I. Latar Belakang
Lingkungan merupakan kesatuan dari komponen-komponen biotik maupun abiotik, dimana komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan memiliki peran masing-masing. Peran lingkungan sangat berpengaruh dalam kelangsungan kehidupan manusia yakni dalam memenuhi kebutuhan. Lingkungan tidak dapat berperan baik apabila salah satu komponen-komponennya tidak saling mendukung satu sama lain. Manusia yang merupakan salah satu komponen dalam lingkungan apabila tidak menjalankan perannya, yakni menjaga keadaan sekitar maka akan menyebabkan adanya masalah lingkungan. Contohnya ulah manusia yang menebang pohon sembarangan yang mengakibatkan gundulnya hutan. Hal tersebut memberi dampak terjadinya banjir dan tanah longsor yang banyak terjadi di beberapa daerah-daerah Indonesia.
Bencana alam tersebut terjadi juga di Rahtawu, Kabupaten Kudus. Hal ini terjadi dikarenakan ulah masyarakat yang menebang pohon sembarangan. Tanah longsor yang terjadi di Rahtawu, Kabupaten Kudus ini dapat mengancam keselamatan masyarakat apabila kerusakan hutan terus dibiarkan. Maka dari itu perlu kesadaran dari masyarakat sekitar. Masalah lingkungan tersebut ternyata berkaitan dengan kearifan lokal. Kearifan lokal ini berperan dalam menjaga lingkungan alam sekitar. Menurut Saini KM. kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya yang membe¬rikan kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu berada. Kearifan lokal dapat juga disebut jawa¬ban kreatif terhadap situasi geografis-geopolitis, historis, dan situasional yang bersifat lokal. Kearifan lokal bisa berupa tradisi-tradisi yang bertujuan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup serta pengolahan lingkungan. Dengan kearifan lokal dapat membentuk perilaku yang positif terhadap lingkungan.
II. Pembahasaa
Desa Colo, Kabupaten Kudus merupakan da¬erah yang terletak pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Di daerah ini terdapat banyak keindahan alam. Gunung Muria merupakan gunung yang ada di Colo yang memupunyai puncak bernama puncak songolikur. Selain gunung ada juga air terjun Montel dll. Di puncak gunung Muria ini terdapat makam Sunan Muria sehingga banyak warga luar Kudus yang berkunjung untuk ziarah. Mayarakat yang tinggal di sekitar gunung Muria bermata pencaharian sebagai buruh pabrik dan sebagian kecil bermata pencaharian sebagai petani. Namun kebanyakan juga masyarakat Colo yang bekerja sebagai tukang ojek untuk mengantar para pengunjung ke obyek wisata, dan pedagang di obyek wisata tersebut.
Gunung muria yang merupakan salah satu obyek wisata ini adalah kawasan penting yang menyangga keadaan lingkungan dan ekosistem di daerah Kudus. Kawasan yang berupa hutan ini terjaga dan diolah dengan baik sehingga keanekaragaman sumber daya alam dapat terpelihara. Namun sekarang ini karena adanya campur tangan manusia, keadaan kawasan Muria mulai tak terpelihara. Ulah masyarakat sekitar yang menebang pohon untuk kebutuhan pribadi mereka dan ketidakpedulian mereka terhadap alam memberi dampak, yakni terjadinya tanah longsor di daerah Rahtawu. Akibat tanah longsor tersebut keadaan lingkungan sekarang ini parah.
Kawasan hutan gunung Muria ini berusaha dipelihara dan dijaga dengan baik, karena kawasan ini mempunyai sumber daya alam yang masyarakat sekitar dapat memenuhi kebutuhannya serta mempercayai bahwa dapat dijadikan obat yang mempunyai khasiat-khasiat untuk meyembuhkan. Kearifan lokal ini berguna dalam memelihara dan mengolah sumber daya alam sekitar. Kearifan lokal masyarakat Kudus berupa kepercayaan-kepercayaan terhadap guna sumber daya hayati. Pertama, kepercayaan masayarakat terhadap tanaman pakis haji. Pakis merupakan tanaman khas di kawasan Muria. Pakis ini merupakan tanaman liar yang tumbuh di hutan Muria dan belum diolah oleh masyarakat Colo. Namun karena untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat Colo memanfaatkan dan mengolah pakis serta mengambil sekucupnya.
Pakis ini sering ditemukan sebagai salah satu bahan makanan seperti pecel, pakis yang digunakan sebagai bahan makanan ini adalah pakis urang yang sering ditemukan di lereng kawasan hutan lindung Muria. Guna pakis lainnya yaitu sebagai hiasan. Masyarakat desa Colo dapat membedakan mana pakis yang dibuat sayuran dan mana pakis yang dijadikan tanaman hias. Selain itu pakis juga dipercayai dapat mengusir tikus, biasanya diletakkan di sudut-sudut rumah sedangkan masyarakat Colo yang bermata pencaharian sebagai petani sering menggunakannya dan meletakkan kulit pakis haji disudut-sudut sawah. Di sepanjang tangga menuju makan Sunan Muria banyak pedagang yang berjualan beranekaragam barang. Di sepanjang tangga tersebut kita dapat menemukan pakis yang dibuat sebagai cinderamata yang dibuat berupa tongkat dan tasbih.
Fungsi dan manfaat pakis haji sangatlah banyak antara lain Bijinya dapat dimakan, diolah menjadi tepung. Daun yang paling muda dimakan sebagai sayur. Batangnya dapat meng¬hasilkan semacam sagu. Serta tapal dari biji dan pepagan dipakai untuk menyembuhkan pegal-pegal dan gangguan kulit. Getah Pohon pakis haji berkhasiat sebagai obat disent¬ri, rambut batangnya untuk mengobati luka baru dan daunnya untuk pembersih darah sehabis me¬lahirkan. Manfaat pakis haji bagi kesehatan sangat banyak. Dari buah, akar dan daun dapat digu¬nakan untuk kesehatan. Antara lain, buah pa¬kis dapat mengobati diabetes dan pendarahan menstruasi, daun pakis dapat mengobati bisul, radang kulit bernanh, atau luka bakar. Daun pakis mengandung vitamin C yang tinggi, yaitu sekitar 30mg per 100 g. hal ini bertujuan untuk pembentukan kolagen dan penyembuhan luka. Daun pakis juga dapat mengobati penyakit rema¬tik karena dalam komposisinya pakis memiliki kalsium dan fosfor yang sangat tinggi. Akar Pakis haji juga sangat berguna untuk penambatan nitrogen bebas dari udara sehingga membantu menyuburkan tanah.
Selain pakis haji, masih banyak tanaman yang dipercayai oleh masyarakat Colo seperti pring towo yang dipercayai sebagai obat untuk orang-orang yang terkena santet dan hal-hal ghaib lainnya. Tanaman lainnya ada parijoto yang dipercayai apabila sedang hamil dan makan parijoto makan anak laki-lakinya menjadi tampan dan anak perempuannya menjadi cantik. Yang dimaksudkan bukan hanya fisiknya, tapi juga perilakunya.
Masyarakat Colo tahu bahwa tanaman-tanaman tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi namun masyrakat Colo mengambil tanaman tersebut sesuai kebutuhan mereka. Demi menjaga kelestarian alam di kawasan Muria masyarakat Colo membentuk kelompok lokal di Desa Colo adalah PMPH (Perhimpunan Masyarakat Pelindung Hutan). PMPH merupakan lembaga berkepedulian un¬tuk menjaga hutan, tugasnya berpatroli keliling hutan. Peranan PMPH dalam menjaga lingkun¬gan hidup di kawasan Muria adalah membantu mengawasi dan menjaga kelestarian hutan yang ada di Kawasan Muria. Selain masyarakat, pemerintah juga melaksanakan perannya yaitu dengan menegakkan hukum Undang-undang tentang kearifan lokal dalam menjaga lingkungan.
Dengan demikian kearifan lokal sangat penting dan berhubungan dengan lingkungan alam. Adanya kearifan lokal di Colo yang berupa kepercayaan bahwa tanaman-tanaman khas yang ada di kawasan hutan gunung Muria mempunyai khasiat yang berguna, maka masyarakat tidak berani untuk mengolah dan mengambil sumber daya alam tersebut secara berlebihan. Sehinggan dengan adanya kearifan lokal ini memberi dampak yang positif karena dapat melestarikan dan menjaga kelestarian sumber daya alam di kawasan gunung Muria.
Kamis, 14 Agustus 2014
Keasrian Hutan Pegunungan Muria Harus Dijaga
Bupati Kudus H.Musthofa menghimbau kepada masyarakat disekitar Pegunungan Muria agar senantiasa menjaga dan melestarikan keberadaan hutan dari kerusakan. Kondisi hutan yang kini masih rimbun, diharapkan tidak berubah fungsi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Salahsatunya melalui penebangan hutan secara illegal.
Namun sebaliknya, tetap memelihara dan melakukan penanaman kembali atau reboisasi pada lahan yang sudah gundul. Jika hutan di Pegunungan Muria tetap pada fungsinya sebagai sumber mata air dan penyimpan air, maka hal itu dapat mencegah terjadinya bencana seperti banjir dan tanah longsor. Pernyataan itu dikemukakan Bupati Musthofa di sela-sela peninjauan keberadaan hutan di Pegunungan Muria Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kamis (13/8) kemarin.
Dalam peninjauan itu, Bupati Musthofa didampingi Asisten II Sekda Budi Rahmat, Kepala Bappeda Sujatmiko, Kepala Dishub Didik Sugiarto dan beberapa anggota Paguyuban Masyarakat Pelindung Hutan (PMPH) dan Paguyuban Pengembangan Desa Wisata Colo.
Bupati Musthofa juga sangat mengagumi keberadaan hutan di Pegunungan Muria yang masih rimbun. Karena itu, dirinya berharap utamanya kepada paguyuban PMPH untuk menjadi contoh masyarakat dan mengajaknya untuk terus melakukan upaya pelestarian hutan. Kepada anggota rombongan yang juga dihadiri perwakilan Djarum Foundation, ia juga menyampaikan bahwa kedepan Pegunungan Muria jangan sampai rusak.
Jika memang sudah ada titik yang terdeteksi mengalami kerusakan, kata Musthofa, segera ditindak lanjuti. Karena pihaknya sudah menggandeng Djarum dalam hal bantuan bibit tanaman. Banjir yang setiap tahun melanda kota Kudus tidak bisa dipungkiri akibat kiriman air dari Pegunungan Muria. Selain akan menata kawasan hutan, pihaknya juga akan melakukan pembenahan aliran sumber mata air yang ditengarai sudah tidak beraturan.
Hal itu sebagai salah satu penyebab berkurangnya air di air terjun monthel, seperti yang disampaikan ketua PMPH Sokib. Menurut Sokib, banyak sekali mata air yang ada di pegunungan setempat dengan debit yang sangat besar. Namun air yang ada banyak dialirkan ke pemukiman dengan sembarangan. Karena itu, pihaknya meminta kepada Pemkab Kudus agar menerapkan aturan yang tegas mengenai hal itu.
Terkait hal tersebut, Bupati Musthofa akan melakukan koordinasi dengan kabupaten lain yang juga juga berada di lereng Pegunungan Muria, seperti Jepara dan Pati. Dua kabupaten itu akan diajak bersama-sama menjaga dan menyelamatkan hutan di pegunungan setempat dari kerusakan.
https://www.patiekspres.co/2014/08/keasrian-hutan-pegunungan-muria-harus-dijaga/#sthash.Gou5tZgt.dpuf
III. Simpulan
Daerah kawasan hutan gunung Muria mempunyai banyak sumber daya alam yang berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Contohnya pakis haji, pring towo, dan parijoto. Tanaman tersebut mempunyai nilai jual yang tinggi namun masyarakat sekitar tidak mengambil dan mengolahnya secara berlebihan. Masyarakat mengambil dan mengolah sumber daya alam secukupnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Adanya kearifan lokal di masyarakat Colo berperan sangat penting dalam pelestarian lingkungan alam di kawasan hutan gunung Muria. Selain itu, masyarakat Colo juga membentuk kelompok lokal yaitu PMPH (Perhimpunan Masyarakat Pelindung Hutan). PMPH merupakan lembaga berkepedulian un¬tuk menjaga hutan, tugasnya berpatroli keliling hutan. Peranan PMPH dalam menjaga lingkun¬gan hidup di kawasan Muria adalah membantu mengawasi dan menjaga kelestarian hutan yang ada di Kawasan Muria.
IV. Daftar Pustaka
1. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess
2. https://referensigeography.blogspot.com/2013/05/jurnal-kearifan-lokal-dalam-menjaga.html
#1 oleh Vivin Asafirda pada 29 November 2015 - 3:56 am
blog teman yang di ikuti angkanya di urutin mbul biar ngga bingung
#2 oleh Afnada Saffanata pada 29 November 2015 - 4:33 am
oke makasih masukannya