- Bagaimana bentuk pendidikan karakter masyarakat Mandar?
Kebudayaan pada dasarnya telah ada semenjak hadirnya manusia di bumi ini. Kebudayaan berfungsi memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat supranatural maupun materil. Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut untuk sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber dari masyarakatnya sendiri. Agar kebudayaan di masing-masing daerah tidak punah maka cara untuk melestarikannya ialah dengan mewarisi kebudayaan kepada anak dan cucu melalui pendidikan karakter.
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya, 2010).
Pada umumnya suku Mandar adalah penganut agama Islam yang setia, tetapi dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat lepas dari kepercayaan-kepercayaan seperti pemali, larangan-larangan dan perbuatan magis seperti pemakaian jimat atau benda-benda keramat dan sesaji seperti masyarakat Jawa.
Sebelum membahas lebih lanjut orang Mandar, perlu diketahui bahwa pandangan hidup orang Mandar itu terdiri atas tiga macam, yakni pandangan hidup yang berasal dari agama. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada bangsa, dan etnik tersebut. Pandangan hidup hasil renungan orang secara pribadi yang dapat juga disebut filsafat hidup.
Pendidikan karakter di Sulawesi Barat dapat diambil dari nilai-nilai luhur kearifan lokal budaya Mandar. Sejak lama di Mandar ini sudah ada berbagai budaya yang sangat baik untuk kita lestarikan, misalnya soal perjuangan penegakan keadilan dan kebenaran, Mandar mewarisi nilai-nilai tersebut, kita diajarkan untuk tidak mundur atau takut untuk membela kebenaran.
- Bagaimana internalisasi pendidikan karakter masyarakat Mandar?
Suku Mandar sebagai sebuah etnik dan komunitas tentu juga mempunyai pandangan hidup yang telah mentradisi dan diamalkan secara turun temurun sejak lama. Dan semua itu tercatat secara lisan maupun tulisan dalam catatan yang disebut Pappasanna, Rapanna, atau Pau-paunna Todiolo. Oleh karena itu masyarakat Mandar memiliki cara tersendiri untuk memberikan pendidikan karakter terhadap penerusnya dengan menggunakan tata cara dan pandangan masyarakat di lingkungan Mandar. Karena lembaga sosial pertama dalam sosiologi adalah lembaga keluarga, maka yang pertama dan utama yang berpengaruh dalam internalisasi pendidikan karakter bermula dari keluarga dengan mensosialisasikan kepada anak-anak, cucu, dan kerabat, dengan cara mengenalkan nilai luhur serta kearifan lokal masyarakat Mandar, dari ucapan-ucapan orang tua yang didengar oleh para penerus itu menjadi kebiasaan dan tertanam dalam diri pribadi bahwa seperti ini lah kebudayaan masyarakat Mandar. Sehingga kebudayaan masyarakat Mandar tidak akan luntur atau hilang.