Resiprositas pada Tradisi Rewang dan Pelandang di dalam Pernikahan
Masyarakat Jawa merupakan tergolong masyarakat yang memegang tradisi dan mereka hidup dalam lingkaran tradisi yang kental. Tiap peristiwa dalam kehidupan baik kehidupan individu maupun kelompok, selalui dimaknai secara khusus dan diwujudkan dalam ritual tertentu, serta secara turun-temurun dilestarikan oleh para pendukungnya dengan berbagai motivasi dan tujuan yang tidak lepas dari pandangan hidup masyarakat Jawa pada umumnya. Di dalam Perhelatan-perhelatan, warga mempunyai hak dan kewajiban memberikan bantuannya, misalnya pada pernikahan, kematian dan kelahiran dengan menyumbang dalam bentuk bahan makan, uang, dan tenaga
Resiprositas yang terjadi antara di masyarakat jawa menggambarkan bahwa hubungan dalam keluarga jawa masih cukup kuat. Bila ada seorang dalam masyarakat menggadakan ritual atau acara, maka perasaan ingin membantu selalu muncul dalam diri saudara ataupun tetangga. Sebaliknya anggota keluarga yang telah membantu tadi juga mengharapkan balasan dari apa yang telah diberikan baik itu dalam bentuk barang, uang, ataupun tenaga.
Dalam Tradisi rewang dan pelandang dalam suatu pernikahan sendiri menimbulkan kewajiban membalas dalam kehidupan masyarakat yang disebut resiprositas atau hubungan timbal balik pada upacara lingkaran hidup manusia berlangsung, seperti : upacara perkawinan, kelahiran, maupun kematian. Tradisi rewang dan pelandang merupakan wujud atau gotong royong terhadap keluarga yang mempunyai hajat. Bentuk belarasa pada tradisi rewang dan pelandang bisa berupa tenaga.
Resiprositas atau pertukaran timbal balik masuk kedalam kehidupan sosial pada umumnya. Prinsip itu berdasarkan gagasan yang sederhana saja, yakni bahwa orang harus membantu mereka yang pernah membantunya atau setidak-tidaknya jangan merugikannya. Lebih khusus lagi, prinsip itu mengandung arti bahwa satu hadiah atau jasa yang diterima menciptakan, bagi si penerima, satu kewajiban timbal balik untuk membalas dengan hadiah atau jasa dengan nilai yang setidak-tidaknya sebanding di kemudian hari.
Tradisi Rewang dan Pelandang sendiri merupakan kegiatan yang di lakukan oleh keluarga terdekat (saudara) atau tetangga untuk membantu keluarga yang mengadakan acara pernikahan, dari awal pernikahan sampai dengan selesai. Dan pada kesempatan yang sama mereka mempunyai kewajiban untuk membalasnya dengan jasa ataupun tenaga.
Berikut penulis akan memaparkan tradisi rewang dan pelandang atau melandang erat kaitannya dengan kegiatan timbal balik di dalam masyarakat jawa terutama di kabupaten batang. Seiring dengan itu, tulisan ini dibuat untuk mengetahui bagaimana makna hubungan timbal balik tradisi rewang dan pelandang dalam ritual pernikahan.
Penulis tertarik menulis tentang resiprositas pada tradisi rewang dan pelandang dalam prosesi pernikahan sebab tradisi tersebut mempunyai makna hubungan timbal balik di dalam ritual pernikahan.
PEMBAHASAN
Masyarakat Jawa merupakan tergolong masyarakat yang memegang tradisi dan mereka hidup dalam tiap peristiwa dalam kehidupan baik kehidupan individu maupun kelompok, selalui dimaknai secara khusus dan diwujudkan dalam ritual tertentu. Resiprositas yang terjadi di dalam masyarakat jawa menggambarkan bahwa hubungan dalam keluarga jawa masih cukup kuat. Hubungan timbal balik ini bisa terlihat dari seorang dalam masyarakat menggadakan ritual atau acara, maka perasaan ingin membantu selalu muncul dalam diri saudara ataupun tetangga.
Begitu pula yang terjadi di dalam pernikahan di masyarakat kabupaten batang yang erat dengan tradisi rewang dan pelandang. Tradisi tersebut sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan masyarakat kabupaten batang, karena rewang dan pelandang memang peran yang cukup penting dalam keberhasilan suatu pernikahan, serta menjadi suatu kesempatan untuk memper-erat hubungan persaudaraan ataupun rukun tetangga.
Tradisi Rewang merupakan sekumpulan orang-orang yang sukarela melibatkan dirinya untuk membantu seseorang untuk menuntaskan pekerjaannya dan tanpa dibayar. Rewang juga diartikan sebagai cara membantu yang biasanya di dominasi oleh ibu-ibu, yang mana ibu-ibu ini bertugas menyumbangkan tenaga bagi tetangga untuk urusan memasak dan menyiapkan pesta adat atau jamuan makan pernikahan.
Tradisi ‘rewang’ merupakan tradisi dimana hubungan kekeluargaan diantara mereka dapat terpelihara dengan kuat. Lebih dari itu rewang juga merupakan wadah sosialisasi yang komunikatif dan inspiratif bagi orang yang melaksakannya serta menjadi tempat belajar yang asik dalam hal ini adalah belajar memasak. Nilai sosial yang tinggi untuk memperhatikan orang lain dan menyempatkan kita untuk menyimak fenomena yang terjadi pada sekitar kita. Menurut beberapa sumber, kata rewang berasal dari dua kata yang dijadikan satu, yaitu re dan wang.Re yaitu rembugan, dan wang adalah ewang-ewang.
Rewang adalah wujud keharmonisan dalam kekerabatan antara masyarakat satu dengan yang lain. Tradisi rewang merupakan kesadaran sosial dalam bentuk bantuan terhadap orang lain agar bebannya menjadi lebih ringan. Selain itu, juga bertujuan untuk bersosialisasi dan menjaga hubungan komunikasi di dalam masyarakat. Tradisi rewang dilaksanakan dengan menekankan pada kesadaran.
Sedangkan Pelandang sendiri bisanya didominasi oleh para pemuda baik itu saudara atau tetangga yang membantu dalam kelancaran upacara pernikahan, yang bertugas untuk menanta makanan, menyiapkan terop, kursi, hingga sound system yang tidak ketinggalan. Serta mendekorasi berupa hiasan janur kuning dan dekorasi hiasan untuk tempat duduk pengantin, mulai dari awal acara pernikahan hingga acara pernikahan selesai. Pembagian pekerjaan ini tanpa disadari menjadi landasan dari suatu premis-premis yang mendasari pola-pola duwe gawe (orang yang sedang punya hajatan). Sebelum acara ini dilaksanakan, penyelenggara hajat secara langsung mendatangi para saudara atau tetangga dengan meminta mereka untuk datang membantu sebagai pelandang dalam acara yang ia gelar.
Dalam meminta bantuan untuk menjadi pelandang biasanya mereka secara langsung mendatangi sendiri ke rumah saudara atau tetangga, karena dalam hal ini menurut mereka lebih baik mendatangi para saudara dan tetangga dengan orangnya sendiri dari pada diwakilkan kepada orang lain. Menurutnya hal itu lebih baik dan mempunyai itikad baik, hal itu juga mempunyai rasa hormat dan aturan yang baik dalam berperilaku hidup bertetangga.
Pelandang sendiri biasanya dikalangan anak muda yang mempunyai hubungan kekrabatan yang dekat. Tradisi Pelandang sendiri merupakan bantuan yang di berikan kepada orang lain atau saudara yang memiliki hajat agar bebannya menjadi lebih ringan. Orang yang menjadi pelandang ini biasa bekerja tanpa meminta imbalan berupa apapun dengan menekankan pada kesadaran. Namun hanya berharap kerjanya sebagai Pelandang dapat di balas atau timbal balik dengan jasa yang sama dengan nilai yang setidak-tidaknya sebanding di kemudian hari.
Tradisi Rewang dan Pelandang biasanya terjadi pada kalangan masyarakat sederhana atau masyarakat desa seperti di kabupaten batang yang mana mereka masih memegang erat tradisi secara turun-temurun. Meskipun kegiatan Rewang dan Pelandang ini bentuk atau cerminan tradisi gotong royong tetapi dikota besar semakin jarang rewang masih di pertanakan. Kemungkinan berkaitan dengan kesibukan dan efesiensi waktu dan tenaga. Dimasyarakat modern terutama kota besar kegiatan pesta acara pernikahan lebih banyak dikelola oleh usaha catering.
SIMPULAN
Pada dasarnya tradisi rewang dan pelandang merupakan suatu bentuk resiprositas yang berlaku karena adanya hubungan kekerbatan yang dekat yang membuat seseorang itu bekerja dengan menekankan kesadaran diri bukan untuk mencari keuntungan namun orang yang mengadakan acara mempunyai satu kewajiban timbal balik untuk membalas dengan hadiah atau jasa dengan nilai yang setidak-tidaknya sebanding di kemudian hari.
Salah satu masyarakat yang masih melakukan aktivitas kerjasama resiprositas sampai sekarang masyarakat di kabupaten batang, dalam bentuk tradisi rewang dan pelandang dan sebagian besar masyarakat masih melakukan tradisi ini pada acara pernikahan.
Tradisi Rewang merupakan sekumpulan orang-orang yang sukarela melibatkan dirinya untuk membantu menyumbangkan tenaga untuk urusan memasak dan menyiapkan pesta adat atau jamuan makan pernikahan dan biasanya di dominasi oleh ibu-ibu .
Tradisi ‘rewang’ mempunyai makna bahwa hubungan kekeluargaan diantara mereka dapat terpelihara dengan kuat serta merupakan wadah sosialisasi yang komunikatif dan inspiratif bagi orang yang melaksakannya serta menjadi tempat belajar yang asik dalam hal ini adalah belajar memasak. Rewang ini menjadi wujud keharmonisan dalam kekerabatan antara masyarakat satu dengan yang lain. Tradisi rewang merupakan kesadaran sosial dalam bentuk bantuan terhadap orang lain agar bebannya menjadi lebih ringan.
Sedangkan Pelandang sendiri merupakan bantuan tenaga dalam kelancaran upacara pernikahan, yang bertugas untuk menata makanan, menyiapkan terop, kursi, dan lain-lain mulai dari awal acara pernikahan hingga acara pernikahan selesai.
Tradisi rewang dan pelandang masuk kedalam resiprositas umum karena biasanya berlaku dikalangan orang yang mempunyai hubungan kerabat dekat. Dan didalam tradisi ini terdapat nilai-nilai moral yang memperkuat hubungan kekerabatan antara saudara dan tetangga, mereka ini bekerja melakukan tradisi ini di landasi oleh rasa kesadaran sehingga mereka yang melakukan tradisi ini tidak mengharapkan imbalan, namun orang yang mengadakan acara mempunyai satu kewajiban timbal balik untuk membalas dengan hadiah atau jasa dengan nilai yang setidak-tidaknya sebanding dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Sjafri Sairin, dkk. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi : Pustaka Pelajar
menarik sekali artikel diatas kakak, hal tersebut juga tidak jauh berbeda saya jumpai ditempat tinggal saya. semoga informasinya bermanfaat
kajian antropologi yang bermanfaat 🙂
tulisannya dirapikan lagi (justify), dan struktur tulisan untuk lebih baik lagi
terima kasih kakak sarannya