Membaca adalah adalah kegiatan meresepsi, menganalisa, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dalam media tulisan.(wikipedia bahasa indonesia)

Membaca merupakan kunci untuk memperoleh segala informasi dan pengetahuan mengenai berbagai macam hal yang belum pernah diketahui sebelumnya . Membaca memang dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun . Tak mengenal usia dan waktu. Membaca adalah salah satu hal yang sangat urgent dalam kehidupan kita sebagai wujud perlakuan belajar (life long learning).

Buku menjadi salah satu solusi dalam memecahkan sebuah masalah dan membaca adalah kuncinya. Jadi sangat tepat jika buku adalah jendela dunia. Ungkapan bijak dan motivasi ini sudah kerap  tak asing lagi terdengar di telinga kita.  Buku merupakan informasi segala kebutuhan yang diperlukan, mulai dari Iptek, seni budaya, ekonomi, politik, sosial, dan pertahanan keamanan dan lain-lain. Upaya membaca buku membuka wawasan dunia intelek sehingga dapat mengubah masa depan serta mencerdaskan akal, pikiran, dan iman.

Namun banyak orang yang masih rendah pemahaman akan pentingnya membaca. Khususnya di kalangan Maha-Siswa. Gemar membaca dikalangan Maha-Siswa  sudah perlahan melebur musnah seiring perkembangan zaman. Zaman yang sudah menjadikan para maha-siswa lalai akan pentingnya menjalankan sebuah proses. Membaca adalah sebuah perlakuan yang membutuhkan kefokusan dan waktu untuk memahami apa yang dibaca. Hal itu yang menjadi alasan mereka enggan meluangkan waktunya untuk membaca terutama membaca buku. Contoh saja mereka lebih suka menonton sebuah film dibanding membaca novelnya. Mereka lebih suka menonton di banding harus membaca. Karena menonton dianggapnya lebih menarik dan menyenangkan. Dahsyatnya perkembangan teknologi yang sarat akan kecanggihan dan modernisasi membawa pengaruh besar kepada perkembangan pertelevisian, bioskop, atau apapun media yang bisa dijadikan tontonan. Visualisasi, senimatografi dan berbagai pengolahan gambar dan video yang sangat variatif dan senantiasa berkembang menjadikan mahasiswa khususnya lebih tertarik menyaksikan televisi dan bioskop daripada menyaksikan rentetan tulisan dalam sebuah buku.

Walau tak semua mahasiswa demikian, namun sebagian besar mereka mulai acuh dan malas akan membaca buku. Perpustakaan (UNNES khususnya) pun kian sepi akan kunjungan mahasiswa. Perlu diketahui bahwa membaca berarti mengasah otak kita dan kreativitas kita. Ketika menonton suatu acara di televisi, youtub,ataupun bioskop, secara tersirat hal itu menjadikan kita sebagai raja malas yang disuguhi oleh gambar-gambar yang menarik yang telah diolah sedemikian rupa oleh pembuatnya. Pikiran kitapun diarahkan agar mengikuti adegan demi adegan yang disajikan dilayar. Tentu saja adegan itu merupakan hasil imajinasi seseorang yang lebih dulu membaca novelnya, dan secara implisit kita bagaikan manusia bodoh yang menyetujui begitu saja, karena tak tahu kisah sebenarnya. Dan hal itu menjadikan pola pikir kita terpaku tanpa improvisasi. Membuat otak kita lemah akan berfikir yang produktif. Lain halnya ketika membaca, pengaplikasian adegan demi adegan dari suatu novel/buku menjadi hak istimewa pembaca. Dengan membaca, maka kita bebas berimajinasi dengan segala hal yang kita tangkap dari membaca tersebut. Otomatis, otak kita akan terasah sehingga meningkatkan daya kreativitas. Bahkan dengan membaca minat menulis akan semakin besar. Sehingga tak sedikit pembaca yang menjadi seorang penulis.

Nah bagaimana ketika seorang mahasiswa  semakin  malas untuk membaca sebuah buku? Mereka tanpa disadari sudah menjadi korban globalisasi yang seharusnya memotivasi untuk lebih berkarya malah menjadikan mereka malas untuk bergerak menciptakan sebua karyanya. Mahasiswa seorang intelektual muda yang seharusnya predikat yang diembannya itu dapat memacunya untuk banyak berkarya dengan meningkatkan kreativitas yang salah satu kuncinya adalah membaca.

Menurut pengamatan pribadi, banyak mahasiswa yang enggan membeli sebuah buku dengan alasan hemat. Padahal ketika kita membeli sebuah buku perlu ditelaah dan ditelisik lebih dalam tak ada suatu hal yang menjadikan kita rugi. Toh ketika usai membaca buku tersebut , tetap akan menjadi milik sendiri yang bisa menjadi koleksi atau bahkan dijual kembali. Bandingkan ketika menonton di bioskop, kita harus membeli tiket untuk menonton film dengan jangka waktu tertentu. Dengan berakhirnya film, maka hangus pula kan uang yang untuk membeli tiket film tersebut.

Uang untuk sebuah buku akan sejati, sementara itu uang tiket film bioskop tak lebih dari sehari terkikis hangus.:-D

Pepatah lain mengatakan, jika ingin mengenal dunia maka membacalah, dan jika ingin dikenal dunia maka menulislah, jika belum mampu menjadi seorang penulis, maka membaca saja dulu. Membaca juga ada kaitannya dengan prestasi belajar dikampus, kalau mahasiswa banyak membaca, pasti dia akan memiliki banyak informasi dan otomatis akan banyak tahu, kalau sudah banyak tahu pasti pintarkan, dapet nilai A, IPK nya 3 keatas mau tidak tuh?. Tapi kalau jarang membaca mau dapat niali bagus, bagaimana?menyontek? duh hilangkan paradigma konyol dan bodoh itu ya teman-teman.

Pentingnnya membaca bukan hanya di tunjukkan dari sebuah pepatah “membaca dapat membuka jendela dunia” dan buat hanya mendapatkan nilai bagus. Membaca juga merupakan perintah agama yang jika mana kita tingggalkan kita akan berdosa.Wahyu yang pertama diturunkan kepada rasulullah saw adalah surat al ‘alaq yang artinya “bacalah” yaitu  perintah untuk membaca, dan dalam kaidah fiqiyah hukum asal perintah adalah wajib, yang mana jika dikerjakan berpahala dan  jika di tinggalkan berdosa. Nah lho.. masih juga malas buat membaca? ayo mulai sekarang baca buku mu yah jangan sayang uangmu buat membeli buku dari pada buat nonton? Hanya beberapa jam hangus uangmu tanpa membekas.

Kemudian Kebiasaan membaca sering pula dikaitkan dengan karakter seorang pemimpin (Leader, Amir). A good leader is a reader. Seorang pemimpin besar adalah mereka yang banyak membaca. Segudang informasi dapat membentuk karakter seseorang menjadi pemimpin hebat, dikarenakan banyak pengetahuannya sehingga akan di dengarkan oleh teman temannya, mampu menyelesaikan berbagai macam persoalan, dan lebih kritis tentunya. Faktanya, negara maju seperti Jepang telah menjadikan membaca sebagai budaya positif masyarakatnya, dimulai sejak restorasi Meiji. Selain pekerja keras, Jepang juga dikenal negara yang memiliki masyarakat “kutu buku” terbesar. Setiap tahun tak kurang 1 milyar buku dicetak. Makanya orang orang jepang punya kemampuan untuk memimpin yang baik. Nih, yang terakhir pasti temen temen pada tidak tahu, selain untuk menambah wawasan, membaca Juga bisa membuat awet  muda. Menurut salah seorang ahli  saraf yaitu  DR.C. Edward Coffey, sebenernya membaca itu mampu mencegah kerusakan saraf-saraf otak. Sehingga dapat memperlambat penuaan. Membaca tidak harus selalu sesuatu yang berat-berat, seperti topik politik atau gonjang-ganjing korupsi. Kebiasaan membaca bisa dimulai dari membaca sesuatu yang ringan seperti komik, sampai membaca novel yang bisa mencapai puluhan bab. Seperti kata pepatah, sedikit sedikit lama lama jadi bukit Itu dia manfaat dari membaca, masih males buat baca buku?  Udah mulai terbuka kan, tapi masih pada bingung bagaimana caranya membuat suka membaca, ada beberapa langkah buat kita biar bisa jadi pencinta buku. Ini dia beberapa langkahnya, pertama, mulailah membaca hal hal yang kamu sukai, entah itu komik, cerpen, artikel, puisi ataupun novel. Dari situ bakalan tumbuh minat membaca, kemudian jika sudah terbiasa cobalah untuk membaca buku buku yang lebih berat, seperti buku pelajaran dan jurnal ilmiah.

Ayo teman-teman mahasiswa luangkan dan manfaatkan waktumu yang singkat untuk membaca buku. Agar kelak menjadi insan yang berwawasan luas dan dapat menyebarkan ilmumu yang bermanfaat kepada orang lain. Fastabiqul khoirot..:-)

Daftar pustaka

Kompasiana.com

Wikipedia bahasa indonesia

Alqur’an surat Al’alaq

 

 

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti bidikmisi blog award universitas negeri semarang . Tulisan ini adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya orang lain.”