Museum Tsunami

Tsunami yang pernah menerjang Aceh pada tahun 2004 menyisakan duka bagi warga Aceh yang selamat. Untuk mengenang sekaligus menghormati korban meninggal, dibangunlah sebuah Museum Tsunami di Jalan Sultan Iskandar Muda di tahun 2009.

https://gloriousaceh.files.wordpress.com/2011/09/musium_tsunami_aceh.jpg

via : https://gloriousaceh.files.wordpress.com

Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi — untuk menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius Dari atas, atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami.

Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan di dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat dari bencana ini.

Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi korban tewas, museum ini juga berguna sebagai tempat perlindungan dari bencana semacam ini pada masa depan, termasuk “bukit pengungsian” bagi pengunjung jika tsunami terjadi lagi

Di dalam museum, terdapat lorong panjang dengan suara gemuruh ombak dan kucuran air yang akan mengingatkan Anda pada bencana besar tersebut. Tempat wisata di Aceh ini banyak dikunjungi wisatawan yang ingin melihat apa saja yang tersisa dari gelombang tsunami. Banyak benda-benda sisa bencana yang dipajang seperti sepeda milik korban. Selain benda sisa tsunami, ada foto korban meninggal dan cerita kesaksian korban selamat juga alat simulasi elektronik gempa bumi.

Museum ini dibangun sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan jika tsunami datang kembali. Museum buka setiap hari kecuali hari Jumat mulai 10:00 sampai 17:00.

Di kelompok Candi Arjuna terdapat empat candi utama dan satu candi pendamping

Menyelisik Kompleks Candi Tertua di JawaDari kanan ke kiri: Candi Semar, Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembadra. Kelompok Candi Arjuna ini terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

Dataran tinggi Dieng identik dengan suhu yang dingin, panorama yang indah, aneka kuliner yang menggoda. Satu lagi, Dieng adalah gunungnya para dewa.

Menurut sejarahnya, Dieng berasal dari kata “Di” yang berarti gunung dan “Hyang” yang berarti dewa. Kedua kata tersebut yang membentuk Dieng, dengan arti gunung dimana para dewa bersemayam. Candi-candi Hindu beraliran Syiwa yang ditemukan di Dieng memperkuat cerita tersebut.

Menurut data Perpustakaan Nasional, candi-candi Dieng pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris pada tahun 1814. Sekumpulan candi itu berada dalam kondisi terendam genangan air telaga. 40 tahun kemudian, Van Kinsbergen memimpin pengeringan telaga dimana candi-candi ini berada. Proses pembersihan diteruskan pada 1864, dan selanjutnya dilakukan pencatatan dan pemotretan oleh Can Kinsbergen.

Salah satu yang paling terkenal dan menarik perhatian wisatawan lokal maupun asing adalah kompleks Candi Arjuna. Terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, kompleks Candi Arjuna memiliki luas sekitar 1 hektare.

Di kelompok Candi Arjuna terdapat empat candi utama dan satu candi pendamping. Empat candi utama itu adalah Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Keempatnya berjajar dari utara ke selatan. Satu candi pendamping bernama Candi Semar berada di sebelah barat Candi Arjuna.

Sebagian besar arca dari kompleks candi ini disimpan di Museum Kailasa yang terletak di Selatan komplek candi. Sementara, sebagian yang lain sudah hilang.

1. Candi Arjuna

Memiliki luas sekitar 4m2, tubuh candi berdiri di atas batur setinggi satu meter. Pintu masuk berada di bagian barat, dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar dari tubuh candi dan Kalamakara di bagian atas pintu.

Candi ini diperkirakan merupakan candi tertua di Jawa. Candi Arjuna juga merupakan satu-satunya candi dalam kelompok ini yang memiliki candi pendamping atau candi sarana, yaitu Candi Semar yang terletak menghadap Candi Arjuna.

2. Candi Semar

Seperti yang tertulis di atas, Candi Semar adalah candi pendamping Candi Arjuna. Konon, bangunan ini digunakan sebagai gudang menyimpang senjata dan perlengkapan pemujaan. Berdiri di atas batur setinggi 50 meter, dinding candi ini dihiasi lubang ventilasi. Atap candi berbentuk limasan, namun puncak atapnya sudah hilang.

3. Candi Srikandi

Tidak seperti tiga candi utama lain yang dibangun untuk menyembah Dewa Syiwa, Candi Srikandi dibangun untuk menyembah Trimurti (tiga dewa), Syiwa, Brahma dan Wisnu. Hal tersebut ditunjukkan dari pahatan yang menggambarkan Wisnu di dinding utara, Syiwa di dinding timur dan Brahma di dinding selatan. Sayangnya, atap candi ini sudah rusak, sehingga tidak terlihat bentuk aslinya.

4. Candi Puntadewa

Batur yang menjadi alas candi ini cukup tinggi, 2,5 meter. Membuat candi ini tampak paling tinggi di antara candi-candi lain di kelompok ini. Selain bentuknya yang mirip dengan candi Sembadra, atap bangunan ini juga sudah hancur. Bahkan kini Candi Puntadewa “dihiasi” instalasi kayu untuk menopang tubuh candi.

5. Candi Sembadra

Tubuh candi berdiri di atas batur setinggi 50 meter. Bentuk candi ini seperti bangunan tingkat dua jika dilihat sepintas. Lagi-lagi, puncak atap candi ini juga sudah hancur.

Source : https://nationalgeographic.co.id/berita/2015/08/menyelisik-kompleks-candi-tertua-di-jawa