RELATIVITAS BUDAYA
Secara epistemologis, relativitas budaya berasal dari Jerman yang merupakan sebuah tanggapan akan adanya etnosentrisme barat, apabila dibiarkan nantinya akan melahirkan rasisme. Sedangkan secara teoritis, relativitas budaya berdasarkan pada perkembangan budaya bahwa antara budaya yang satu dengan yang lain tidak sama. Relativitas budaya artinya kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran dalam suatu masyarakat harus dipandang dalam konteks masyarakat tersebut.
Berdasarkan konsep relativisme budaya, semua budaya sama baik dan luhurnya, sama hebat dan sama agungnya. Pada dasarnya penilaian budaya harus dilakukan berdasarkan cara pandang budaya itu sendiri. Budaya sebaiknya jangan dinilai dengan menggunakan tolak ukur dari budaya lain, karena tidak akan ada kesesuaian antara yang dinilai dengan alat penilaiannya.
Fokus sentral dalam relativisme budaya adalah bahwa dalam suatu lingkungan budaya tertentu, beberapa unsur kebudayaan adalah benar karena unsur-unsur itu sesuai dengan lingkungan tersebut, sedangkan unsur-unsur lain salah karena unsur tersebut mungkin sangat bertentangan dengan bagian-bagian kebudayaan lain.
KETAHANAN BUDAYA
Ketahanan nasional merupakan suatu kemampuan bangsa dan negara dalam rangka untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa yang digunakan untuk mencapai kesejahteraan bangsa.
Ketahanan budaya bangsa, pada hakikatnya sejalan dengan ketahanan nasional dalam lingkup khusus, yaitu budaya dan kebudayaan nasional. Meskipun demikian, keadaan yang berbudaya dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana yang kondusif. Esensi ketahanan adalah kondisi dinamik untuk membangun keadaan yang kondusif menyangkut seluruh budaya kolektivitas, perilaku sosial, taat pada kemandirian, bertanggung jawab, komunikatif dll, sehingga tahan terhadap segala macam tantangan bangsa dan meminimalisasi budaya individualitas.
Ketahanan dan kestabilan sosial budaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
- Nilai-nilai yang ditanamkan dan diyakini oleh masyarakat dan sistem sosial budaya yang diciptakan oleh pemerintah.
- Tingkat pendidikan masyarakat, masyarakat harus memiliki kemampuan untuk bertumpu pada kekuatan lokal dan keunggulan yang dimiliki.
INOVASI
Inovasi atau pembaharuan yaitu suatu proses pembaharuan dan penggunaan sumber- sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi menghasilkan produk-produk baru. Dengan demikian inovasi itu mengenai pembaharuan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi. Proses inovasi tentu sangat erat kaitannya dengan penemuan baru dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, suatu ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu. Proses dari discovery hingga ke invention sering memerlukan tidak hanya seorang individu, yaitu penciptanya saja, tetapi suatu rangkaian yang terdiri dari beberapa orang pencipta.
Tipe inovasi dapat dikategorikan ke dalam tiga besar :
- Berdasarkan keberadaannya dalam sistem (terdapat dua tipe yaitu inovasi yang diprogramkan dan inovasi yang tidak diprogramkan).
- Berdasarkan pada fokus sasaran (terdapat tiga tipe yaitu inovasi teknologi, inovasi nilai, dan inovasi struktural)
- Berdasarkan pada hasil atau pengaruh inovasi (terdapat dua model, Model Knight yaitu terdapat inovasi yang bersifat radikal dan Model Normann yang terdapat tipe variasi dan tipe reorientasi).
ASIMILASI BUDAYA
Asimilasi merupakan proses perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, asimilasi adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran. Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu yang mendukung berlangsungnya proses tersebut.
Faktor- faktor Pendorong Asimilasi :
- Toleransi, yaitu saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung kebudayaan yang saling meleng kapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
- Simpati, yaitu kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling menghargai dan menghormati.
- Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat.
- Adanya perkawinan campuran (amalgamasi).
- Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.
Faktor – faktor Penghambat Asimilasi :
- Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi, dengan adanya perubahan yang ada, masyarakat tidak memiliki pengetahuan yang baik, kurang mendapatkan pengalaman karena masih berfikir stagnan
- Sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain, masyarakat sangat takut ketika ingin mengadopsi kebudayaan yang lain akibat dari keyakinan yang kuat terhadap kebudayaan yang dimiliki.
- Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain, karena merasa.
Daftar Pustaka :
Supriyanto. 2009. Antropologi Kontekstual : Untuk SMA dan MA Program Bahasa Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lestari, Puji. 2009. Antropologi Untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan.
Natalia, Agnes D.A. 2012. Pentingnya Peranan Budaya Memperkokoh Ketahanan Budaya Nasional.https://agnesdevia.wordpress.com/2012/07/10/pentingnya-peranan-budaya memperkokoh-ketahanan-budaya-nasional/(diunduh pada tanggal 16 Desember 2015 pukul 17.00 WIB)
Recent Comments