Mitoni (Upacara adat Jawa)

KELOMPOK 3

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Ulang Tahun Bunda

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 28 May 2015

Pagi yang cerah…
“Kring… Kring… Kring…” seperti biasa bel alarm Niki berbunyi keras tepat pada pukul 05.00. Niki langsung terbangun dari tidurnya dan berfikir sejenak. “Ini tanggal berapa yaa?” tanya Niki kepada dirinya.
“Mm… tanggal 2 Januari Wah, berarti Bunda besok berulang Tahun” Jawab Niki terkejut.
“Aku mau kasih Kado apa yaa buat Bunda?” tanya Niki kepada Dirinya.
“Aha” Jawab Niki yang sudah mendapat ide. Niki langsung pergi untuk melaksanakan salat subuh, kemudian mandi.

“Bunda Niki berangkat dulu yaa” kata Niki kepada bunda.
“Kamu tidak sarapan dulu?” tanya Bunda kepada Niki
“Tidak Bun nanti ada ulangan IPA, Takut terlambat” jawab Niki sambil mengeluarkan sepedanya.
“Ya sudah hati-hati di jalan” kata Bunda kepada Niki
“Iya bunda” jawab Niki singkat, Niki langsung berangkat meninggalkan rumah

Sesampainya di Sekolah…
“Teet.. Teet” bel sekolah berbunyi tanda sudah masuk. Niki langsung memakirkan sepedanya di dekat kantin.
“tok.. tok.. tok” Niki mengetuk pintu kelasnya, dan masuk ke dalam kelasnya. Ternyata Mrs. Clara wali kelas IV E sudah duduk di depan kelasnya. Niki lngsung duduk bersebelahan dengan Ara.

Dua jam berlalu..
“Teet… Teet…” Bel istirahat berbunyi, Niki, Ara dan Tika langsung pergi menuju kantin
“Kayaknya Puding Coklat dan Ice cream vanila enak ni” Kata Tika sambil melihat buku menu yang ada di meja.
“kalau Roti Bakar dan puding apel juga enak”
“mungkin Puding vanila dan jus jeruk juga enak”
Mereka langsung memesankan makanan mereka ke bang Muiz, salah satu penjual di kantin. Setelah makanan datang Niki, Ara dan Tika langsung melahap makananya sambil bercerita.
“O, iya aku lupa besok Bunda berulang tahun, Aku bingung mau memberikan kado apa untuk Bunda, kalian punya ide nggak?” Tanya Niki kepada Ara dan Tika sambil melahap makananya
“Aha, Aku punya ide” Jawab Tika, Tika langsung membisikkan idenya kepada Niki dan Ara.
“waah, itu ide yang sangat bagus” Jawab Niki sambil membayar makananya lalu langsung kembali ke kelas karena bel sudah berbunyi.

Dua Jam kemudian
“Teet… Teet… Teet…” akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, seluruh murid langsung keluar dari kelasnya.
Niki langsung pergi ke parkiran untuk mengambil sepedanya. Sesampainya di rumah Niki langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk memasak kue Tart, tanpa sepengetuahuan Bunda, karena Bunda sedang menginap di rumah temanya karena ada urusan pekerjaan. Niki langsung memasak kuenya.

Dua jam sudah berlalu akhirnya Kue Tart buatan Niki sudah jadi. Niki langsung memasukkan Kue Tarnya ke lemari es di kamarnya.
“Huh… akhirnya jadi juga Kuenya” kata Niki yang lelah setelah membuat kue.
“Kring… Kring… Kring…” tiba-tiba Hanphone Niki berbunyi. Niki langsung mengangkat Hanphonenya.
“Assalamualaikum, bisa bertemu dengan Niki, ini dari Ara dan Tika” Ucap Ara
“iya, ada apa kok tumben banget sore-sore menelfone ku?” Jawab niki sambil memegang telefon genggamnya.
“kamu sudah siap belum, aku akan ke rumahmu jam 6 nanti, untuk membantumu menghiasi taman”
“iya aku sudah siap aku tunggu kamu di Rumahku ya!” Ucap Niki yang sudah tidak sabar menunggunya.
Akhirnya Ara dan Tika tiba di rumah Niki, mereka langsung pergi ke taman, belakang rumah Niki yang sangat luas. setelah satu jam akhirnya mereka telah selesai menghiasi taman.

Esok hari yang cerah…
“Kring… Kring… Kring…” bel alarm Niki berbunyi pada pukul 04.00. Niki langsung terbangun dari tidurnya dan langsung pergi mandi. Setelah selesai mandi Niki langsung menyiapkan Kuenya di taman belakang rumahnya. Setelah selesai menyiapkan kuenya niki mengajak Bundanya yang baru saja pulang pergi ke Taman belakang rumahnya.
“Bunda ayo kita pergi ke taman” Ajak niki kepada Bunda
“ayo, tapi untuk apa pergi ke taman pagi-pagi?” jawab Bunda
“nanti Bunda juga akan tahu” Jawab Niki singkat.
Saat Niki dan Bunda pergi ke Taman Bunda langsung terkejut melihat taman di belakang rumahnya.
“ini siapa yang membuatnya?” tanya Bunda terkejut
“SELAMAT ULANG TAHUN BUNDA” Ucap Niki kepada Bunda
“Terima kasih yaa Nak” Jawab bunda Gembira, yang langsung memeluk Niki dengan pelukan tulusnya.
“sama-sama Bunda” Jawab Niki yang juga ikut gembira.
“O, iya Niki punya sesuatu buat Bunda” Ucap Niki kepada Bundanya dan langsung menyerahkan kado kepada Bunda.
“wah terima kasih ya nak Baju ini indah sekali” jawab Bunda dengan Gembira
“Iya, sama-sama Bunda” Balas Niki dengan Gembira, Niki langsung memeluk Bundanya.

 

 

sumber:

Masih Ada Harapan

Ulang Tahun Bunda

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Semua Karenamu, Ayah.

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 22 September 2015

Aku tak pernah membayangkan akan bisa kuliah di perguruan tinggi. Hal itu mengingat akan pekerjaan orangtuaku sebagai tukang kayu. Pekerjaan tukang kayu sekarang sudah tidak menjanjikan, karena kayu-kayu untuk kerangka atap rumah sekarang sudah banyak digantikan oleh baja. Lagi pula penghasilannya hanya cukup untuk makan, Sedangkan Ibuku hanya sibuk mengurus rumah tangga. Hal itu sempat membuatku patah semangat untuk mengenyam bangku perkuliahan. Tapi, Ayah jugalah yang membangkitkan semangatku untuk semua itu. Karena ia melihat kalau anaknya ini masih memerlukan pendidikan.

“Dino, sekarang kamu sudah tamat SMA nak, apa langkah kamu selanjutnya untuk kedepan?” tanya Ayah dengan serius sewaktu kami sekeluarga sedang berkumpul bersama.
“entahlah Ayah, saya sendiri juga bingung. Jalan mana yang mesti saya tempuh” jawabku dengan nada yang putus asa.
“apakah kamu berminat untuk kuliah?”
“minat!! Tapi…”
“kalau kamu minat akan Ayah usahakan” jawab Ayah dengan cepat menyambar jawabanku.
“yang benar Ayah?”
“ya, supaya kamu tidak mengikuti jejak Ayah” jawab Ayah dengan menyakinkan.

Karena mendengar hal itulah semangatku untuk kuliah menjadi berapi-api. Hingga aku bisa kuliah perguruan tinggi swasta di Lubuk Alung Sumatra Barat. Untuk menghemat biaya, aku lebih memilih untuk mengontrak di salah satu rumah di sekitar tempatku kuliah. Kebetulan, saat itu ada kontrakan rumah yang super murah hanya Rp. 500.000 per tahun. Dalam satu kamar itu dihuni oleh tiga orang temanku yang juga merupakan mahasiswa di perguruan tinggi yang sama.

Hari itu merupakan hari pertamaku kuliah di kampus tersebut. Dalam perjalanan ke kampus terselip tanya-tanya. Apakah aku sanggup bersaing dengan teman-temanku yang lain? Tapi pertanyaan itu lenyap seketika, mungkin karena langkah-langkah yang tak sabar mengenyam bangku perkuliahan. Sesampainya di ruang perkuliahan, aku disambut dengan jejeran bangku-bangku yang tersusun rapi dan teman-teman yang datang lebih duluan. Di pojok kiri paling belakang menjadi tujuan tempat duduk. Seiring pinggul terhenyak, masuk seorang lelaki tua kurus mengenakan kupiah dan kacamata.

“oh rupanya begini tampilan seorang dosen itu” pikirku dalam hati. Karena semenjak SMA aku membayangkan kalau dosen itu masuk ke ruangan mengenakan jas.
Hari pertama kuliah tidak langsung masuk ke pembelajaran. Kegiatan hari pertama waktu itu hanya diisi dengan penyampaian materi-materi yang akan diajarkan dalam satu semester serta pengenalan diri masing-masing ke depan. Perkuliahan hari itu tak berlangsung lama. Paling lama satu jam kami sudah ke luar.

Untuk sampai ke kontrakan, aku memilih untuk berjalan kaki. Kebetulan saat itu ada juga sekelompok teman yang perempuan pulang bareng. Ku putuskan untuk bergabung dengannya.
“hei!! Kita satu lokal tadi kan? Tanyaku.
“iya, namanya siapa tadi?”
Ia menjulurkan tangannya untuk bersalaman, tanpa pikir panjang langsung saja ku jabat tangan mereka satu persatu sambil ku sebutkan namaku.
Di perjalanan kami berbicara banyak, mulai dari kampung mereka sampai ke masa-masa SMA mereka. Pembicaraan kami diiringi oleh hiruk pikuknya jalanan yang didominasi oleh mobil-mobil yang berlalu lalang.

Seminggu telah berlalu. Sebagian besar dosen ada yang telah masuk ke materi perkuliahan. Pertama awal pembelajaran kami sudah dihadiahi oleh dosen serentetan tugas. Untuk meringankan tugas-tugas dari dosen, kami membentuk kelompok belajar yang beranggota terdiri dari 7 orang. Setiap tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, selalu kami kerjakan bersama.

Mendekati akhir semester. Kuliahku makin sibuk, tugas tambah banyak. Sebal, gerakku terbatas tanpa motor. Gemas, buku di perpustakaan di tempatku tak begitu lengkap. Hampir saja semangat kuliahku hilang waktu itu. Tapi, kata-kata Ayah masih terngiang di telinga. Ia mengatakan kalau kuliahku ini tidak boleh putus di tengah jalan. Kami dari kelompok belajar menyimpulkan apa-apa saja yang tidak kami pahami, dan kami bahas bersama dengan bahan yang dibekali dari internet dan ada juga dari buku seadanya di pustaka. Selain belajar berkelompok, aku juga belajar penuh di kontrakan, karena minggu depan kami semua UAS. Aku tak ingin mengecewakan Ayah dengan memperlihatkan nilai yang rendah padanya.

Seiring berjalannya waktu, hari UAS pun datang dengan begitu cepatnya. Ku curahkan semua isi otak yang telah ku isi selama ini. Dan Alhamdulillah, hasilnya cukup memuaskan. Nilai itu langsung ku bawa ke kampung untuk ku perlihatkan kepada kedua orangtua. Betapa senangnya Ayah melihat nilaiku. Ia merasa jerih payahnya selama ini untuk menguliahkanku tidak sia-sia. Berkali-kali aku dipeluknya. Nilai semester satuku itu menjadi kado termanis untuk ulang tahun pernikahan kedua orangtuaku.

Tiga setengah tahun berlalu. Semester demi semester ku lalui sekarang tibalah pada tugasku yang terakhir, yaitu menyusun sebuah skripsi demi memperoleh ijazah S1. Ku tumpahkan segenap kemampuan yang ku punya. Dan hasilnya cukup memuaskan pembimbing, walaupun skripsi itu sudah berulang-ulang kali disuruh oleh pembimbing untuk mengulangnya. Gambaran untuk wisuda sudah ada di depan mata. Itulah saat yang paling ku dambakan. Saat itu adalah saat ku mengganti jerih payah yang orangtuaku untuk menjadikan aku orang yang penuh dengan pendidikan.

Tepat pada hari saat ku wisuda, terlihat Ayah dan Ibu berjalan dengan ukiran senyuman yang terpancar di mukanya. Air matanya sempat menetes ketika melihat anaknya mengenakan pakaian wisuda dan toga yang menutupi kepala. Ku cium tangan kedua orangtuaku, sebagai tanda untuk menyambut kedatangannya.

 

 

sumber:

https://cerpenmu.com/category/cerpen-motivasi

Semua Karenamu, Ayah

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Masih Ada Harapan

Yang mencintaimu tidak hanya satu orang, yang memperhatikanmu juga tidak satu orang, yang perlu kamu juga tidak hanya satu orang, ada keluargamu, teman-tamanmu, orang di sekitarmu yang perlu kehadiranmu dalam hidup mereka, jangan jadikan satu orang sebagai alasan untukmu berhenti berharap hidupmu harus tetap berjalan. Aku gadis lemah yang terlahir dari keluarga sederhana, Ibu pegawai rendahan di instansi pemerintahan sementara Ayahku sudah meninggal dunia empat tahun yang lalu.

Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Sejak Bapak meninggal dunia krisis ekonomi begitu terasa dalam keluargaku. Mama harus membiayai pendidikan aku dan saudara keduaku, serta harus membelikan susu untuk adik bungsuku. Aku sempat berpikir untuk berhenti sekolah karena tidak sanggup melihat beban yang ditanggung Mama. Namun, Mama adalah orang terhebat yang ada dalam hidupku, dengan bersusah payah ia tetap berjuang untuk pendidikan kami. Ia tidak peduli sesulit apapun hidup ini, yang ia pikirkan adalah kesuksesan kami anak-anaknya.

Sewaktu masih berada di Sekolah Menengah Kejuruan aku tidak mau bermimpi untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi karena aku berpikir jika aku bermimpi dan mimpi tesebut tidak bisa ku wujudkan maka kecewalah yang akan aku rasakan walaupun sebenarnya aku juga ingin seperti teman-teman yang lain. Tak jarang aku mengenang Bapak karena ia pernah bilang, “setelah kamu lulus SMK Bapak akan daftarkan kamu jadi polwan.”

Hufh, seandainya Bapak masih ada di dunia ini semua pasti mudah. Tapi tidak apa-apa, aku hanya fokus pada satu tujuan yaitu harus lulus SMK dan mencari pekerjaan. Namun, luar biasa kehendak Tuhan berbeda dengan rencanaku karena prestasiku di kelas, aku ditawarkan oleh pembina kesiswaan untuk melengkapi persyaratan beasiswa di sebuah kampus di provinsiku. Karena aku sudah tidak berminat untuk kuliah jadi aku mengabaikan semuanya, aku berusaha menolaknya. Bujukan dari teman-teman membuatku tidak tahan hingga aku menuruti keinginan mereka.

Aku melengkapi semua persyaratan mulai dari pendaftaran online, seleksi berkas dan tes langsung ke kampus yang diinginkan puji Tuhan ketiga tes tersebut bisa aku lewati. Dan aku bisa lulus UN dan beasiswa secara bersamaan. Aku seharusnya bahagia tetapi yang aku rasakan saat itu justru sedih di satu sisi aku ingin membantu Mama menafkahi adik-adikku namun di sisi lain aku ingin melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. Tapi aku tahu isi hati Mama saat itu Mama menginginkan aku mencari pekerjaan, mungkin Mama mulai lelah bekerja sendiri.

Aku hanya berdoa kepada Tuhan dan meminta petunjuk kepadanya agar bisa memilih mana yang terbaik untuk masa depanku. Dan ternyata Tuhan mau aku mengambil beasiswa tersebut. Aku pun berangkat ke Ibu kota provinsi untuk memulai perkuliahan. Di sini aku diyakinkan bahwa pilihan ini tidak salah. Dan ternyata Tuhan menempatkanku di tengah orang-orang yang asing bagiku mungkin untuk menguji hatiku. Tetapi semangat hidupku justru lebih bangkit di tempat ini, dan Mama tidak perlu khawatir untuk membiayaiku karena semua ditanggung oleh pemerintah hingga aku selesai dan menjadi seorang dosen di sebuah universitas. Terima kasih Mama untuk segala usahanya.

Jadi, mana yang luar biasa anak yatim menjadi dosen atau anak yang mempunyai segalanya menjadi dosen?
“Jika kita mau meyakini segala yang baik dalam hidup ini, percayalah Tuhan akan mewujudkannya.”

Cerpen Karangan: Rosiana
Facebook: rosianaw57[-at-]yahoo.co.id

 

sumber :

Masih Ada Harapan

 

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Makna Kehidupan

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 6 July 2015

Indahnya tahun baru 2014 meskipun pada detik pertamanya, alam menyambutnya dengan tangis haru. Suka cita dan bangga langit kota menyambutnya dengan turun Gerimis nan indah. Bak bidadari yang turun dari kayangan. Berjajar rapi beriringan seperti tarian air yang dapat membasahi kalbu.

Pagi itu hujan turun hampir dari seharian. Semua orang cemas akan cuaca pagi itu. Udara suci yang belum terjamah oleh manusia itu terpaksa harus bergulat dengan rentetan air kayangan. Dedaunan melihatnya dengan tatapan yang iri.
“Lihatlah mereka! Air dan udara sangat ramah. Tak seperti aku dan ulat pohon. Air dan udara bermadu kasih, menghasilkan buah karya indah yang disebut pelangi. Tapi, lihatlah aku! lihatlah aku yang hanya menjadi makanan ulat. Padahal ulat hidupnya hanya bisa membuat manusia gatal.” Daun menggerutu sambil mengalirkan air yang sedari tadi menetesi tubuhnya hingga membuatnya seolah menari.
“Aku bangga kehadiranku ini membuat pohon yang aku tinggali ini menjadi berbuah. Tanpa aku, buah akan hancur terjatuh dan tersapu angin. Dan tak bisa dimakan oleh manusia yang gemar merawatku. Tapi di sisi lain, aku benci kenapa kehadiranku untuk dimakan ulat yang dapat membuat manusia bergidik. Kenapa Tuhan menciptakanku seperti ini? Tuhan pasti salah. Tuhan salah!” Bentak daun dengan keras. Saking kerasnya membuat tangkainya yang lunglai terputus dari batang pohonnya. Akhirnya daun itu pun terpisah oleh angin yang berhembus saat fajar shodiq tiba.
Daun itu pun terombang-ambing tertiup angin hingga tinggi sekali. Suara gemuruh halilintar bersahutan seolah murka terhadap daun yang tak ikhlas menjalani kehidupannya. Sangat menggelegar membuat daun yang tipis itu ketakutan hingga makin pipih.
“Kenapa aku harus takut dengan kalian? Aku tak punya urusan dengan halilintar. Aku hanya tak mengerti kenapa Tuhan menciptakan ulat.” Masih seperti tadi, daun itu terseret genggaman angin hingga daratan sudah tak kelihatan lagi. Daun itu terbawa ke atas awan. Warna kelabu mendung perlahan mengikis. Transisi warna kelabu kehitaman bercahaya itu benar-benar membuat mata terpana.
Daun itu pun terkesima akan yang ia lihat sekarang. Apalagi perlahan langit malam itu memancarkan corak pelangi. Goresan tinta gemerlap penuh warna menghiasi langit itu. Seperti kabut, namun indah bagai pelangi. Benda itu memang pelangi malam. Lebih sering disebut Aurora.
“Hai Aurora! Tuhan menciptakanmu begitu indah. Tapi kenapa aku buruk kecil dan menjadi makanan ulat? Aku pikir Tuhan tak adil!” Daun berdesah mengungkapkan perasaannya yang gelisah kepada Aurora.
“Jika aku dapat memilih, aku lebih ingin menjadi daun. Untuk apa aku indah jika aku jarang terlihat. Keindahanku juga terhalang oleh awan. Tak ada yang dapat aku banggakan.” Daun pun merenung terpukau. Daun tak mengerti akan ciptaan Tuhan. Daun pun bergumam.
“Sebenarnya untuk apa kita diciptakan? Aurora pun tak bangga aku pun tak tahu kenapa aku diciptakan sebagai makanan ulat. Aku yakin Tuhan memang benar-benar salah.” Hingga lambat laun angin mulai berhembus pelan. Hingga membuat daun turun dengan perlahan. Sampai akhirnya daun itu mendarat di taman yang basah bekas tetesan air hujan.
Kemudian matahari pagi mulai menyongsong hari. Kicau burung nan merdu bak lantunan penyair. Daun melihatnya dengan cemburu.
“Benar-benar indah pagi ini. Aku jadi ingin seperti burung-burung. Berkiacau ria, berkembang biak, dan dapat memburu ulat.” Daun sadar akan indahnnya pagi. Hingga dia tetap dapat merasa gembira walaupun dalam perasaan hambar.

Kemudian lewatlah seekor kupu-kupu yang mengepakkan kedua sayapnya. Begitu indah corak sayapnya hingga membuat daun yang terbaring itu berdecak kagum.
“Indah sekali. Manusia pasti senang melihatmu kupu-kupu. Apalagi karena kupu-kupu terjadi perkembang biakan sebuah pohon yang kemudian dirawat manusia. Tapi bukankah kupu-kupu dulunya ulat pemakan daun?” Daun pun kini menyadarinya. Ulat yang sering dia kutuk, kini menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Kupu-kupu yang hidup dari tangkai ke tangkai, membawa serbuk sari, dan membuat pohon baru tumbuh.
“Aku salah tentang Tuhan. Aku hanya tak tahu apa-apa tentang makna kehidupan ini. Aku memang bodoh! Kini aku rela tubuhku dimakan ulat. Biar ulat tumbuh menjadi kupu-kupu, membawa kehidupan pohon baru, dan akhirnya tumbuh daun-daun yang baru. Daun akan ada di setiap pohon. Dirawat manusia dan membawa ketentraman bagi semua makhluk di muka bumi. Kita memang diciptakan berdampingan. Dan sekarang baru kusadari hal itu. Hidup ini indah dan bahkan kini aku rela tubuhku dimakan ulat jika itu membuat alam sememesta menjadi lebih indah.” Kata daun itu dalam hatinya dan merenungi penyesalannya.
Kemudian semakin lama waktu berjalan, kesegaran daun itu mulai memudar. Yang awalnya hijau menjadi kuning. Hingga akhirnya daun itu terinjak-injak hingga menjadi sebuah debu.

 

sumber :

Makna Kehidupan

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Drama Yang Berakhir Tak Bahagia

Bukannya teman makan teman, tapi entah mengapa perasaan itu timbul begitu saja dalam hati tanpa bisa dicegah. Pertama kali aku mengenal Evan, aku langsung jatuh hati padanya. Ia memang tak seperti yang ku bayangkan pada awalnya, tak seperti seorang pangeran dari negeri antah berantah yang tiba-tiba menemukan sang putri. Tidak. Dia hanyalah dia, dan karena dia yang seperti itu, yang sederhana dan apa adanya, aku menyayanginya.

Di tahun pertama, aku semakin mengenalnya, aku akhirnya menjadi teman dekatnya. Dan terungkap sebuah rahasia besar. Ternyata salah satu sahabatku, Rena, sama-sama menyukainya. Lantas apa yang ku perbuat? Aku diam menunggu, terpojokkan dan mencoba menjadi seorang narator yang membuat cerita drama, dengan Rena dan Evan sebagai pemeran utamanya. Aku mencoba menciptakan ceritaku sendiri, menyutradarainya dengan imajinasiku sendiri. Aku tidak sedih ataupun bahagia. Memang, perasaanku pada Evan hanya samar. Karena itu, selama tahun-tahun berikutnya aku menganggapnya sebatas teman. Sedangkan hubungan mereka –Rena dan Evan– semakin erat. Aku tidak cemburu ataupun marah kepada sahabatku. Memang, aku telah mengetahui cerita sebenarnya yang terjadi, mengapa Rena juga menyayanginya.

Sebelum aku hadir di kehidupannya, ternyata dia sudah lebih dulu mengenal Rena. Dan sekarang, mereka belum terikat suatu hubungan apapun. Dia berbeda agama dengan Rena, begitu juga denganku. Apapun yang terjadi, Rena tak bisa melanjutkan hubungannya lagi dengannya. Saat itulah baru aku ikut bersedih. Karena aku juga bisa merasakan kesedihan sahabatku itu, sekaligus kesedihanku sendiri yang bercampur menjadi satu.

Setahun kemudian, kami sama-sama melupakan perasaan masing-masing, dan kami akhirnya menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. Aku pun menyayangi orang lain. Evan, meskipun telah memiliki yang lain, tapi aku tahu bahwa hatinya masih untuk Rena. Sedangkan Rena sendiri meskipun telah kembali menampakkan senyumnya, tetapi ternyata dia belum juga bisa bangun dari semua mimpi-mimpinya dengan Evan. Aku merenungkan diriku sendiri, apa benar aku menyayangi orang lain itu?

Setelah berbulan-bulan aku mencari jawaban, ternyata selama ini, hanya Evanlah, laki-laki yang telah menjadi teman dekatku dan orang yang disayangi sahabatku, yang benar-benar ku sayangi. Aku bingung, dan sampai sekarang tak pernah ada yang tahu perasaanku yang sebenarnya kepadanya. Semua orang mengira hubunganku dengannya hanya sebatas teman dekat. Lagi pula, aku sadar. Jika saja ada orang yang mengetahui perasaanku ini, aku akan merasa sangat bersalah dan hancur. Aku pasti akan disalahkan, dan aku akan kehilangan Rena. Tak ada yang tahu. Semua hanya ku pendam sendiri. Merasakan kepedihan karena terjebak suatu cerita yang bahkan aku tak sempat menyangkanya. Bagaimanapun, Renalah yang lebih dulu menyayanginya. Dan begitu juga sebaliknya. Mata Evan selalu mengatakan suka setiap kali memandang Rena. Meskipun keduanya kini sudah berjauhan dan saling menjaga jarak.

Tahun ini, menjadi tahun yang paling membingungkan sepanjang hidupku. Aku kembali melihat ada sorot hangat yang dipancarkan oleh Evan untukku. Aku selalu melewatkan waktu dengannya. Bersamanya aku tenang dan bisa tertawa. Dialah yang menjadi lentera dalam hidupku. Dia sendiri juga terlihat bahagia jika berada di dekatku. Entah bagaimana perasaannya yang sesungguhnya terhadapku. Bisa jadi dia menganggapku sebatas teman dekat juga, atau mungkin lebih. Tapi aku takut. Ternyata juga dia memberikan sorot hangatnya itu bukan untukku saja. Rena kini terlihat lebih ceria dari biasanya, karena Evan juga memberikan sorot hangat itu untuknya. Dalam semua kisahnya, Rena bercerita bahwa sepertinya Evan mencoba mengembalikkan kenangan-kenangan indah mereka di tahun pertama. Bahwa sepertinya bunga mereka mekar kembali.

Aku menangis. Aku bingung. Aku sedih. Aku kembali dihadapkan pada cerita pahit itu. Aku kembali diharuskan untuk menunggu. Aku tak ingin menyakiti siapapun. Hingga akhirnya, aku memantapkan hatiku bahwa aku memang benar-benar menyayangi Evan, yang juga disayangi oleh sahabatku.

Detik-detik terakhir menjelang kelulusan, aku memberanikan diri untuk menyampaikan perasaanku padanya. Hanya kami berdua yang tahu. Wajahnya terlihat sedih saat aku mengatakan semuanya. Aku terisak dan dia mendekapku. Perasaanku waktu itu campur aduk. Lega karena bebanku telah terangkat. Senang, karena meskipun sedikit dan samar dia mengatakan bahwa sebenarnya dia juga merasakan perasaan yang lain selain sayang sebagai teman terhadapku. Sedih, karena aku tak akan bisa bersamanya. Takut, karena bila sahabatku tahu tentang ini, aku akan kehilangan dia.

Jantungku tersentak. Ketika dari balik bahu Evan, ku lihat Rena menangis melihat kami berdua. Segera ku lepaskan tangan-tangan yang merengkuhku. Sambil terus terisak, ku tegaskan bahwa meskipun aku menyayanginya dan sepertinya dia juga menyayangiku, tetapi aku tak bisa dengannya. Aku terlalu menjunjung tinggi persahabatanku. Aku berlari menjauh, berbalik mengejar sahabatku yang terlanjur terluka karenaku.

Saat ku temukan, Rena sedang menangis. Ku coba untuk memanggil namanya. Tiba-tiba satu tamparan keras menghantam pipiku. Masih dengan sisa-sisa air mata, aku menatapnya penuh rasa sesal dan bersalah. Ini semua terlanjur terjadi. Siapa yang tahu jika jadinya seperti ini. Siapa yang tahu bahwa akhirnya aku juga menyayangi orang yang juga disayangi sahabatku. Siapa yang tahu?

Kini, aku tak pernah lagi bertemu dengan kedua orang itu. Evan dan Rena. Aku terlalu malu untuk sekedar menatap mata mereka. Dan sampai saat ini juga, hatiku masih terasa sakit saat ku ingat cerita drama itu berakhir tak bahagia. Air mataku menetes lagi, di depan sekolah kami, yang menjadi saksi bisu semua kenangan-kenangan kami.

Cerpen Karangan: Diska Hanifa

 

sumber:

Cerpen of the Month

Drama Yang Berakhir Tak Bahagia

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Review Film Magic Hour

Bintang.com, Jakarta Pemain: Michelle Ziudith, Dimas Anggara, Nadia Arina, Rizky Nazar, Meriam Bellina, Ira Wibowo, Anisa Rahma, Ramzy, Surya Saputra

Sutradara: Asep Kusdinar

Skenario: Tisa TS & Sukhdev Sing

Durasi: 90 menit

Sinopsis:

Raina dan Gweny adalah saudara tiri. Meski begitu mereka sangat akrab, sudah seperti sahabat atau bahkan saudara kandung. Sejak kecil mereka tinggal bersama ibu Gweny, Flora. Raina bekerja di toko bunga milik ibunya Gweny yang dipanggilnya Tante Flora.

Suatu waktu, Tante Flora meminta Gweny untuk bertemu dengan Dimas. Ia ingin menjodohkan Gweny dengan Dimas yang merupakan anak dari sahabatnya, Cindy. Gweny merasa keberatan dijodohkan dan menganggap ibunya terlalu kolot. Tapi karena tidak ingin menyakiti perasaan aibunya, Gweny meminta Raina untuk berpura-pura menjadi dirinya.

Raina awalnya enggan memenuhi permintaan Gweny, apalagi ia sempat mengalami kecelakaan saat sedang mengantarkan bunga pesanan pelanggan toko bunganya. Tapi akhirnya Raina bersedia mengiyakan keinginan Gweny. Ternyata setelah bertemu dengan Dimas, Raina merasakan momen penuh keajaiban yang mampu melepas rasa sedih. Seiring berjalannya waktu mereka saling mencintai.

Sayangnya rasa cinta yang dirasakan Raina terhadap Dimas, justru membuatnya bimbang, bahkan panik. Karena ada cinta lain yang menantinya sejak kecil, yaitu cinta sahabatnya, Toby. Raina tidak mau kehilangan Toby, tapi dia sadar sudah menyakitinya. Di sisi lain, Toby juga disukai oleh teman sekerjanya di kafe. Namun Toby mengacuhkannya karena hatinya sudah tertambat para Raina.

Sementara Dimas sendiri sepertinya bukanlah pria yang tepat untuk Raina, karena Dimas sudah dijodohkan oleh ibunya dengan Gweny. Lagi-lagi cinta Raina harus dibenturkan pada pilihan antara cinta atau persahabatan.

Namun cinta bukanlah cinta jika tidak melalui sebuah ujian. Begitu juga cinta Raina dan Dimas. Semakin mereka berjuang menyatukan cinta, semakin banyak tragedi yang memisahkan. Dapatkah Raina dan Dimas memperjuangkan cinta sejati untuk selamanya, ketika keadaan bersikap tidak adil terhadap kehidupan mereka?

Review:

Tema cinta memang tak pernah usang dan selalu menarik. Tema cinta pula yang diangkat Screenplay Production di film layar lebar perdana mereka. Selama ini Screenplay lebih dikenal lewat karya-karya FTV (Film Televisi) mereka.

Cerita yang kita jumpai di film Magic Hour mungkin sudah pernah kita lihat sebelumnya. Namun sekali lagi, tema cinta tetap menarik dan tak pernah usang meski kerap diulang-ulang. Magic Hour cukup menghibur. Ada tangis, tawa, haru, romantisme, persahabatan sampai hubungan keluarga bisa kita rasakan di film yang disutradarai Asep Kusdinar ini.

Para pemain juga tampil pas dengan peran serta porsinya masing-masing. Kedekatan Dimas Anggara dan Michelle Ziudith terasa dengan baik, keduanya pernah bermain bersama di sinetron Love in Paris. Meriam Bellina tampil memikat dan menambahkan nuansa komedi di film ini. Lagu dan musik yang mengiringi juga tak kalah memikat. Magic Hour juga bisa mengharu-biru para remaja dengan beberapa adegan dan dialog yang cukup puitis.

Untuk bagian ini, Tisa TS sebagai penulis skenario memang sudah dikenal mampu mengaduk-aduk perasaan penonton remaja. Judul film yang diadaptasi dari novel berjudul sama ini juga termasuk puitis.

Dalam dunia fotografi atau sinematografi, magic hour atau yang juga biasa disebut golden hour, didefinisikan sebagai masa setelah matahari terbit atau sebelum matahari terbenam, saat warna langit agak kemerah-merahan atau lebih lembut ketimbang saat matahari berada tinggi di angkasa. Keindahan transformasi warna alam tersebut yang memiliki kesamaan dalam kisah cinta Raina dan Dimas di film ini.

Kehadiran sosok Dimas yang tidak direncanakan bagaikan magic hour, momen penuh keajaiban yang mampu melepas rasa sedih, membuka mata dan menerangi jalan yang ditempuh Raina. Sebelum bertemu Dimas, magic hour Raina adalah saat hujan turun. Bisa juga berarti, selalu ada keajaiban dalam cinta. Jadi, bagi yang masih tertarik dengan tema drama percintaan, Magic Hour bisa jadi pilihan yang tepat.

gh k

 

 

sumber:

https://www.bintang.com/film/read/2292470/review-magic-hour-selalu-ada-keajaiban-dalam-cinta

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Myths and facts about child abuse and neglect

MYTH #1: It’s only abuse if it’s violent.

Fact: Physical abuse is just one type of child abuse. Neglect and emotional abuse can be just as damaging, and since they are more subtle, others are less likely to intervene.

MYTH #2: Only bad people abuse their children.

Fact: While it’s easy to say that only “bad people” abuse their children, it’s not always so black and white. Not all abusers are intentionally harming their children. Many have been victims of abuse themselves, and don’t know any other way to parent. Others may be struggling with mental health issues or a substance abuse problem.

MYTH #3: Child abuse doesn’t happen in “good” families.

Fact: Child abuse doesn’t only happen in poor families or bad neighborhoods. It crosses all racial, economic, and cultural lines. Sometimes, families who seem to have it all from the outside are hiding a different story behind closed doors.

MYTH #4: Most child abusers are strangers.

Fact: While abuse by strangers does happen, most abusers are family members or others close to the family.

MYTH #5: Abused children always grow up to be abusers.

Fact: It is true that abused children are more likely to repeat the cycle as adults, unconsciously repeating what they experienced as children. On the other hand, many adult survivors of child abuse have a strong motivation to protect their children against what they went through and become excellent parents.

 

source => https://www.helpguide.org/articles/abuse/child-abuse-and-neglect.htm

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Konservasi .. Save your earth..

Pelestarian_dan_Konservasi_LingkunganimagesKSDA12images (1)

Posted in Uncategorized | Leave a comment

eWMLCmhz_400x400

Posted in Uncategorized | Leave a comment