Observasi
– Daerah : Bulu, Jepara
– Waktu : Jumat 24 Oktober 2014, pukul 17.00 WIB
Narasumber
– Nama : Bapak Sukandar
– Usia : 61 tahun
1. Kehidupan
Bapak Sukandar adalah orang asli Lamongan, yang kemudian tinggal di Jepara bersama istri dan anaknya. Istri Pak Sukandar berasal dari Indramayu. Pak Sukandar dan istrinya mempunyai 6 orang anak. Di Jepara Pak Sukandar bermata pencaharian sebagai seorang nelayan. Pak Sukandar ini ternyata tidak pernah makan bangku sekolah, dan hingga sekarang beliau buta aksara. Walaupun buta aksara beliau mengerti bahasa Indonesia dan Jawa.
Bapak Sukandar bekerja sebagai nelayan sejak umur 12 tahun, jadi beliau sudah menjadi nelayan selama 49 tahun. Pekerjaan nelayan ini sudah menjadi turun temurun dari kakek, bapak, kemudian Pak Sukandar bahkan anaknya sekarang ini juga bekerja sebagai nelayan. Selain menjadi nelayan beliau pernah bekerja menjadi seorang tekong. Tekong adalah sebutan warga Jepara untuk nahkoda kapal. Untuk mengisi waktu ketika selesai berlaut mencari ikan, biasanya Pak Sukandar membuat hiasan untuk perahunya. Hiasannya terbuat dari tali rafia.
Bapak Sukandar ini mulai mencari ikan ke laut pada sekitar jam 4 pagi hingga jam 9 pagi. Jenis ikan yang sering didapat yaitu ikan kembung, selain ikan kembung ada ikan layur, dan ikan tengiri. Hasil dari melaut ini dijual ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan) terkadang Pak Sukandar juga menjualnya ke pengepul (bakul). Harga 1 kg ikan kembung adalah Rp14.000 sedangkan 1 kg ikan layur yaitu Rp40.000 Apabila ikan yang didapat sedikit maka ikan dijual per sepuluh biji yang biasanya sekitar Rp15.000.
Penghasilan Pak Sukandar tiap harinya tidak tentu. Namun penghasilan tiap harinya sudah mencukupi kehidupannya, walaupun terkadang sehari bisa dapat hasil terkadang juga sehari bisa tidak berpenghasilan. Selain Bapak Sukandar, istri beliau juga bekerja di pasar. Istri Pak Sukandar tiap harinya berjualan ikan, ikan yang dijual merupakan hasil melaut Pak Sukandar kadang ikan hasil kulakan. Sedangkan anak Pak Sukandar semuanya bersekolah, walaupun ada yang putus sekolah dan kemudian bekerja sebagai nelayan. Anak-anak Pak Sukandar yang masih kecil-kecil terkadang ikut melaut mencari ikan saat mereka libur sekolah.
2. Perahu dan Jaring
Perahu yang digunakan Pak Sukandar melaut mencari ikan adalah milik pribadi, dan harga perahunya saat sekarang ini yakni sekitar 15 juta. Perahu miliknya merupakan golongan perahu kecil. Barang-barang yang biasanya ada di perahu saat beliau melaut adalah jaring, pelampung jaring, tong untuk tempat ikan, jangkar. Perahu ini memiliki 2 mesin. Mesin ini bekerja dengan menggunakan solar. Sekali berangkat melaut perahu menghabiskan 10 liter solar hingga 15 liter. Satu liter solar ini seharga Rp4.500 Pak Sukandar pernah mengalami kesulitan mendapatkan solar saat BBM langka. Dan saat harga solar naik Pak Sukandar mengurangi jam kerjanya, sehingga hasil melautnya berkurang dari hari-hari biasanya.
Pak Sukandar menjelaskan harga-harga perahu sebagai berikut, perahu sedang sudah lengkap dengan jaring dan mesin harganya sekitar 25 juta, sedangkan perahu besar lengkap dengan jaring dan mesin harganya sekitar 40 juta. Ukuran perahu kecil milik Pak Sukandar panjang = 7 meter, lebar = 2 meter 70 cm, dan panjang payang = 1000 meter. Payang tersebut adalah buatan Pak Sukandar sendiri. Payang adalah sebutan jaring bagi para nelayan. Perahu kecil milik Pak Sukandar dapat memuat ikan seberat 3 kuintal. Sedangkan ukuran perahu besar yakni panjang = 14 meter, lebar = 6 meter, dan panjang payang sekitar 300 meter. Muatan perahu besar ini adalah 1 kuintal sampai 10 ton.
Dari beberapa nelayan ada juga nelayan yang tidak mempunyai perahunya sendiri. Para pengusaha yang mempunyai perahu memperkerjakan nelayan-nelayan yang tidak mempunyai perahu tersebut untuk menggunakannya. Dan hasil dari melaut mencari ikan akan dibagi dua. Di daerah Bulu Jepara ini juga terdapat para pendatang. Dan kebanyakan para pendatang ini bekerja sebagai anak buah perahu.
Hambatan yang dialami nelayan saat melaut adalah ketika gelombang tinggi. Dan saat bulan Januari, Februari, dan Maret nelayan libur dan mulai bekerja lagi pada bulan April. Pada saat bulan Januari nelayan bisa pergi ke laut tapi dengan melihat kondisi laut. Para nelayan pada tiap tahunnya melakukan sedekah bumi. Sedekah bumi ini dilakukan pada hari kupatan yaitu seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Acara ini adalah sebagai wujud syukur para nelayan, dengan cara membuang kepala kerbau ke tengah laut.
3. Stratifikasi
Golongan-golongan nelayan dibedakan dari kepemilikan perahunya. Pembedanya yaitu nelayan yang memiliki perahu besar dan nelayan yang memiliki perahu kecil. Namun dalam lingkungan Pak Sukandar rata-rata para nelayan memiliki perahu kecil. Sehingga tidak ada stratifikasi sosial di lingkungan tempat tinggal Pak Sukandar.
4. Pemukiman Nelayan
Letak pemukiman nelayan di daerah Bulu Jepara yaitu berkelompok, dan tata letak rumah para nelayan dari rumah satu dengan rumah yang lain yaitu sejajar. Satu baris terdapat sekitar 7 rumah. Rumah para nelayan ini berada pada tepi laut. Dan di depan rumah para nelayan daerah Bulu Jepara ini terdapat TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Sedangkan tepat di belakang rumah adalah tepi laut (sungai cabang dari laut) yang menjadi tempat perahu Pak Sukandar.
Ukuran rumah para nelayan ini termasuk kecil. Di luar terdapat teras kecil, masuk rumah tidak ada ruang tamu tetapi langsung tempat tidur yang sekaligus menjadi tempat keluarga, ruangan selanjutnya adalah dapur, kemudian tempat mencuci baju dan piring. Yang saya amati saya tidak melihat kamar mandi. Keadaan rumah para nelayan ini kumuh, apalagi di belakang rumah banyak terdapat sampah-sampah berserakan. Tanah yang ditinggali Pak Sukandar dan para nelayan lainnya bukan tanah miliknya sendiri melainkan milik pemerintah. Kata Pak Sukandar apabila salah satu partai yang menguasai daerah tersebut menang dalam pemilihan maka mereka para nelayan tidak akan diusur dari tanah tersebut. Dan selama ini Pak Sukandar belum pernah digusur dari tanah tersebut.
#1 oleh Vivin Asafirda pada 22 November 2015 - 4:20 am
kehidupan narasumber yaitu bapak sukandar yang telah di ulas diatas apakah sama dengan kehidupan Nelayan di daerah Bulu Jepara lainnya? 🙂
#2 oleh Afnada Saffanata pada 29 November 2015 - 4:36 am
berbeda karena nelayan di Bulu banyak macamnya