Desa Ngadas berada di wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Ngadas terletak di ujung paling timur Kabupaten Malang dan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Lumajang. Untuk menuju desa Ngadas dari kota Malang yang berjarak sekitar 30 km dibutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan melewati jalanan yang sempit, menanjak dan berliku-liku. Anda bisa mengambil arah menuju Tumpang dan sekitar 1 jam kemudian akan sampai di desa ini. Desa Ngadas adalah satu-satunya desa yang didiami Suku Tengger yang berada di Malang. Dan bahasa daerah yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Jawa Tengger.
Desa Ngadas merupakan desa wisata yang ada di Bromo. Luas desa Ngadas mencapai 1700 m dari permukaan laut. Desa Ngadas berpenduduk 682 jiwa, 335 penduduk laki-laki dan 347 penduduk perempuan. Mayoritas penduduk desa Ngadas beragama Hindu dengan presentase 99% dan sisanya 1% beragama Islam. (Kepala Desa Sumartono). Daerah ini tergolong subur dan mayoritas penduduknya hidup dari kegiatan berkebun. Hampir sebagian besar penduduknya memiliki kebun yang cukup luas di lereng-lereng pegunungan. Mayoritas penduduk desa Ngadas bekerja sebagai petani kentang, kubis, brambang dan pedagang sayur. Selama 1 tahun penduduk suku Tengger desa Ngadas mengalami masa panen 2x musim hujan, karena air kurang mencukupi untuk bercocok tanam. Pada musim kemarau penduduk asli desa Ngadas memelihara sapi dan kambing. Makanan pokok penduduk desa Ngadas suku Tengger nasi aron, nasi aron sendiri terbuat dari jagung.
Dari desa Ngadas, sejauh mata memandang ke arah timur, wisatawan dapat melihat pemandangan deretan puncak-puncak Gunung Semeru yang selalu mengeluarkan asap dari puncaknya. Lereng-lereng perbukitan dan lembah yang hijau dengan pemandangan kebun sayur berbentuk terasering juga akan memanjakan mata kita. Karena terletak di kawasan teritorial Gunung Bromo, menjadikan desa ini relatif berkabut sepanjang hari. Panorama terbit dan tenggelamnya matahari di Pananjakan atau Bromo, serta keramahan warganya yang mayoritas suku Tengger menambah betah wisatawan tinggal di desa yang penuh pesona ini.
Pengunjung bisa mendapatkan penginapan jika ingin bermalam. Rumah penduduk banyak yang dijadikan homestay untuk wisatawan. Selanjutnya wisatawan dapat menikmati tracking Cemoro Lawang-Bromo yang jaraknya sekitar 3 km dan dapat ditempuh selama 1 jam. Wisatawan juga dapat berkeliling naik kuda dengan rute Cemoro-Lawang-Lereng Bromo dan melihat pemandangan Lava di Gunung Bromo. Perjalanan ke Ngadas sangat menarik, Anda akan terpuaskan dengan indahnya pemandangan pegunungan.
Suharmi (44), Homestay ramai apabila hari raya kasodok, tahun baru, hari minggu, dan hari besar lainnya. Homestay ramai adanya wisatawan lokal dan wisatawan Mancanegara yang sering datang seperti negara Hongkong dan Cina. Homestay bisa di tempati 8 – 12 orang. Suharmi menuturkan, “saya merasa senang dan bersyukur dengan adanya homestay yang ada di desa Ngadas semakin ramai dan jalan yang ada di desa Ngadas sudah di perbaiki dan di bangun”. Walaupun di desa Ngadas ramai dengan adanya wisatawan Suharmi tidak luntur dalam kebudayaan dan mempertahankan suku Tengger.
Selain homestay yang ada di desa ngadas sebagai wisata yang menikmati keindahan alam. Di desa Ngadas Jeep merupakan salah satu alat transportasi yang sering dipakai oleh wisatawan agar sampai ke tempat tujuan. Karena jalan yang banyak tanjakan dan belokan yang cukup sulit dilalui oleh kendaraan biasa. Jeep sendiri ada yang di sewakan dan ada juga yang tidak di sewakan. Sugeng (45), saya mempunyai jeep sendiri dan tidak di sewakan. Menurut beliau pendapatan sewa jeep Rp 150.000,00 – Rp 250.000,00 hari biasa, tetapi kalau hari libur atau hari besar lainnya pendapatan sewa jeep bisa mencapai Rp 500.000,00 ke atas. Paguyuban jeep itu sendiri setiap minggu selalu mengadakan gotong-royong. Apabila di desa ngadas memiliki jeep tentunya mendapat pungutan Rp 100.000,00, yang tidak memiliki jeep membayar pungutan Rp 50.000,00 – Rp 75.000,00.
Desa Ngadas satu-satunya desa yang didiami oleh suku Tengger. Suku Tengger sudah menempati kawasan tersebut sejak ratusan tahun lalu dan turut menjaga keseimbangan alam di sana. Keberadaan mereka dikenal masih memegang adat istiadat dan budaya meskipun tidak tertulis. Masyarakat Tengger sangat bergantung kepada alam sehingga setiap upacara adat yang dilakukan selalu untuk memberikan penghormatan dan persembahan kepada alam. Setiap tahun masyarakat Tengger selalu melaksanakan upacara keagamaan dan upacara adat sesuai dengan penanggalan Saka. Upacara tahunan yang dilaksanakan cukup beragam. Misalnya saja upacara Pujan, Kasada, Karo, Unan-Unan, Barikan, Mayu Dusun, dan Galungan. Sedangkan untuk ritual desa adat Karo, di antaranya Pujan Kliman, Pujan Kwolu, Pujan Kesanga, dan Pujan Kasodo. Pura Poten adalah pura umat Tengger yang beragama Hindu yang berada di dalam kawasan kompleks Kaldera Tengger. Letaknya yang strategis diantara Gunung Batok dan Gunung Bromo, membuat pemandangan Pura Poten itu sendiri menjadi sangat indah untuk dipandang. Setiap tahunnya warga Tengger Ngadas menyelenggarakan upacara Kasodo.
Khusus upacara Kasodo, masyarakat mengadakan kegiatannya di kawasan Gunung Bromo. Ritual lainnya dilakukan di dukun setempat atau rumah kepala desa. Karo adalah upacara yang dilaksanakan untuk menghormati seluruh leluhur yang ada di daerah Tengger. Salah satu upacara adat yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali yang dikenal dengan Unan-unan juga menyedot perhatian peneliti, wisatawan lokal maupun mancanegara, serta mahasiswa dan masyarakat umum untuk menyaksikannya acara “Budaya dan Religi” masyarakat Tengger tersebut. Selain upacara Kasodo ada juga Upacara Unan-unan yang bertujuan untuk memberikan sedekah kepada alam dan isinya. Termasuk kepada mereka yang menjaga tempat-tempat seperti sumber mata air, desa mereka, serta tanah pertanian. Upacara ini juga untuk mendoakan agar penduduk diberi keselamatan dan mendapat kemudahan rejeki.
Wilayah tengger mengadakan ritual desa selama 1 bulan di laksanakan di kepala desa. Contohnya hari Raya Nyepi pak Dukun tidak menyalakan api artinya tidak menyalakan listrik. Beberapa hari raya yang ada di suku Tengger antara lain hari raya Karo di Tengger, hari raya halungan bagi umat Hindu di adakan 6 bulan sekali. Hari raya Kuningan dilaksanakan di pura agung lautan pasir. Sugeng (45), watu balang untuk umat beragama Hindu yang bertujuan untuk membuang kesialan, dan watu dukun harus membawa makanan, buah-buahan, yang di doakan oleh dukun makanan dan buah-buahan tersebut sebagian untuk sesaji.
Daerah seperti pasuruan di tutup akses jalannya untuk memperingati hari Raya Nyepi. Selain hari Raya Nyepi ritual agama Hindu seperti Galungan, Kuningan. Kegiatan apa saja yang ada di suku Tengger terutama di desa Ngadas harus direstui oleh Kepala Desa. Apabila pak dukun sudah meninggal dunia, harus ada yang menggantikan beliau secara turun-temurun baik dari saudaranya sendiri maupun orang lain. Adat yang menonjol dari suku Tengger desa Ngadas adalah kekeluargaan dan gotong-royong yang sangat di junjung tinggi.
Desa Ngadas tidak hanya indah secara bentang alam, namun juga keunikan budaya dan keramahan masyarakatnya membuat setiap pengunjung ingin kembali mengunjungi Desa Ngadas. Uniknya, desa tersebut hanya didiami suku Tengger dan tidak ada warga yang berstatus sebagai pendatang.
Sudah rapi cop, temanya juga bagus 😀 Lanjutkan 🙂
sumber datanya sangat bagus sekali untuk refrensi yang ingin mengetahui bagaimana daerah Bromo
artikelnya bagus sof..
jadi pengen ke bromo lagi
mengingatkan saya saat berkunjung ke bromo kak
semangat menulis sof…
Saran untuk penulisan Tempat, diawali huruf capital ya, ex: Tengger, Pura Agung
terimakasih
ajakin aku ke bromo lagi kak :p
Bagusss….
bagus, tulisannya juga rapi
bagus tulisannya, jadi rekomended bgt buat piknik 🙂