A. Sejarah Berdirinya Klinik Graha Syifa
Klinik Graha Syifa merupakan salah satu klinik yang berada di lingkungan masyarakat daerah Patemon Gunung Pati. Klinik ini berdiri sejak tiga hingga lima tahun yang lalu. Awal mula berdirinya klinik ini berawal dari praktek pribadi Dr. Iftitah Indriani. Praktek yang dilakukan sudah selama 9 tahun sebelum menjadi sebuah klinik. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, muncul animo dari masyarakat yang ternyata membutuhkan pelayanan medis melebihi jam praktek yang ada. Kemudian, praktekan ini berubah menjadi klinik. Klinik ini sudah mendapatkan perizinan dari pemerintah. Sekarang ini, klinik griya syifa berada di bawah naungan CV. Klinik ini juga telah mengalami perizinan dan melaksanakan prosedur pendirian klinik sesuai dengan permenkes. Setiap 5 tahun sekali, klinik dikontrol oleh pusat untuk perpanjangan perijinan.
B. Struktur Organisasi Klinik Graha Syifa
Klinik ini terdiri dari 17 tenaga medis. Dalam klinik ini terdapat struktur organisasi intern yang bertugas mengelola klinik setiap harinya. Struktur organisasi tersebut terdiri dari:
• 3 dokter umum
• 3 bidan
• 1 dokter gigi
• 4 perawat
• 1 administrasi
• 1 apoteker
• 1 analisis laboratorium
• 1 asisten dokter gigi
• 2 asisten dokter umum
• 2 asisten rumah tangga klinik
Setiap elemen dari beberapa unsur tenaga medis yang ada di klinik ini bekerja sama satu sama lainnya. Selain mmiliki struktur intern dalam klinik ini, ada struktur ekstern yang terjalin. Struktur tersebut dapat digambakan sebagai berikut:

C. Sistem Pelayanan Kesehatan
Dalam membuka pelayanan kesehatan, klinik ini dibuka selama 24 jam. Tidak ada batas atau jam-jam tertentu yang digunakan untuk membatasi pengunjung yang datang untuk menjenguk pasien. Dikarenakan klinik ini berada di wilayah pedesaan. Walaupun klinik ini membebaskan para pengunjungnya, akan tetapi klinik ini menghimbau kepada pengunjung untuk menghormati waktu istirahat pasien pada malam hari, yaitu dengan tidak membuat gaduh di sekitar area klinik. Pelayanan kesehatan yang dilakukan dalam klinik ini terbagi ke dalam 4 prosedur pelayanan. Prosedur pelayanan yang ada meliputi prosedur pendaftaran pelayan kesehatan, prosedur penanganan, prosedur administrasi keluar dan prosedur pengontrolan.
 Prosedur pendaftaran pelayanan kesehatan
Merupakan tahap awal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di klinik ini. Prosedur yang harus dilewati di tahap pendaftaran ini meliputi pendataan keluhan di bidang administrasi. Kemudian setelah mendaftarkan keluhan, pasien diberi kartu pelayanan kesehatan yang berisi identitas pasien. Kartu ini yang nantinya digunakan untuk mendapatkan pelayan kesehatan di klinik ini dan dipegang oleh pasien. Setelah mendapatkan kartu tersebut, kemudian pasien mengantri di ruang tunggu hingga namanya disebut oleh administrator. Kemudian data pasien dimasukkan ke dalam lembar CM (Control Medis) atau file folder yang terdiri dari manual dan elektrik. Di klinik ini, tidak hanya menerima pasien umum saja, melainkan juga menerima pasien dengan jaminan pelayanan kesehatan seperti BPJS. Pelayanan pasien penerima pelayanan jaminan kesehatan mulai berlaku sejak bulan Oktober tahun ini.
 Prosedur penanganan
Setelah pasien dipanggil kemudian masuk ke ruang periksa umum. Di ruangan ini, pasien diperiksa untuk mengetahui diagnosis penyakit yang dideritanya. Pemeriksaan pasien juga menentukan apakah pasien ini nantinya akan dirawat jalan, rawat inap maupun rawat observasi. Pasien yang melakukan rawat jalan biasanya terdiri dari pasien dengan diagnosa penyakit ringan seperti flu, batuk, demam, dll. Pasien yang melakukan rawat inap biasanya memiliki diagnosis penyakit yang cukup serius untuk mendapat penanganan lebih lanjut. Biasanya pasien yang harus dirawat inap sebelumnya ditawari apakah bersedia untuk dirawat inap di klinik ini, atau dirujuk ke tempat lain. Misalnya saja tipes, diare, ispa (infeksi saluran pernafasan). Sedangkan untuk rawat observasi dikhususkan bagi pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan dalam hitungan jam atau harian (lebih sebentar dari pasien rawat inap) dan tanpa membutuhkn infus. Contoh pasien yang mendapakan perawatan observasi adalah orang pingsan, sesak nafas (membutuhkan oksigen yang banyak), dll. Biasanya yang menjadi pasien rawat observasi didominasi oleh mahasiswa. Apabila kondisi pasien yang mendaftar di klinik ini tidak dapat itangani oleh pihak klinik, maka akan segera dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan lain yang jauh lebih memadai.
Ketika pasien yang datang ke klinik sudah dalam kondisi yang serius, maka pasien tidak tidak perlu ke ruang pendaftaran di dalam klinik, namun si pasien langsung di masukkan ke dalam ruang UGD. Sehingga pasien pasien ini akan di tangani terlebih dahulu dibandingkan dengan pasien yang mengidap penyakit ringan. Ketika klinik ini belum menyediakan jaminan kesehatan seperti BPJS, bagi pasien yang kurang mampu biasanya si pasien tersebut dimintai surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, kemudian di klaimkan oleh klinik sehingga nantinya akan menerima jaminan asuransi kesehatan.
Di klinik ini terdiri dari dua kali jam praktik, yaitu pada pagi dan sore hari. Oleh karena itu, ketika ada pasien yang datang ke klinik ini tidak pada jam praktik dokter, biasanya pihak klinik menghubungi dokter praktik untuk menangani si pasien terebut. Dalam menangani pasien, para dokter dan perawat di klinik ini bukan hanya menekankan pada formalitas dokter menyembuhkan pasien, akan tetapi lebih memperhatikan pada aspek psikologisnya. Langkah pertama yang biasanya di lakukan oleh para tenaga medis diklinik ini adalah menangkan diri terlebih dahulu. Dengan tujuan agar si pasien juga ikut tenang. Kemudian baru si tenaga medis itu menenangkan pasien agar pasien tidak merasa panik akan penyakit yang sedang dideritanya.
 Prosedur administrasi keluar
Dalam prosedur ini, pasien diperbolehkan meninggalkan klinik ini jika penyakit yang diderita oleh pasien dinyatakan sudah membaik. Pasien hanya boleh keluar ketika telah mendapatkan acc atau izin dari dokter yang menanganinya. Sebelum keluar dari klinik, pasien harus melunasi biaya administraasi di kasir. Biaya yang ditanggung pasien tergantung pada pelayanan kesehatan yang telah diterimanya.
 Prosedur pengontrolan
Setelah asien dinyatakan keluar dari klinik ini, dokter menyarankan pasien untuk melakukan check up atau kontrol. Check up atau kontrol yang dilakukan oleh pasien biasanya berselang 3 hari dari kepulangan pasien. Check up ini bertujuan untuk memastikan pasien benar-benar smbuh dari diagnosa penyakitnya. Biasanya pasien yang melakukan check up terdiri dari pasien pengidap ispa, pasien mendapatkan luka jahitan, darah tinggi dan penyakit serius lainnya. Dalam check up ini, biasanya pasien diberi antibiotik yang berjangka waktu selama 6 hari.
D. Fasilitas Klinik Graha Syifa
Dalam sebuah pelayanan medis, biasanya terdapat fasilitas dan infrastruktur guna menunjang pelayanan kesehatan yang diberikan. Infrastrktur dan fasilitas yang berada dalam klinik ini terdiri dari:
 Ruang pendaftaran dan kasir
 Ruang pemeriksaan, yang terdiri dari ruang UGD dan ruang pemeriksaan umum.
 Ruang Laboratorium sederhana yang terdiri dari darah rutin, urin rutin dan kimia darah
 Ruang instalasi farmasi
 Ruang pemeriksaan gigi
 Ruang VK (ruang bersalin)
 Ruang rawat inap, yang terdiri dari:
• Ruang Garuda dan Ruang Cempaka: merupakan kamar kelas satu, dengan fasilitas satu bed tiap kamarnya
• Ruang Mawar dan Merak: merupakan kamar kelas dua, yang terdiri dari dua bed di setiap ruangannya. Ruang Mawar untuk pasien perempuan, sedangkan ruang Merak untuk pasien laki-laki.
• Ruang Anggrek: merupakan kamar kelas tiga yang terdiri dari 4 bed
 Ruang observasi
 Kamar mandi pasien: terdiri dari tiga kamar mandi
 Kamar mandi untuk pengunjung
 Mushola
 Area sampah dan Limbah Padat
 Ruang tunggu pasien yang dilengakapi dengan kursi
 Ambulance
 Dokter umum dan dokter spesialisasi gigi

E. Epidemiologi Sosial
Sebagian besar penyakit yang di derita oleh pasien yang datang ke klinik ini adalah penyakit ispa. Penyakit kedua setelah ispa yang di derita oleh pasien adalah diare. Penyakit ispa merupakan penyakit tertinggi yang di derita oleh pasien. Hal ini disebabkan karena Indoneia adalah negara endemis dengan beriklim tropis. Jumlah pasien yang mengidap penyakit ispa adalah musiman. Dari data yang kami peroleh, penyakit ispa mencapai titik puncaknya pada musim kemarau. Sedangkan penyakit diare banyak di derita oleh pasien pada msim penghujan, terutama pada bulan september sampai oktober. Penyakit ispa dan diare ini biasanya menyerang pasien dari usia dini sampai pasien yang sudah lanjut usia. Pasien penderita ispa dan diare yang datang ke klnik ini rata-rata bagi orang dewasa berusia dari 15 sampai 65 tahun, sedangkan anak-anak dari usia 0 sampai 4 tahun. Jumlah pasien yang dirawat di klinik sebagian besar adalah penduduk daerah sekitar dengan prosentase 60% dan 40% lainnya didominasi oleh mahasiswa. Klinik ini belum penah melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap kesehatan masyarakat sekitarnya.