Manusia dan Kebudayaan

Review Bab II mengenai  Manusia dan Kebudayaan

2.1 Keanekaragaman Makhluk Manusia dan Kebudayaan

            Beberapa pandangan mengenai kebudayaan seperti yang dikemukakan ahli Biologi Charles Darwin. Pertama, pada dasarnya manusia diciptakan memang berbeda-beda dan menganggap orang Eropa yang berkulit putih merupakan makhluk yang paling baik. Yang kedua yaitu meyakini bahwa manusia diciptakan hanya sekali saja. Akan tetapi jika masa kini terdapat perbedaan, lebih disebabkan oleh tingkat kemajuan mereka yang berbeda. Pada abad XVI sampai XVIII di Eropa mengalami zaman pencerahan. Berbagai bidang kajian banyak dilakukan, beraneka macam kajian anatomi komparatif yang dilakukan lebih ditekankan atas dasar keanekaragaman ciri-ciri fisik manusia. Beraneka ragam gejala perilaku manusia nabusia dalam kehidupan bermasyarakat, dianalisis secara induktif dengan mencari unsur-unsur persamaan yang ada. Keanekaragaman lebih disebabkan oleh akibat dari sejarah mereka masing-masing. Juga karena pengaruh lingkungan alam dan struktur internnya.

            Suatu perubahan kebudayaan dapat berasal dari para pendukungnya, dan kemungkinan pula berasal dari luar lingkungan pendukung kebudayaan tersebut. Seorang ahli sejarah V. Gordon Childe berpendapat bahwa ada tiga revolusi penting dalam sejarah perkembangan kebudayaan manusia. Pertama, terjadi tatkala manusia mulai mengenal sistem bercocok tanam. Kedua, perkembangannya semakin pesat, pada abad XVII terjadi revolusi industri yang dianggap Gordon sebagai kebudayaan yang ketiga.

            Manusia dan kebudayaan adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,. Kebudayaan berlangsung secara turun-temurun yang terus berlangsung sampai saat ini. Kebudayaan mengalami perubahan, penambahan, pengurangan.

2.2 Konsep Kebudayaan

            Dalam Antropologi, menekankan bahwa berbagai cara manusia yang tercermin dalam pola-pola tindakan dan kelakuan. Dalam suatu studi mengenai perubahan kebudayaan, seringkali struktur sosial dianggap sebagai bagian yang statis, sedangkan bagian yang dinamis yaitu berbentuk interaksi sosial. Kebudayaan manusia tidak hanya melihat himpunan unsur-unsur yang satu dengan yang lainnnya terlepas, tetapi lebih dipandang sebagai suatu kompleks jaringan yang memiliki arti, watak dan jiwa.

            Roger M. Keesingdan Goodenough mengatakan bahwa dalam konteks definisi serta penggunaannya seringkali masil kabbur, misalnya saja dalam membedakan pola untuk perilaku dan pola dari perilaku. Kebudayaan sebagai pola untuk perilaku mengacu pada pola kehidupan suatu masyarakat, yaitu berupa bentuk berbagai kegiatan atau bentuk-bentuk pengaturan sosial dan material.

            Dalam sistem pemaknaan mempunyai dua aspek, yaitu kognitif dan aspek evaluatif. Aspek kognitif menentukan orientasi sekelompok orang terhadap tempat hidupnya. Semntara itu kebudayaan juga merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai dengan alam sekitarnya dan keperluan suatu komunitas.

  1. 3 Ekologi dan Homeostatis

            Suatu organisme dimuka bumi memerlukan sarana biologis. Apanila mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, maka makhluk tadi tidak dapat bertahan hidup. Kebudayaan sebagai sistem budaya merupakan seperangkat gagasan-gagasan yang memebentuk tingkah laku seseorang atau kelompok dalam suatu ekosistem.

            Proses adapatasi telah menghasilkan keseimbangan yang dinamis, karena manusia sebagai bagian .dari salah satu organisme hidup dalam suatu lingkungan fisik tertentu. Dalam tulisan Geertz tentang Mojokuto, menekankan bahwa akan pentingnya pembedaan kultur dengan struktur sosial. Dalam tulisannya tersebut Geertz mengatakan bahwa pemukiman desa yang padat, pertanian sawah yang intensif, struktur sosial yang agak lemah dan perubahan pandangan kultural yang meluas. Kemudian terjadilah hubungan timbal balik antara struktur sosial yang berdasarkan hubungan sosial yang nhyta dan sistem budaya yang berdasarkan sistem gagasan.

2.4 Ekologi Budaya

            Banyak kalangan ahli antroplogi berpendapat bahwa tidak selalu alam sekitar memepengaruhi suatu kebudayaan. Pendekatan Ekologi dilakukan oleh Julian H. Steward. Ia memakai istilah Cultural Ecology, yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana manusia sebagai makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan lingkungan geografi tertentu. Menurutnya ada bagian inti dari sistem budaya yang sangat responsif terhadap adaptasi ekologis.

            Lebih lanjut Steward juga berpendapat bahwa hubungan antara kebudayaan dengan alam sekitarnya juga dapat dijelaskan melalui aspek-aspek tertentu dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu, kajian yang dilakukan Steward lebih menekankan hubungan kebudayaan dengan alam lingkungan dengan memebrikan pula gambaran akan adanya perbedaan kebudayaan suatu kelompok.

  1. Geertz berpendpat bahwa analisis ekologis hanya relevan pada aspek inti kebudayaan. Melalui inti kebudayaan, analisis ekologi akan mampu menunjukan konstelasi unsur-unsur yang paling erat kaitannya dengan penyelenggaraan atau pengaturan kehidupan dan penyusunan ekonomi. Oleh karenanya, yang emnjadi pusat perhatian Ekologi Budaya lebih berdasarkan pengalaman empirik, terutama yang paling erat hubungannya dengan pemanfaatan lingkungan.

2.5 Determinisme Lingkungan dan Posibilisme

            Ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan fungsional antara organisme dengan lingkungan hidupnya. Dalam konteks Anropologi sekarang ini, dimasa lalu, studi tentang kebudayaan selalu ditekankan akan adanya keterkaitan perilaku manusia dengan lingkungannya. Atau environmental determinism. Dalam perkembangannya, muncul pemikiran yang berlawanan. Kaum posibilism berpendapat bahwa pada hakikatnya perilaku dalam suatu kebudayaan dipilih secara selektif.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: