugas ini pada gilirannya pula tergantung pada studi etnografis yang tepat. Banyak ilmu sosial memiliki tujuan yang lebih terbatas. Dalam studi tingkah laku mana pun, etnografi mempunyai peranan yang penting. Kita dapat mengidentifikasikan beberapa sumbangnya yang khas. Etnografi sendiri berupaya mendokumentasikan berbagai realitas alternative dan mendeskripsikan realitas itu dalam batasan realitas itu sendiri. Studi mengenai ketercerabutan budaya dilakukan dengan mengambil focus pada kelompok budaya Indian, Chicano, kulit hitam dan berbagai kelompok budaya lainnya. Etnografi sendiri tidak lepas dari ikatan-budaya. Namun, etnografi member deskripsi yang mengungkapkan berbagai model penjelasan yang diciptakan manusia. Etnografi dapat berperan sebagai penuntun untuk menunjukkan sifat dasar ikatan-budaya dari teori-teori ilmu sosial. Etnografi mengatakan kepada semua peneliti perilaku manusia, bahwa “Sebelum Anda menerapkan teori Anda pada orang yang Anda pelajari, terlebih dahulu temukanlah bagaimana orang-orang itu mendifinisikan dunia”.