sosiologi dan antropologi

universitas negeri semarang

Etnografi : Kuliah Kerja Lapangan Desa Ngadas Bromo Suku Tengger

Desa Ngadas berpenduduk 682 jiwa, 335 penduduk laki-laki dan 347 penduduk perempuan. Luas desa Ngadas mencapai 1700 m dari permukaan laut. Mayoritas penduduk desa Ngadas beragama hindu dengan presentase 99% dan sisanya 1% beragama Islam.

Makanan pokok penduduk desa Ngadas suku Tengger nasi aron, nasi aron sendiri terbuat dari jagung. Mayoritas penduduk desa ngadas petani kentang, kubis, brambang dan pedagang sayur. Selama 1 tahun penduduk suku tengger desa ngadas mengalami masa panen 2x musim hujan, karena air kurang mencukupi untuk bercocok tanam. Pada musim kemarau penduduk asli desa ngadas memelihara sapi dan kambing.

Menurut Bapak Sumartono sebagai Kepala Desa Ngadas. Penduduk desa Ngadas mayoritas berpendidikan hanya sampai Sekolah Dasar (SD), Berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)  > 120 Orang, Berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) 68 Orang dan Kelulusan Sarjana (S1) hanya 3 Orang. Pendapatan penduduk perkapita suku tengger desa ngadas Rp 2.000.000,00 perbulan.

Adapun pariwisata yang ada di Bromo yaitu laut Pasir Bromo yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Selain pariwisata di desa ngadas terbentuk paguyuban jeep, ojek, supir yang sudah di tata rapi, yang di koordinir masing-masing desa. Agar menjadi lancar, tertib dan nyaman. Serta menjaga kekompakkan dan kesopanan. Di desa ngadas di adakan musyawarah 1 minggu sekali, bahakan 1 bulan sekali. Agar penduduknya terjalin silaturahmi yang bagus.

Wilayah tengger mengadakan ritual desa selama 1 bulan di laksanakan di kepala desa. Contohnya hari raya nyepi pak dukun tidak menyalakan api artinya tidak menyalakan listrik. Beberapa hari raya yang ada di suku tengger  antara lain hari raya karo di tengger,  hari raya halungan bagi umat hindu di adakan 6 bulan sekali. Hari raya kuningan dilaksanakan di pura agung lautan pasir.

Kegiatan apa saja yang ada di suku tengger terutama di desa ngadas harus direstui oleh kepala desa. Apabila pak dukun sudah meninggal dunia, harus ada yang menggantikan beliau secara turun-temurun baik dari saudaranya sendiri maupun orang lain.  Adat yang menonjol dari suku tengger desa ngadas adalah kekeluargaan dan gotong-royong yang sangat di junjung tinggi.

Observasi hari pertama, 1 April 2014

Ibu Suharmi berusia 44 Tahun. Beliau penduduk asli Suku Tengger Desa Ngadas. Kegiatan sehari-hari ibu Suharmi adalah petani. Ada beberapa jenis petani yang ada di desa ngadas yaitu petani kentang, kubis, bawang dll. Bu Suharmi ini mempunyai home stay. Menurut beliau home stay ramai apabila hari raya kasodok, tahun baru, hari minggu, dan hari besar lainnya. Home stay ramai adanya wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara yang sering datang seperti Negara Hongkong dan Cina. Home stay bisa di tempati 8 – 12 orang. Wisatawan ingin melihat gunung bromo,  padang pasir safana, pasir berbisik. Bu Suharmi merasa senang dan bersyukur dengan adanya home stay yang ada di desa ngadas tersebut. Dengan adanya Home Stay desa ngadas semakin ramai dan jalan yang ada di desa ngadas sudah di perbaiki dan di bangun. Beliau berharap desa ngadas di nobatkan sebagai desa pariwisata dan sarana prasarana semakin bagus. Walaupun di desa ngadas ramai dengan adanya wisatawan Ibu Suharmi tidak luntur dalam kebudayaan dan mempertahankan suku tengger.

Ibu Karmiasih berusia 40 Tahun. Tinggal dengan satu orang anak perempuan dan mempunyai satu cucu laki-laki. Beliau penduduk asli suku tengger desa ngadas. Kegiatan sehari-hari ibu karmiasih mencari rumput. Menurut beliau penduduk asli desa ngadas bermata pencaharian petani, selain petani ada juga yang bermata pencaharian ojek, menyewakan jeep, supir jeep, menjadi pemandu wisata dll. Ibu karmiasih senang dengan adanya home stay yang ada di desa ngadas. Karena desa ngadas semakin ramai. Banyak wisatawan yang berkunjung di desa ngadas seperti wisatawan dari Surabaya, Jakarta dll. Wisatawan yang paling ramai saat liburan semester, tahun baru, natal dll. Pariwisata yang ada di desa ngadas yaitu wisata safana, watu dukun, pura dan watu balang. Watu dukun tempat untuk berdoa agar mendapat pangkat yang lebih tinggi. Di lakukan hanya dari suku tengger saja. Letak watu dukun di sebelah pura.

Observasi hari kedua, 2 April 2014

Bapak Sugeng berusia 45 Tahun. Bapak sugeng mempunyai jeep pribadi sendiri. Menurut beliau pendapatan sewa jeep Rp 150.000,00 – Rp 250.000,00 hari biasa, tetapi kalau hari libur atau hari besar lainnya pendapatan sewa jeep bisa mencapai Rp 500.000,00 ke atas. Di desa ngadas sendiri ada paguyuban jeep. Paguyuban jeep itu sendiri setiap minggu selalu mengadakan gotong-royong. Apabila di desa ngadas memiliki jeep tentunya mendapat pungutan Rp 100.000,00, yang tidak memiliki jeep membayar pungutan Rp 50.000,00 – Rp 75.000,00.

Menurut Bapak Sugeng selain payuguban jeep, desa ngadas memiliki wisata yang potensial seperti petik stawberry. Petik stawberry ini milik pak kades yang mendapat bantuan dari pemerintah. Selain petik stawberry ada sunrise di pananjakan, gunung bromo, padang safana, watu balang untuk umat beragama hindu yang bertujuan untuk membuang kesialan, dan watu dukun harus membawa makanan, buah-buahan, yang di doakan oleh dukun makanan dan buah-buahan tersebut sebagian untuk sesaji.

Selain wisata yang ada di desa ngadas home stay menjadi tempat yang favorit. Beliau senang dengan adanya home stay di desa ngadas, karena semakin ramai. Home stay ramai dengan adanya wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Wisatawan di sambut dengan ramah dari pemilik home stay tersebut. Banyak wisatawan yang berkunjung di desa ngadas seperti hari libur  bisa mencapai 100 orang bahkan lebih, sedangkan di hari biasa hanya 100 orang. Wisatawan lokal dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta dan wisatawan mancanegara seperti Australia. Wisatawan lokal maupun mancanegara sangat ramah. Wisatawan lokal paling lama 1 hari 1 malam di home stay. Wisatawan yang datang ke desa ngadas ingin mengetahui adat istiadat masyarakatnya. Seperti hari raya nyepi masyarakat yang ada di desa ngadas nyepi di pura selama 24 jam. Tidak hanya di pura, di rumahpun masyarakat desa ngadas harus memadamkan listrik dari pukul 18.00 – 06.00 wib. Daerah seperti pasuruan di tutup akses jalannya untuk memperingati hari raya nyepi. Selain hari raya nyepi ritual agama hindu seperti galungan, kuningan dll.

posted by Sofiyatin in antropologi and have Comments (9)

9 Responses to “Etnografi : Kuliah Kerja Lapangan Desa Ngadas Bromo Suku Tengger”

  1. anisa aulia azmi berkata:

    dalam penulisan judul, diharapkan tidak menggunakan judul mata kuliah, :maafaganwati

  2. ignasia intan berkata:

    Sofi, artikel yg ini dibuar rata kiri kanan ya sama seperti artikel yang lainnya, makasih 🙂

  3. PUTRI AYU berkata:

    thanks berbagi pengalamannya kak…hoho.. lanjutkan…

  4. Anis Istiqomah berkata:

    bagus sof,,,
    semangat menulis

Place your comment

Please fill your data and comment below.
Name
Email
Website
Your comment