Malisa Ladini
Mewangi mawar semerbak untaian jambrud khatulistiwa, bangsaku menari-nari prestasinya.
Merekah bagai melati suci yang melambaikan tangannya, ranum senyuman anak bangsa.
Menerjang-nerjang lautan biru yang terhampas di dalam nada.
Di sini lah kami ditempa, karya pun bercerita dengan lugasnya.
Semangkuk darah yang bercampur keringat untuk pertumpahan mahkota negeriku.
Di atas tahta, ada ribuan nyawa yang bergelayut suku bangsa, berwarna-warni ragam cirikhas daerah.
Hempasan nafas yang berbau segar dengan tetesan embun kekayaan alam yang merintangi perjalanan bangsaku.
Aku tak ingin chauvinisme, tapi aku begitu bangga dengan semuanya.
Tersuguhkan, terindah di pelupuk mata.
Jantungku berdetup kencang bersama aliran darah yang menjadi saksi akan tanah pusaka.
Kau disanjung, tapi sering kau disandung duka, lalu lara, air matamu membanjiri jiwa.
Berhentilah, akan kami genggam nasibmu, semoga indah pada waktunya.
Supaya semuanya tahu, karya Tuhan begitu nyata dalam bangsaku.
Seperti roh yang berbicara tentang keindahan alam negaraku.
Disini aku menjerit, bahwa kau bangsa yang penuh kultur.
Kami bersatu, dalam bias beda yang tak pernah ambigu.
Komentar Terbaru