Salam semangat sahabat blogers. Kali ini saya akan memposting materi Antropologi Kelas XI tentang “Persamaan & Perbedaan Institusi Sosial Dalam Berbagai Kelompok Etnik Di Indonesia”. Semoga postingannya dapat menambah sedikit referensi bagi teman-teman semua. Tunggu apa lagi, yuks let’s go to read.!
Persamaan Institusi-institusi Sosial dalam berbagai kelompok etnik di Indonesia
Pada setiap kebudayaan yang berada di berbagai daerah pasti mempunyai perbedaan dalam aspek sistem kekerabatan, sistem religi, sistem politik, sistem mata pencaharian hidup, bahasa, kesenian. Berikut ini beberapa persamaan yang terdapat dalam institusi sosial dalam berbagai kelompok etnik di Indonesia. Dimana, setiap kebudayan dalam setiap daerah mempunyai beberapa aspek yag telah terangkum dalam 7 unsur kebudayaan universal yakni :
Sistem religi
Sistem organisasi masyarakat
Sistem Pengetahuan
Bahasa
Kesenian
Sistem mata pencaharian
Sistem teknologi dan peralatan
Perbedaan Institusi-institusi Sosial dalam berbagai kelompok etnik di Indonesia
Dari 7 unsur kebudayaan di atas,bahwa dalam institusi sosial dalam berbagai kelompok etnik di Indonesia mempunyai persamaan yang terkandung dalam 7 unsur kebudayaan universal. Namun, dalam setiap daerah mempunyai perbedaan yang mencakup 7 aspek tersebut. Sebagai penambah pengetahuan, saya akan menjelaskan 2 kebudayaan masyarakat yang berasal dari Jawa dan Ambon, dimana didalamnya terdapat beberapa mencakup 7 unsur kebudayaan tersebut.
Kebudayaan Jawa
Mayoritas orang Jawa menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Sebagian lainnya menggunakan bahasa Jawa yang bercampur bahasa Indonesia. Bentuk rumah pada masyarakat Jawa hampir semuaya berbentuk rumah joglo, limasan dan situbondo. Dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani, baik bertani disawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat pantai. Salah satunya sistem kekerabatan Jawa keturunan dari Ibu dan Ayah dianggap sama haknya, dan warisan anak perempuan sama dengan warisan laki-laki, tetapi berbeda dengan banyak suku bangsa yang lain, yang ada Indonesia.
Masyarakat Jawa dalam hal perkawinanya melalui beberapa tahapan. Biasanya seluruh rangkaian acara perkawinan berlangsug selama kurang lebih dua bulan, mencangkup:
Nontoni; Melihat calon istri dan keluarganya, dengan mengirim utusan (wakil).
Nglamar (meminang); Tahapan setelah nontoni apabila si gadis bersedia dipersunting.
Paningset; Pemberian harta benda, berupa pakaian lengkap disertai cin-cin kawin.
Ngunduh Mantu (ngunduh temanten); Memboyong pengantin wanita kerumah pengantin pria yang disertai pesta ditempat pengantin pria.
Jika di dalam perkawinan ada masalah antara suami istri maka dapat dilakukan “Pegatan” (Perceraian). Jika istri menjatuhkan cerai di sebut “talak” sedangkan istri meminta cerai kepada suami di sebut “talik”. Jika keinginan isteri tidak di kabulkan oleh suami istri mengajukan ke pengadilan maka disebut “rapak”.
Mayoritas orang Jawa menganut agama Islam, sebagian yang lainya menganuti agama Kristian, Protestan dan Katolik, termasuknya dikawasan luar bandar, dengan penganut agama Buddha dan Hindu juga ditemukan dikalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agama Kejawen. Sedangkan dalam sistem kesenian suku jawa ,orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakonsebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana danMahabharata.
Kebudayaan Ambon
Desa adat suku Ambon dibangun sepanjang jalan utama antara satu desa dengan desa yang lain saling berdekatan, atau bisa juga dalam bentuk kelompok yang terdiri dari rumah-rumah yang dipisahkan oleh tanah pertanian. Bentuk kelompok kecil rumahrumah itu disebut ”Soa”. Salah satu Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan patrilineal yang diiringi pola menetap patrilokal. Kesatuan kekerabatan amat penting yang lebih besar dari keluarga batih adalah mata rumah atau fam yaitu suatu kelompok kekerabatan yang bersifat patrilinal.Mata rumah penting dalam hal mengatur perkawinan warganya secara exogami dan dalam hal mengatur penggunaan tanah-tanah deti yaitu tanah milik kerabat patrilineal. Disamping kesatuan kekerabatan yang bersifat unilateral itu ada juga kesatuan lain yang lebih besar dan bersifat bilateral yaitu famili atau kindred. Famili merupakan kesatuan kekerabatan di sekeliling individu yang terdiri dari warga-warga yang masih hidup dari mata rumah asli yaitu semua keturunan keempat nenek moyang.
Mata pencaharian orang Ambon pada umumnya adalah pertanian di ladang. Dalam hal ini orang membuka sebidang tanah di hutan dengan menebang pohon-pohon dan membakar batangbatang serta dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang telah dibuka dengan cara demikian hanya diolah sedikit dengan tongkat kemudian ditanami tanpa irigasi. Umumnya tanaman yang mereka tanam adalah kentang, kopi, tembakau, cengkih, dan buahbuahan. Selain itu, orang Ambon juga sudah menanam padi dengan teknik persawahan Jawa. Sedangakan sistem religi atau kepercayaan suku ambon ,mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini dikarenakan pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan kekristenan dan pengaruh kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah Maluku.
Gambaran mengenei 2 kebudayaan tersebut maka dapat dilihat perbedaan dari masing-masing tempat antara masyarakat Jawa dan Ambon. Guna menambah pemahaman bagi pembaca untuk lebih lanjut silahkan buka link dibawah ini
Tulisan ini sebelumnya telah diterbitkan oleh:
Putri Ayu Setyo Nur Islami
Pengayaan.!
- Bagaimana Persamaan Institusi Sosial Dalam Berbagai Kelompok Etnik Di Indonesia?
- Bagaimana Perbedaan Institusi Sosial Dalam Berbagai Kelompok Etnik Di Indonesia?
- Analisislah kasus yang berada di link atas sesuai dengan pemahaman Anda mengenai salah satu aspek yag terdapat dalam 7 unsur kebudayaan universal?
Daftar Pustaka:
Koentjaraningrat, dkk. 1971. Manusia dan kebudayaan di Indonesia. Jakarta Djambatan.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.