#16 Ladang 3
Ujian CLC akan berlangsung 6-7 Agustus 2015 di CLC Ladang 3. Alasan pemilihan tempat ini karena sekolah CLC Ladang 3 baru saja dibangun. Memang belum digunakan dalam proses belajar mengajar, namun dalam jangka dekat akan digunakan dilihat dari fasilitas dan kesiapan gedung. Gedung CLC Ladang 3 dibangun berkat kerjasama baik antara pihak perusahaan dan Indonesia. Harapan para Cikgu-cikgu di CLC semua gedung dapat berdiri seperti ini agar para siswa lebih giat lagi dalam belajar.
Cikgu lahan 3 Cikgu Santoso yang gokil dan baik hati. Cikgu Santoso banyak cerita tentang budak-budak (anak-anak) TKI yang ada di Lahan 3. Kebanyakan dari budak-budak khususnya perempuan,menikah sangat muda bahkan yang kami temui kelahiran tahun 2000 atau sekarang berusia 15 tahun sudah mempunyai anak. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor mulai dari orang tua yang hanya mempentingkan besarnya uang yang diberikan sebagai mahar, kurang memperhatikan pentingnya pendidikan, juga budak yang belum banyak mengerti tentang esensi pernikahan. Batas usia nikah sebenarnya penerapan di Malaysia 18 tahun dan di Indonesia 16 tahun untuk perempuan, namun hal ini tidak berlaku di daerah yang kami kunjungi.
Menu makanan yang diberikan Cikgu Santoso luar biasa dengan dibelikan 1 kis ikan susu (ikan bandeng) seharga 85 ringgit dan 1 kis sayap ayam. I kis merupakan istilah untuk menyatakan 1 paket. Untuk membeli, cikgu santoso tidak perlu membayar diawal kerena hal ini menjadi wajar dengan membayar di akhir menunggu gaji bulanan. Beda kalau di Indonesia, kepercayaan antar masyarakat lebih tinggi dan tidak mengkhawatirkan mereka mau banyar kapan. 2 kis menu makan yang dibeli, segera Cikgu Santoso pindah ke Ice Box agar tetap segar. 3 ekor ikan susu kami ambil untuk menu makan malam ini yang dimasak langsung oleh Cikgu Santoso. Rasa gurih dari lauk terasa ditambah lagi kebersamaan baru yang terjalin di Malaysia.
Cikgu mengajak kami keliling melihat rumah TKI. Dengan bangunan yang memanjang, kami menyusuri dan berkenalan. Pernyataan dari salah satu TKI, 70% yang bekerja disini adalah warga Makassar, mereka bekerja sebagai pemetik buah (pemetik kelapa sawit). Anak-anak mereka yang bekerja ada yang tetap tinggal disini ada juga yang dititipkan di Indonesia. Mereka sendiri pulang 2 tahun sekali atas izin persahaan atau cuti. Mereka tidak berani pulang seenaknya, karena aturan disini ketat dan menuntut untuk selalu bekerja.
Leave a Reply