Pengaruh Masyarakat Kota Cirebon terhadap Globalisasi

Haaay temen-temen, kali ini saya akan berbagi tentang tugas artikel mata kuliah Bentang Budaya Jawa pada semester 1.

Latar Belakang

Pada saat ini kebudayaan daerah khas yang kita miliki sebagai kekayaan budaya Indonesia sudah hampir punah. Banyak sekali anak muda terpengaruh kebudayaan barat yang sangat berbeda latar belakangnya dengan kebudayaan kita sendiri. Budaya barat dianggap modern atau kekinian dengan lifestyle, genre musik, tarian, fashion, sampai gadget.

Dalam makalah ini saya akan membahas tentang beberapa kebudayaan Cirebon yang terletak di pesisir pantai utara Jawa barat khususnya di daerah Kota Cirebon. Cirebon memiliki banyak kebudayaan yang menarik akibat dari perpaduan budaya jawa, budaya daerah asli, budaya Arab yang dibawa Sunan Gunung Jati dan istri beliau Ong Tien yang berbudaya asli dari Tionghoa.

Tugas ini adalah pengalaman pertama saya menceritakan tanah kelahiran saya sendiri, dan selama saya bertempat tinggal di Cirebon, saya belum pernah menggali kebudayaan khas sedalam ini. Saya menyadari akan kekayaan budaya bangsa Indonesia, saya sendiri belum pernah mengikuti kegiatan seni tradisional. Tersirat rasa malu dan ketinggalan jaman jika saya mengikuti kegiatan kebudayaan Cirebon.

PEMBAHASAN

Cirebon, terletak di pesisir pantai utara perbatasan antara provinsi Jawa barat dengan Jawa tengah. Cirebon kaya akan kebudayaan, karena terjadi perpaduan antara budaya Jawa, budaya lokal Cirebon yang berasal dari Keraton, budaya Arab yang dibawa oleh Sunan Gunung Jati dan istrinya yang berasal dari Tionghoa. Perpaduan ini menjadi multikultural yang sangat menarik, contoh seperti Tari topeng Klana khas Cirebon, perpaduan warna di topeng dan busana yang dikenakan berwarna merah dan kuning yang notabene berasal dari budaya Cina, tariannya yang berasal dari Cirebon dan tradisinya yang berbau islami.

Tari topeng memiliki berbagai jenis topeng dan gaya, dan salah satunya adalah gaya Beber dan contoh topeng-topengnya sebagai berikut :

  1. Topeng Panji, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang halus
  2. Topeng Samba, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sedang tumbuh
  3. Topeng Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari sebuah jiwa yang sudah dewasa
  4. Topeng Jinggananom + Temenggung, merupakan sebuah penggambaran dari pertarungan antara jiwa yang memiliki nafsu baik dan nafsu jahat
  5. Topeng Klana, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang penuh dengan hawa nafsu dan emosi
  6. Topeng Rumyang, merupakan sebuah penggambaran dari jiwa manusia yang sudah melepaskan nafsu duniawinya dan menjadi manusia yang harum.

Selain Tari Topeng, Cirebon pun memiliki beberapa tradisi tahunan seperti Mauludan yang dilaksanakan setiap bulan maulud, biasanya dilaksanakan di tiga keraton di Cirebon, Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan, diramaikan dengan pasar malam selama 40 hari penuh dengan acara puncaknya disebut Pelal. Pelal sendiri seperti mencuci dan memamerkan benda-benda pusaka milik Keraton. Selain itu ada pula tradisi Nadran atau sedekah laut setiap tahun, tradisi ini adalah salah satu unjuk rasa syukur kepada Maha Pencipta yang telah melimpahkan rizki bagi para nelayan, dilaksanakan antara bulan Juli sampai dengan Agustus. Tradisi ini berasal dari akulturasi budaya Islam dengan Hindu dan sudah dilakukan secara turun temurun.

Dalam pelaksanaan upacara Nadran, pertama kali yang dilakukan adalah menyembelih kerbau dengan cara memotong kepala kerbau dan memotong tumpeng. Kepala kerbau tersebut dibungkus dengan kain putih kemudian dengan sesaji lainnya dilepaskan ke tengah laut memakai ancak sejenis replika perahu dan kepala kerbau ditenggelamkan ke dalam laut.

Selain itu, nasi tumpeng dan lauk pauk yang ada dibagi-bagikan kepada anggota masyarakat lainnya. Kegiatan ini disebut bancaan atau berkah. Pemakaian kerbau untuk dijadikan persembahan bukan sapi karena sapi merupakan hewan yang suci dalam agam Hindu sehingga mesti dipelihara dan tidak boleh dibunuh.

Acara ini pun diramaikan dengan menampilkan musik dangdut atau penampilan wayang, masyarakat berbondong-bondong mengikuti acara ini yang membuat suasana semakin semarak.

Panjang Jimat adalah sebuah ritual tradisional yang rutin dan turun temurun dilaksanakan di Keraton Cirebon (Kanoman, Kasepuhan, Kacirebonan dan Kompleks makam Syekh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati), tiap malam 12 Rabiul Awal atau Maulid, yakni bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dan memang, tujuan utama dari panjang jimat ini sendiri adalah untuk memperingati dan sekaligus mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad. Sebutan Panjang Jimat sendiri adalah berasal dari dua kata yaitu Panjang dan Jimat. Panjang yang artinya lestari dan Jimat yang berarti pusaka. Jadi, secara etimologi, panjang jimat berarti upaya untuk melestarikan pusaka paling berharga milik umat Islam selaku umat Nabi Muhammad yaitu dua kalimat syahadat. Atau kalau merujuk pada utak atik gatuk dalam bahasa Jawa Cirebon, jimat yang dimaksud adalah siji kang dirohmat yakni, lafadz Syahadat itu sendiri.

Menurut pengalaman saudara-saudara saya, pada tahun 1990an panjang jimat dilakukan dengan mencuci dan memamerkan serta dibawa mengelilingi kota Cirebon dengan berjalan kaki. Karena semakin padatnya kota Cirebon, kini tradisi mengeliling jimat pusaka tidak lagi dilakukan. Iring-iringan ini yang berawal dari Bangsal Prabayaksa akan menuju satu tempat yakni Langgar Agung di mana nantinya akan di sambut oleh pengawal pembawa obor yang yang bisa dimaknai sebagai sosok Abu Thalib, sang paman nabi ketika beliau menyambut kelahiran keponakannya lahir yang pada saatnya kemudian tumbuh menjadi manusia agung pengemban amanat dari Tuhan untuk menyebarkan agama Islam.

Cirebon sendiri memiliki bahasa daerah yang biasa disebut ”Bebasan” dibaca (Beubasan). Yakni bahasa Jawa yang bercampur dengan bahasa Sunda yang menggunakan logat halus, biasa digunakan oleh orang-orang abdi dalam Keraton juga dipakai para sesama orang tua dan anak kepada orang tua dengan tujuan menunjukkan rasa hormat.

INTERAKSI MASYARAKAT KOTA CIREBON SAAT INI

            Dampak dari perkembangan tekhnologi di era modern ini masyarakat kota Cirebon sudah terkontaminasi dengan kebudayaan barat atau western culture. Individualis dan acuh tak acuh. Walaupun tidak semua anak muda di Cirebon seperti itu. Masih banyak yang memiliki akhlak yang baik dan melestarikan kebudayaan-kebudayaan luhur nenek moyang.

KESIMPULAN

Cirebon merupakan kota yang terletak di pesisir utara dan perbatasan antara Jawa barat dengan Jawa tengah. Kota ini kaya akan budaya dari mulai tradisi tahunan, tari-tarian dan keseniannya. Cirebon juga disebut dengan Kota Udang karena letaknya yang dekat dengan laut dan hasil nelayannya yang sebagian besar Udang dan Rebon (udang kecil). Tradisi tahunan cirebon yaitu Panjang jimat, Mauludan dan Nadran, Tari khasnya yang populer adalah Tari Topeng.

DAFTAR PUSTAKA

https://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1160/upacara-nadran-syukuran-masyarakat-cirebon tradisi nadran Cirebon

https://portalcirebon.blogspot.co.id/2011/02/tradisi-panjang-jimat-keraton-cirebon.html

https://jalanjalancirebon.files.wordpress.com/2011/12/dsc019601.jpg

https://assets.kompas.com/data/photo/2015/01/06/1323254panjang-jimat-1780×390.jpg

https://kabarrakyat.co/lib/uploads/2015/12/pasar-muludan-750×420.jpg

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: