ALIRAN PROGRESIVSME

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Damsar : 2012). Pengajaran dan pelatihan pada masa itu lebih berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif. Guru mengajar atau mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan masing-masing. Murid kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam buku catatan dan kemudian dihadapkan kepada teks buku mereka.

Metode pembelajaran yang digunakan pada masa itu adalah metode pembelajaran tradisional. Dalam metode pembelajaran tradisional, otoritas guru sangat jelas terlihat. Selain itu, dalam metode pembelajaran tradisional juga mengutamakan pembelajaran model ingatan. Sehingga metode pembelajara tradisional dianggap kurang sesuai dengan tujuan pendidikan, khususnya di Indonesia.

Oleh karena itu, untuk memperbaiki metode pembelajaran muncullah sebuah aliran pendidikan baru yaitu aliran progresivisme. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai aliran progresivisme.

  • Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

  1. Apa yang dimaksud dengan aliran progresivisme?
  2. Siapa tokoh-tokoh dalam aliran progresivisme?
  3. Bagaimana aplikasi progresivisme dalam pendidikan?
  • Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

  1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan aliran progresivisme.
  2. Untuk mengetahui tokoh-tokohdalam aliran progresivisme.
  3. Untuk mengetahui aplikasi progresivisme dalam pendidikan.

 

PEMBAHASAN

  1. ALIRAN PROGRESIVISME
  2. Latar Belakang Munculnya Aliran Progresivisme

Pendidikan dalam aliran Progressivisme ini muncul adalah sebagai oposisi atas pendidikan model tradisional di Amerika Serikat, sekitar tahun 1800-an. Kebangkitan ini dipicu oleh adanya anggapan dari masyarakat terutama para pendidik bahwa sekolah gagal untuk menjaga langkah dari zaman dengan perobahan hidup yang terjadi dalam masyarakat Amerika itu sendiri. “It grew from the belief that school had failed to keep pace with rapid changes in American life”.(Whitney, 1964: 716). Perkembangan zaman yang ditopang oleh kemajuan ilmu dan teknologi dalam tatanan masyarakat membutuhkan kemajuan dalam pendidikan itu pula. Untuk menjawab persoalan inilah yang menjadi dasar pemikiran dari pendidikan model filsafat progressivisme ini. Adapun para tokoh pada tahun 1800-an  yang memunculkan aliran filsafat pendidikan ini adalah Horace Mann, Francis Parker dan G Stanley Hal. Dan pada thun 1900-an adalah John Dewey dan William H Kilpatrick. Para pendidik Progressivisme ini mecoba untuk mereformasi metode pendidikan di sekolah dasar. Sebagaimana sekolah tradisional biasanya menekankan pelajaran terhadap subjek tertentu, membaca, menulis, aritmetika, geografi, sejarah dan tata bahasa. Guru mengajar atau mendiktekan pelajaran tersebut kemudian pelajar menuliskannya pada buku catatan masing-masing. Murid kemudian mempelajari inti pokok dari apa yang ada dalam buku catatan dan kemudian diperhadapkan kepada teks buku mereka. Guru menjalankan tugasnya sepanjang pelajaran berlangsung kecuali pada saat para murid diperintahkan untuk menghafalkan bahan pelajaran. Dan para murid duduk pada jajaran meja tulis dan mereka tidak boleh berbicara kecuali dengan ijin dari guru (Whitney, 1964: 716). Dengan demikian dapat digambarkan bahwa pendidikan tradisional saat itu sangat menekankan: Otoritas penuh dari guru pengajar, menekankan metode instruksi pada buku teks, pengajaran yang pasif melalui ingatan atas data yang dipelajari, pendidikan terisolasi dari realitas social, dan hukuman badan sebagai sebuah bentuk untuk menegakkan displin.(Ornstein dan Levine, 1985: 203).

Dengan kata lain, bahwa sistem pendidikan yang ditekankan  adalah displin yang kuat dan tegas serta pemberian hukuman diupayakan untuk membangun tata tertib proses belajar mengajar.

  1. Pengertian Progresivisme

Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Aliran atau teori pendidikan progresivisme adalah teori pendidikan yang memfokuskan pentingnya pendidikan sebagai sarana “kemajuan” atau liberasi peserta didik. (Wikandaru:2012) Reno Wikandaru; hal 147. Kemajuan atau progres tersebut  berarti bahwa pendidikan tidak sekedar dengan memberikan sekumpulan pengetahuan akademik kepada pesertia didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas atau ketrampilan yang mengarah pada pelatihan kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berfikir secara sistematis seperti memberikan analisis, pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang dihadapi.

Progresivisme berfokus pada mendidik siswa dengan cara yang membuat mereka menjadi orang dewasa yang produktif fungsi cekatan dalam dunia yang senantiasa berubah. Progresivisme sebagai aliran pendidikan ditopang oleh filsafat sosial John Dewey, yang menghendaki implementasi sosial dalam dunia pendidikan. Gerakan pendidikan progresivisme di satu pihak hadir sebagai protes, dan di pihak lain sebagai visi atau pandangan. Pada awalnya, aliran ini hadir sebagai protes terhadap pendidikan yang bersifat otoriter, resimentasi pemikiran, standarisasi metode pendidikan yang ditetapkan oleh psikologi pendidikan (metode latihan dan disiplin formal). Semulanya, pendidikan progresivisme melaksanakan pendidikan yang berpusat pada anak dalam kehidupan riil. Mereka menganjurkan prosedur pendidikan yang berdasarkan dorongan tumbuh kodrati dari dalam, perkembangan pribadi secara merdeka, dan minat spontan anak.

Henderson (1959:121) mengemukakan bahwa pendidikan progresivisme dilandasi oleh filsafat naturalisme romantika dari Rousseau, dan pragmatisme dari John Dewey.  Dasar dari Rousseau yang melandasi progresivisme adalah pandangan tentang hakikat manusia, sedangkan dari pragmatisme Dewey adalah pandangan tentang minat dan kebebasan dalam teori pengetahuan. Secara lebih detil mengenai aliran pemikiran filsafat pendidikan progresivisme akan dibahas dalam bagian-bagian berikut ini.

Progresivisme juga merupakan pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat:

  1. Fleksibel ( Tidak kaku, tidak menolak perubahan,dan tidak terikat oleh dokrin tertentu )
  2. Curious ( Ingin mengetahui, ingin menyelidiki )
  3. Toleran dan open-minded ( Mempunyai hati terbuka )

Aliran progresivisme memiliki sifat-sifat umum yaitu:

  1. Sifat Negatif

Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa, progresivisme menolak otoritarisme dan absolutisms dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat dalam agama, politik, etika dan epistemologi.

  1. Sifat Positif

Positif dalam arti, bahwa progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia sejak ia lahir – man’s natural powers. Terutama yang dimaksud adalah kekuatan kekuatan manusia untuk terus-menerus melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul dan kegawatan-kegawatan yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.

Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup meresapi rahasia¬rahasia alam, sanggup menguasai alam. Namur disamping keyakinan-keyakinan tersebut ada juga kesangian dimana apakah manusia itu sendiri mampu belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan itu, tetapi meskipun demikian progresivisme tetap bersikap optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

  1. Prinsip Dasar

Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar pada masa mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan startegi-strategi pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tentengan-tantangan baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat ini.

Pandangan-pandangan progresivisme dianggap sebagai the liberal road to culture. Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan bersikap terbuka. Liberal dalam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga selalu bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan pengalaman. Liberal dalam arti menghormati martabat manusia sebagai subjek di dalam hidupnya dan dalam arti demokrasi, yang memberi kemungkinan dan prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada padanya.

Progresivisme sebagai aliran filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan sebagai (1) negative and diagnostic yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam segala bentuk; (2) positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki potensi-potensi alamiah, terutama kekuatanself-regenerative untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidupnya.

  1. Pandangan Progresivisme

Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progresivisme didasarkan pada enam asumsi, yaitu:

  1. Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat-minat siswa bukannya dari disiplin-disiplin akademik.
  2. Pengajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara menyeluruh dan minat-minat serta kebutuhan-kebutuhannya dalam hubungannya dengan bidang-bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.
  3. Pembelajaran pada pokoknya aktif bukannya pasif. Pengajaran/ guru yang efektif memberi siswa pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka belajar dengan melakukan kegiatan.
  4. Tujuan dari pendidikan adalah mengajar para siswa berpikir secara rasional sehingga mereka menjadi cerdas, yang memberi kontribusi pada anggota masyarakat.
  5. Di sekolah, para siswa mempelajari nilai-nilai personal dan juga nilai-nilai sosial.
  6. Umat manusia ada dalam suatu keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik dibandingkan dengan masa lalu.

Pandangan progresivisme diuraikan berdasarkan pandangan ontologi, epistomologi, dan aksiologi.

  • Ontologi Progresivisme

Pandangan ontologi progresivisme bertumpu pada tiga hal yakni asas hereby (asas keduniaan), pengalaman sebagai realita dan pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Ontologi Progresivisme adalah sebagai berikut:

  • Asas Hereby ialah adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
  • Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Manusia punya potensi pikiran (mind) yang berperan dalam pengalaman. Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas, dalam tingkah laku. John Dewey mengatakan, pengalaman adalah key concept manusia atas segala sesuatu. Pengalaman ialah suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi. Pengalaman menurut Progresivisme:
  1. Dinamis, hidup selalu dinamis, menuntut adaptasi, dan readaptasi dalam semua variasi perubahan terus menerus.
  2. Temporal (perubahan dari waktu ke waktu);
  3. Spatial yakni terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup manusia;
  4. Pluralistis yakni terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana individu terlibat. Demikian pula subyek yang mengalami pengalaman itu, menangkapnya, dengan seluruh kepribadiannya degnan rasa, karsa, pikir dan pancainderanya. Sehingga pengalaman itu bersifat pluralistis.
    • Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia hidup karena fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Potensi intelegensi ini meliputi kemampuan mengingat, imaginasi, menghubung-hubungkan, merumuskan, melambangkan dan memecahkan masalah serta komunikasi dengan sesamanya. Mind ini ialah integrasi di dalam kepribadian, bukan suatu entity (kesatuan lahir) sendiri. Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas. Mind adalah apa yang manusia lakukan. Mind pada prinsipnya adalah berperan di dalam pengalaman.
  • Epistemologi Progresivisme

Pandangan epistemologi progresivisme ialah bahwa pengetahuan itu informasi, fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktik, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan.

  • Aksiologi Progresivisme

Dalam pandangan progresivisme di bidang aksiologi ialah nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin adanya saling hubungan. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari individu-individu. Nilai itu benar atau tidak benar, baik atau buruk apabila menunjukkan persesuaian dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan.

Pandangan pendidikan progresivisme menghendaki yang progresif. Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Pendidikan hendaklah bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan stimuli-stimuli.

  1. Ciri-ciri Utama Progresivisme

Adapun ciri-ciri dalam progresivisme yaitu :

  1. Pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan.
  2. Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.
  3. Progress yang menjadi inti perhatiannya, maka ilmu pengetahuan yang dapat menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian-bagian utama dari kebudayaan, yaitu ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
  4. Progresivisme adalah satu filsafat transisi antara dua konfigurasi kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor daripada suatu kebudayaan yakni (1) perubahan yang cepat dari pola-pola kebudayaan Barat yang diwarisi dan dicapai dari masa ke masa, (2) perubahan yang cepat menuju pola-pola kebudayaan baru yang sedang dalam proses pembinaan untuk masa depan.
  5. Progresivisme sebagai ajaran filsafat merupakan watak yang dapat digolongkan ke (1) negative and diagnosticyakni bersikap anti terhadap otoritarialisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti agama, moral, sosial, politik dan ilmu pengetahuan, (2) positive and remedial yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subyek yang memiliki potensi alamiah, terutama kekuatan-kekuatan self-regenarative (diperbaharui sendiri) untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidup.
  1. Tokoh-Tokoh Progresivisme
  2. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus. 1910)

James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, barns mempunyai fungsi biologic dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.

  1. John Dewey (1859 – 1952)

Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekakan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah “Child Centered Curiculum”, dan “Child Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas.

Filsafat yang dianut Dewey adalah bahwa dunia fisik itu real dan perubahan itu bukan sesuatu yang tak dapat direncanakan. Perubahan dapat diarahkan oleh kepandaian manusia. Sekolah mesti membuat siswa sebagai warga negara yang lebih demokratik, berpikir bebas dan cerdas. Bagi Dewey ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh dan dikembangkan dengan mengaplikasikan pengalaman, lalu dipakai untuk menyelesaikan persoalan barn. Pendidikan dengan demikian adalah rekonstruksi pengalaman. Untuk memecahkan problem, Dewey mengajarkan metode ilmiah dengan langkah-langkah sebagai berikut : sadari problem yang ada, definiskan problem itu, ajukan sejumlah hipotesis untuk memecahkannya,uji telik konsekuensi setiap hipotesis dengan melihat pengalaman silam, alami dan tes solusi yang paling memungkinkan.

  1. Hans Vaihinger (1852 – 1933)

Hans Vaihinger Menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tabu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.

Dalam aliran progresif ini Proses belajar mengajar di kelas ditandai dengan beberapa hal antara lain :

  • Guru merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
  • Selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam.
  • Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang siswa untuk berpikir.
  • Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk membangun pemahaman sosial.
  • Kurikulum menekankan studi alarm dan siswa dipajankan (exposed) terhadap perkembangan barn dalam saintifik dan sosial.
  • Pendidikan sebagai proses yang terns menerus memperkaya siswa umuk tumbuh, bukan sekedar menyiapkan siswa untuk kehidupan dewasa. Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah tradisional, khususnya dalam lima hal :
  • guru yang otoriter,
  • terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks,
  • pembelajaran pasif dengan mengingat fakta
  • filsafat empat tembok, yakni terisolasinya pendidikandari kehidupan nyata, dan
  • penggunaan rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan disiplin pada siswa.
  1. Progresivisme dalam Pendidikan
  2. PROSES BELAJAR

Filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempuyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Filsafat progresivisme mengakui anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan untuk berkembang dan megakui individu atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya.

Filsafat progressivisme meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran, sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik. Berdasarkan pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju (progres) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.

Untuk pembelajaran yang berkaitan dengan Sains/ IPA hendaknya dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya heterogen, untuk dapat bekerja sama, saling berinteraksi dan mendiskusikan hasil secara bersama sama, saling menghargai pendapat teman, sampai dapat memutuskan kesimpulan yang disepakati bersama.

  1. GURU

Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara progresif adalah berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber, yang pada intinya memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa. Guru berhubungan dengan membantu para siswa mempelajari apa yang penting bagi mereka. Terhadap tujuan ini, guru progresif berusaha untuk memberi siswa pengalaman –pengalaman yang mereplikasi/ meniru kehidupan keseharian sebanyak mungkin. Para siswa diberi banyak kesempatan untuk bekerja secara kooperatif di dalam kelompok, seringkali pemecahan masalah dipandang penting dilakukan oleh kelompok itu, bukan oleh guru.

  1. SEKOLAH

Sekolah yang baik itu adalah sekolah yang dapat memberi jaminan para siswanya selama belajar. Maksudnya adalah sekolah harus mampu membantu dan menolong siswanya untuk tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan tempat untuk para siswanya dalam mengembangkan bakat dan minatnya melalui bimbingan guru dan tanggung jawab kepala sekolah. Sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah filsafat progresivisme menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing.

Tegasnya, akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui bahwa sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan pengetahuan) akan tetapi sekolah juga berfungsi sebagai transfer of valueatau pemindahan nila-nilai, sehingga anak menjadi trampil dan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan. Aliran progresif mengharapakan setiap sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan praktis dan membuat siswa mampu memecahkan masalah yang bersumber dari pengalaman siswa.

  1. KURIKULUM

Filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan eksperimental (pengalaman). Jadi kurikulum bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya. W.H Kilpatrick mengatakan, suatu kurikulum yang dianggap baik didasarkan atas tiga prinsip:

  1. Meningkatkan kualitas hidup anak didik pada tiap jenjang.
  2. Menjadikan kehidupan aktual anak ke arah perkembangan dalam suatu kehidupan yang bulat dan menyeluruh.
  3. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas keberhasilan sekolah sehingga anak didik dapat berkembang dalam kemampuannya yang aktual untuk aktif memikirkan hal-hal baru yang baik untuk diamalkan.

Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat pada pengalaman atau kurikulum eksperimental, yaitu kurikulum yang berpusat pada pengalaman, di mana apa yang telah diperoleh anak didik selama di sekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyatanya. Dengan metode pendidikan “Belajar Sambil Berbuat” (Learning by doing) dan pemecahan masalah (Problem solving) dengan langkah-langkah menghadapi problem, dan mengajukan hipotesa.

  1. PRINSIP PENDIDIKAN

Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses pengembangan, penekanannya adalah perkembangan individu, masyarakat, dan kebudayaan. Pendidikan harus siap memperbaharui metode, kebijakannya, berhubungan dengan perkembangan sains dan teknologi, serta perubahan lingkungan.

John Dewey ingin mengubah hambatan dalam demokrasi pendidikan dengan jalan:

  1. Memberi kesempatan murid untuk belajar perorangan.
  2. Memberi kesempatan murid untuk belajar melalui pengalaman.
  3. Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti akan memberikan tujuan yang dapat menjelaskan ke arah kegiatan belajar yang merupakan kebutuhan pokok anak didik,
  4. Mengikut sertakan murid di dalam setiap aspek kegiatan belajar yang merupakan kebutuhan pokok anak.
  5. Menyadarkan murid bahwa hidup itu dinamis. Oleh karena itu murid harus dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah dengan ‘kebebasan beraktivitas, dengan orientasi kehidupan masa kini.

Progresivisme menghendaki pendidikan yang progresif. Tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Pendidikan bukanlah hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak didik saja, melainkan yang terpenting ialah melatih kemampuan berpikir secara ilmiah. Semua itu dilakukan oleh pendidikan agar orang dapat maju atau mengalami progress. Dengan demikian orang akan dapat bertindak dengan intelegen sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.sehingga dapat disimpulkan bahwa asas progresivisme dalam belajar bertitik tolak dari asumsi bahwa anak didik bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi untuk berkembang, setiap anak didik berbeda kemampuannya, individu atau anak didik adalah insan yang aktif kreatif dan dinamis dan anak didik punya motivasi untuk memenuhi kebutuhannya.

Untuk memperoleh pengetahuan yang benar, kaum progresif sepakat dengan pandangan Dewey, yaitu menekankan pengalaman indera, belajar sambil bekerja, dan mengembangkan intelegensi, sehingga anak dapat menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Secara umum terdapat beberapa prinsip pendidikan menurut pandangan progresivisme, yaitu:

  1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi pengalaman. Anak akan memasuki situasi belajar yang disesuaikan dengan usianya dan berorientasi pada pengalaman. Tidak ada tujuan umum dan akhir pendidikan.
  2. Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar. Sekolah menjadi “child center”, dimana proses belajar ditentukan terutama oleh anak. Secara kodrati anak suka belajar apa saja yang berhubungan dengan minatnya, atau untuk memecahkan masalahnya. Begitu pula pada dasarnya anak akan menolak apa yang dipaksakan kepadanya. Anak akan belajar dan mau belajar karena merasa perlu, tidak karena terpaksa oleh orang lain. Anak akan mampu melihat relevansi dari apa yang dipelajari terhadap kehidupannya, bahkan juga terhadap konsepsi kehidupan orang dewasa.
  3. Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presendenterhadap pemberian subjeck matter. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecahkan suatu masalah, anak dibawa berfikir melewati beberapa ahapan, yang disebut metode berfikir ilmiah, sebagai berikut:
    1. Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah;
    2. Menganalisis masalah tersebut, dan menduga atau menyusun hipoteis-hipotesis yang mungkin;
    3. Mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah;
    4. Memilih dan menganalisis hipotesis;
    5. Mencoba, menguji, dan membuktikan.
  4. Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa. Kebutuhn dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari. Anak harus diizinkan untuk merencanakan perkembangan diri mereka sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar.
  5. Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan persaingan. Manusia pada dasarnya sosial, dan keputusan yang paling besar pada manusia karena ia berkomunikasi dengan yang lain. Progresivisme berpandangan bahwa kasih sayang dan persaudaraan lebih berharga bagi pendidikan dari pada persaingan dan usaha pribadi. Karena itu, pendidikan adalah rekonstruksi pengalaman, mengarah kepada rekonstruksi manusia dalam kehidupan sosial.
  6. Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan. Demokrasi, pertumbuhan, dan pendidikan saling berhubungan. Untuk mengajar demokrasi, sekolah sendiri harus demokratis.

Ada beberapa kritik yang dilontarkan pada pandangan progresivisme, diantaranya adalah:

  1. Siswa tidak mempelajari warisan sosial. Mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya diketahui oleh orang terdidik.
  2. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah.
  3. Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru. Siswa memilih sktivitas sendiri.
  4. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

PENUTUP

  1. SIMPULAN

Aliran atau teori pendidikan progresivisme adalah teori pendidikan yang memfokuskan pentingnya pendidikan sebagai sarana “kemajuan” atau liberasi peserta didik. Progresivisme berfokus pada mendidik siswa dengan cara yang membuat mereka menjadi orang dewasa yang produktif fungsi cekatan dalam dunia yang senantiasa berubah. Tokoh-tokoh yang mengemukakan aliran progresivisme yaitu William James, John Dewey, dan Hans Vaihinger. Pandangan progresivisme diuraikan berdasarkan pandangan ontologi, epistomologi, dan aksiologi.

Progresivisme sebagai aliran filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan sebagai (1) negative and diagnostic yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam segala bentuk; (2) positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki potensi-potensi alamiah, terutama kekuatanself-regenerative untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidupnya. Adapun sumbangan progresivisme dalam dunia pendidikan diantaranya : proses belajar, guru, sekolah, kurikulum, serta perinsip pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Nanuru, Ricardo F. 2013. ProgresivismePendidikandan Relevansinya di Indonesia. Jurnal UNIERA. Vol. 2, No. 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013.

Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Grup : Jakarta.

fskromli.blogspot.co.id/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html?m=1 diunduh pada tanggal 18 September 2015 pukul 20.00 WIB.

tugas-makalah.blogspot.co.id/2012/06/aliran-progresivisme.html?m=1 diunduh pada tanggal 18 September 2015 pukul 20.00 WIB.

5 comments

Lompat ke formulir komentar

  1. sangat bermanfaat kak

  2. Mungkin kamu bisa memberikan perbandingan aliran filsafat pendidikan progressivisme dengan aliran filsafat pendidikan yang lain, sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk memahami topik tersebut

    1. terimakasih kakak masukannya 🙂

    • on November 27, 2015 at 2:56 pm
    • Balas

    kalo bisa dihilangkan saja bab babnya

    1. siap kakak, terimakasih 🙂

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: