budaya lokal

Budaya Lokal
Bangsa Indonesia adalah masyarakat multikultural sehingga Bangsa Indonesia memiliki masyarakat dengan beragam kebudayaan, yang mana pada setiap masyarakat mengembangkan kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan yang dikembangkan di daerah-daerah tersebut dinamakan dengan kebudayaan lokal. Adapun kebudayaan lokal yang dikembangkan masyarakat Indonesia salah satunya yaitu kebudayaan Jawa.
a. Budaya Lokal Masyarakat Jawa
Terdapat banyak sekali budaya lokal yang dikembangkan oleh masyarakat Jawa meliputi:
1) Sistem Kepercayaan/ Religi
Sistem budaya yang dianut orang Jawa, terdapat berbagai keyakinan, konsep, pandangan dan nilai, seperti yakin adanya Allah, yakin bahwa Muhammad adalah pesuruh Allah, yakin akan adanya nabi-nabi lain, yakin adanya tokoh-tokoh Islam yang keramat, yakin akan adanya konsep kosmogoni tertentu tentang penciptaan alam, esyatologi, yakin adanya dewa-dewa tertentu yang menguasi bagian-bagian dari alam semesta, memiliki konsep-konsep tertentu tentang hidup dan kehidupan setelah kematian, yakin akan adanya makhluk-makhluk halus yang merupakan jelmaan dari nenek moyang yang sudah menginggal, yakin akan adanya roh-roh penjaga, yakin akan adanya setan, hantu dan raksasa, dan yakin akan adanya kekuatan-kekuatan ghaib dalam alam semesta ini.
Adapun orang Jawa Kejawen menganggap Qur’an sebagai sumber utama dari segala pengetahuan yang ada. Namun, seperti halnya semua penganut agama di seluruh dunia, orang awam beragama Agami Jawi dalam melakukan berbagai aktivitas keagamaan sehari-hari, rata-rata dipengaruhi oleh keyakinan, konsep-konsep, pandangan-pandangan, nilai-nilai budaya dan norma-norma, yang kebanyakan berada di dalam pikirannya.
2) Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Sehingga dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa sering digunakan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Ego menyebut orang tua laki-laki disebut bapak atau rama.
2. Ego menyebut orang tua perempuan adalah simbok atau biyung.
3. Ego menyebut kakak laki-laki adalah kangmas, kakang mas.
4. Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu
5. Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dimas, dhik, atau le.
6. Ego menyebut adek perempuan adalah nduk, denok, atau di.
Dalam masyarakat Jawa, istilah-istilah yang demikian itu merupakan tata cara sopan santun pergaulan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga apabila melanggar nasehat orang tua maka dipercaya akan sengsara atau dalam istilah jawa biasanya disebut juga dengan istilah kualat.
3) Sistem politik
Desa di Jawa sering disebut kelurahan yang dikepalai oleh lurah. Dalam pekerjaannya lurah dan pembantu-pembantunya mempunyai tugas pokok yaitu untuk memelihara keamanan desa. Pembantu-pembantu lurah dalam masyarakat desa di Jawa meliputi:
a. carik: pembantu umum sekertariat desa
b. sosial: memelihara kesejahteraan penduduk
c. Kaur: mengurusi soal nikah, rujuk, talak, dan kematian.
4) Sistem Ekonomi
Adapun bertani merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat Jawa. Karena pada dasarnya Jawa terkenal dengan tanahnya yang subur yang bisa ditumbuhi berbagai macam tanaman. Bertani oleh masyarakat Jawa biasanya dilakukan di sawah dan di ladang. Selain dari pertanian, masyarakat Jawa juga menjalankan usaha sampingan, seperti mencetak batu bata, membatik, tukang kayu, dan menganyam tikar. Namun siring dengan berkembangnya zaman, masyarakat Jawa masa kini lebih berorientasi untuk menjadi pegawai dari pada menjadi petani untuk mewujudkannya maka salah satu cara yang ditmpuhnya adalah dengan mengenyam bangku pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi.
5) Sistem Kesenian
Sistem kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Jawa terdiri dari berbagai macam diantaranya yaitu seni bangunan seperti rumah adat masyarakat Jawa yang terdapat di Yogyakarta yaitu rumah joglo. Selain itu seni tari yang dikembangkan dalam masyarakat Jawa seperti tari gambyong, serimpi, bedoyo dll. Masyakat Jawa juga mengembangkan seni pertunjukan yaitu wayang, ludruk, sintren, dan masih banyak lagi.
2. Budaya Nasional
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yang menyatakan bahwa kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan serta memberikan identitas terhadap warga. Budaya nasional Indonesia yaitu budaya yang dikembangkan oleh masyarakat Indonesia yang dimiliki dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Contoh budaya nasional yaitu dalam upacara bendera masyarakat Indonesia melakukan hormat kepada bendera merah putih yang diiringi dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai wujud kecintaan kepada tanah air. Selain itu kebudayaan dalam Pemilihan Presiden dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia dengan melakukan pemilihan umum yang dipilih serentak oleh seluruh masyarakat Indonesia.
3. Budaya Asing
Budaya asing adalah budaya yang berada di luar wilayah kebudayaan diri yaitu kebudayaan yang dikembangkan oleh masyarakat asing di luar masyarakat Indonesia tetapi masuk ke dalam kebudayaan masyarakat Indonesia. Contoh kebudayaan asing yang masuk ke dalam kebudayaan nasional adalah masuknya K-pop yaitu kebudayaan korea yang masuk ke Indonesia yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia sehingga berdampak pada berubahnya tingkah laku masyarakat Indonesia yaitu meniru dan mengadopsi kebudayaan K-pop ini seperti cara berpakaian, model rambut, dan sebagainya. Contoh lainnya adalah masuknya berbagai teknologi dari luar seperti mesin cuci, gadged, laptop, lemari es dsb.
Budaya asing yang masuk ke Indonesia dapat berakibat baik yaitu ketika kebudayaan asing dapat memberi masukkan nilai sesuai dengan kepribadian masyarakat Indonesia. Selain itu jika kebudayaan asing dapat mempermudah aktivitas manusia seperti masuknya mesin cuci yang dapat digunakan untuk mempermudah aktivitas manusia.
Namun kebudayaan asing juga dapat berpengaruh buruk bagi kebudayaan nasional yaitu jika kebudayaan asing dapat merusak moral, keterlambatan berfikir, dsb. Contohnya yaitu kebudayaan seks bebas pada masyarakat barat yang ditiru oleh masyarakat nasional yaitu masuk melalui teknologi yang dikembangkan seperti melalui televisi maupun media lain.
4. Hubungan Antar Budaya di Era Globalisasi
Dalam kebudayaan tersebut mempunyai hubungan satu sama lain karena pada umumnya kebudayaan tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya dukungan dari kebudayaan lain. Beberapa kebudayaan tersebut dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi yang serba canggih dapat mempengaruhi hubungan kebudayaan-kebudayaan tersebut. Contohnya adalah kebudayaan asing mempengaruhi kebudayaan nasional melalui kemajuan teknologi yaitu internet, televisi, maupun media lain.
Sumber :
Dyastriningrum. 2009. Antropologi Kelas XI : Untuk SMA dan MA Program Bahasa. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Indriyawati, Emmy. 2009. Antropologi I : Untuk Kelas XI SMA dan MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka
———————. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta