Batu kursi raja silalagan (Huta Silalagan) samosir

Samosir memiliki cukup banyak tempat bersejarah yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu yang sempat kudatangi adalah Huta Siallagan  dengan Batu Kursi Persidangan yang ada di Kampung Ambarita.

Huta Siallagan

Huta kampung adalah sebuah kelompok rumah yang berdiri di ebuah kawasan yang dihuni oleh beberapa keluarga yang terikat dalam satu kerabat. Huta ini dibangun sebagai identitas yang akan menjelaskan asal usul kekerabatannya, maka selanjutnya huta akan dinamai sebagai huta marga. Begitu pula halnya dengan marga Siallagan (turunan Raja Naiambaton garis keturunan dari Raja Isumbaon anak ke-2 Raja Batak). Mereka membangun sebuah huta/perkampungan yang dinamakan Huta Siallagan dan dipimpin oleh Raja Siallagan.

https://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/03/7b/35/b9/lake-toba.jpgPembangunan huta Siallagan dilakukan secara gotong royong atas prakarsa raja huta yang pertama yakni Raja Laga Siallagan. Huta kemudian diwariskan kepada keturunannya, Raja Hendrik Siallagan dan seterusnya kepada keturunan Raja Ompu Batu Ginjang Siallagan. Kampung Siallagan dikelilingi oleh batu-batu besar disusun bertingkat menyerupai benteng dengan tanaman bambu di atasnya. Bagi orang Batak, bambu memiliki banyak fungsi seperti halnya suku bangsa Indonesia yang lain.

Huta Siallagan persisnya berada di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Pulau Samosir, Kabupaten Samosir. Kalau Anda masuk Samosir melalui Tuktuk, jaraknya sekitar 3 km dari dermaga atau 5 km dari dermaga Tomok. Luas Huta Siallagan diperkirakan 2.400 m2. Huta ini dikelilingi dengan tembok batu alam berketinggian 1,5–2 meter yang disusun dengan rapi. Pada masa lampau tembok dengan tanaman bambu ini berfungsi untuk menjaga huta dari gangguan binatang buas maupun penjahat. Sedangkan pada pintu masuk terdapat patung batu besar yang diyakini sebagai penjaga dan mengusir roh jahat yang ingin masuk kedalam huta. Patung ini disebut Pangulubalang.

Rumah Adat Batak

Begitu memasuki gerbang huta, kita langsung dihadapkan pada sederet rumah adat Batak. Rumah-rumah itu beratap kerucut dengan ujung bagian belakang lebih tinggi menjulang ke atas daripada ujung bagian depan. Jumlah rumah ada 8. Pada masa lalu rumah-rumah ini dihuni oleh satu sampai empat keluarga (suami isteri dan anak). Saat ini hanya satu rumah yang dihuni, yakni rumah sang raja. Rumah-rumah adat di Huta Siallagan ini sempat mengalami kebakaran. Bentuk asli rumah diperkirakan berumur ratusan tahun. Namun seiring perkembangan jaman, ada penyesuaian bahan bangunan pada proses perbaikannya, misalnya dinding, tiang dan atap telah diganti atau diperbaharui. Rumah adat asli menggunakan bahan bangunan baik dinding maupun lantai dari kayu tanpa paku dan atapnya bahan ijuk.

Bangunan rumah adat Batak berdiri diatas tiang-tiang kokoh dengan ruangan bawah yang dibiarkan terbuka. Ruang bawah ini disebut “bara” dan biasanya digunakan untuk kandang hewan piaraan. Bara ini dikelilingi oleh tiang-tiang penyangga rumah yang satu sama lain dihubungkan dengan “ransang” yakni papan kayu tanpa paku.

Pada bagian depan rumah adat Batak dihiasi ukiran khas Batak (disebut Gorga) yang terdiri dari 3 warna (putih, merah dan hitam) yang memiliki makna tersendiri. Selain itu terdapat pula berbagai ornamen benda-benda khas antara lain seperti ornamen yang dinamakan Gaja Dompak, Singa-singa, Pane Nabolon dan Dila Paung. Konon ornamen ini diyakini berfungsi untuk menangkal roh jahat yang mau masuk kedalam rumah tersebut dan menjaga penghuni rumah dari gangguan ilmu gaib atau yang menimbulkan hal buruk terhadap masyarakat di Huta Siallagan.

Untuk masuk ke dalam rumah adat Batak kita harus melalui tangga yang ditempatkan pada bagian tengah. Tangganya pendek san sempit. Jadi hati-hati, kalau tidak Anda bisa kejeduk 🙂 Struktur itu memang sengaja dibuat demikian untuk mengingatkan bahwa sebagai tamu kita harus sopan, santun, dan hormat mendatangi pemilik rumah. Tangga ini biasanya terdiri dari 3, 5 atau 7 anak tangga (dahulu, hitungan ganjil bagi rumah orang yang dihormati atau rumah Raja, sedang hitungan genap untuk rumah pembantu atau orang yang miskin).

Begitu masuk kita langsung berada dalam ruangan tanpa sekat. Di ruangan terbuka Anda bisa jumpai berbagai peralatan rumah tangga sehari-hari seperti :
– Tataring (tungku) dan hudon tano (periuk tanah) ditempatkan ditengah ruangan sebagai tempat memasak makanan dan minuman bagi penghuni rumah atau tamu.
– Hassung (terbuat dari bambu yang panjang dan besar) digunakan untuk menampung dan mengangkat air dari mata air.
– Sapa (piring besar) tersebut dari kayu sebagai tempat makanan dihindangkan bagi seluruh anggota keluarga.
– Solub (terbuat dari bambu) sebagai tempat menyimpan makanan yang sudah dimasak, atau juga menjadi alat takaran beras.
– Peralatan dapur lainnya biasanya terdiri dari kayu dan batu seperti sendok nasi, lesung kecil dan tatakan.

Selain benda-benda tersebut, terdapat sebuah benda berbentuk empat persegi (seperti tampi) yang dibuat tergantung dibagian belakang atas ruangan, dahulu berfungsi sebagai tempat sesajen/ persembahan memohon berkat dan perlindungan dari roh nenek moyang dan Yang Maha Kuasa (di masa lalu orang-orang yang tinggal di Huta Siallagan termasuk Raja Siallagan menganut agama asli Batak yaitu agama Parmalim).

Bagian atas tidak mempunyai plafon, hanya pada bagian depan dan belakang atas terdapat ruangan yang disebut “Parapara”. Parapara di bagian depan digunakan untuk menyimpan benda-benda adat atau alat musik tradisional. Selain itu juga digunakan sebagai tempat yang aman untuk mengintip kondisi yang terjadi diluar rumah dalam huta. Parapara bagian belakang dipakai untuk menyimpan peralatan dapur dan bahan makanan persediaan.

Source :

https://www.gosumatra.com

https://www.initempatwisata.com

https://lifeblogid.com

https://www.jalanjalanyuk.com

https://www.tempatwisataid.com

Pantan Terong Takengon

Pantan Terong Takengon – jika kalian mngunjungi bukit yang terletak di puncak bukit Dataran Tinggi Gayo Takengon Kabupaten Aceh Tengah ini,kalian akan disuguhkan pemandangan yang menakjubkan,Di tempat ini akan terlihat ibu kota Takengon dan Danau Laut Tawar secara keseluruhan, lapangan Pacuan Kuda Belang Bebangka di Kecamatan Pegasing, bandara udara Rembele dari atas, dengan diapit serta dikelilingi punggung gunung bukit barisan yang elok.Continue reading