Etnografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah deskripsi tentang kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup dan ilmu tentangt pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar di muka bumi. Etnografi berasal dari dua kata yaitu ethnic’dan graphic yang masing-masing memiliki makna suku dan tulisan. Etnografi secara harfiah berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan ( field work ). Penelitian dengan metode etnografi dilakukan selama sekian bulan, ataau sekian tahun. Etnografi tidak hanya mengumpulkan data tentang seseorang atau pun sebuah kebudayaan, melainkan juga menggali temuan lapangan secara lebih dalam lagi. Menurut Koentjaraningrat, karangan etnografi adalah suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu suku bangsa. Sebuah karangan etnografi tidak akan selalu dapat memuat secara keseluruhan dari suatu suku bangsa. Suatu kerangka etnografi dari suatu suku bangsa biasanya hanya melukiskan sebagian dari kebudayaan suku bangsa yang dibatasi oleh suatu wilayah.
Etnografi merupakan kegiatan yang digunakan peneliti secara holistik untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena kehidupan sehari-hari. Etnografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama. Dalam antropologi, etnografi memiliki manfaat untuk memudahkan antropolog dalam melihat suatu persoalan dari berbagai sudut pandang sehingga mereka berpandangann luas dan tidak mudah menjastifikasi secara negatif. Untuk itu, etnografi berperan penting untuk mengungkap dan mencari solusi mengenai permasalahan sosial-budaya yang ada di masyarakat. Orang yang nelakukan etnografi disebut dengan etnografer. Dalam melakukan etnografi perlu ditentukan informan kunci. Untuk menentukan Informan kunci tersebut tentunya tidak mudah. Hal tersebut dikarenakan Informan kunci mendai jendela dan pintu masuk peneliti semakin terbuka dan peneliti mudah dipercaya oleli responden. Pertimbangan yang harus dilakukan dalam menentukan informan kunci, antara lain: (a) orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi tentang masalah yang diteliti; (b) usia telah dewasa; (c) sehat jasmani rohani; (d) bersikap netral, tidak memiliki kepentingan pribadi; dan (e) berpengetahuan luas.
Langkah dalam melakukan studi etnografi adalah seperti dikemukakan Spradley (1997) dalam buku Metode Etnografi, sebagai berikut: Pertama, menetapkan informan. Ada lima syarat minimal untuk memilih informan, yaitu: (a) enkulturasi penuh, artinya mengetahui budaya miliknya dengan baik, (b) keterlibatan langsung, artinya (c) suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basabasi, (d) memiliki waktu yang cukup, (e) non-analitis. Tentu saja, lima syarat ini merupakan idealisme, sehingga kalau peneliti kebetulan hanya mampu memenuhi dua sampai tiga syarat pun juga sah-sah saja. Apalagi, ketika memasuki lapangan, peneliti juga masih mendugaduga siapa yang pantas menjadi informan yang tepat sesuai penelitiannya.
Kedua, melakukan wawancara kepada informan. Sebaiknya dilakukan dengan wawancara yang penuh persahabatan. Pada saat awal wawancara perlu menginformasikan tujuan, penjelasan etnografis (meliputi perekaman, model wawancara, waktu dan dalam suasana bahasa asli), penjelasan pertanyaan (meliputi pertanyaan deskriptif, struktural, dan kontras). Wawancara hendaknya jangan sampai menimbulkan kecurigaan yang berarti pada informan. Ketiga, membuat catatan etnografis. Catatan dapat berupa laporan ringkas, laporan yang diperluas, jurnal lapangan, dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga sangat fleksibel, tidak harus menggunakan kertas ini itu atau buku ini itu, melainkan cukup sederhana saja. Yang penting, peneliti bisa mencatat jelas tentang identitas informan.
Keempat, mengajukan pertanyaan deskriptif. Pertanyaan ini digunakan untuk merefleksikan setempat. Pada saat mengajukan pertanyaan, bisa dimulai dari keprihatinan, penjajagan, kerja sama, dan partispasi. Penjajagan bisa dilakukan dengan prinsip: membuat penjelasan berulang, menegaskan kembali yang dikatakan informan, dan jangan mencari makna melainkan kegunaannya.
Kelima, melakukan analisis wawancara etnografis. Analisis dikaitkan dengan simbol dan makna yang disampaikan informan. Tugas peneliti adalah memberi sandi simbol-simbol budaya serta mengidentifikasikan aturan-aturan penyandian dan mendasari.
Keenam, mengajukan pertanyaan struktural. Yakni, pertanyaan untuk melengkapi pertanyaan deskriptif.
Ketujuh, membuat analisis taksonomik. Taksonomi adalah upaya pemfokusan pertanyaan yang telah diajukan.
Kedelapan, mengajukan pertanyaan kontras. Kita bisa mengajukan pertanyaan yang kontras untuk mencari makna yang berbeda, seperti wanita, gadis, perempuan, orang dewasa, simpanan, dan sebagainya.
Kesembilan, membuat analisis komponen. Analisis komponen sebaiknya dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Hal ini untuk menghindari manakala ada hal-hal yang masih perlu ditambah, segera dilakukan wawancara ulang kepada informan.
Kesepuluh, menemukan tema-tema budaya. Penentuan tema budaya ini boleh dikatakan merupakan puncak analisis etnografi. Keberhasilan seorang peneltii dalam menciptakan tema budaya, berarti keberhasilan dalam penelitian. Tentu saja, akan lebih baik justru peneliti mampu mengungkap tema-tema yang orisinal, dan bukan tema-tema yang telah banyak dikemukakan peneliti sebelumnya.
Kesebelas, menulis etnografi. Menulis etnografi sebaiknya dilakukan secara deskriftif, dengan bahasa yang cair dan lancar. Jika kemungkinan harus berceritera tentang suatu fenomena, sebailrnya dilukiskan yang enak dan tidak membosankan pembaca. informan kunci juga penting dalam penelitian etnografi.
Perlu ditekankan lagi, bahwa informan kunci sangat penting dalam penelitian etnografi. Informan kunci dapat ditentukan menurut konsep Benard yaitu orang yang dapat berceritera secara mudah, paham terhadap informasi yang dibutuhkan, dan dengan gembira memberikan informasi kepada peneliti. Informan kunci adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan terhormat dan berpengetahuan dalam langkah awal penelitian. Orang semacam ini sangat dibutuhkan bagi peneliti etnografi. Orang tersebut diperlukan untuk membukan jalan (gate keeper) peneliti berhubungan dengan responden, dapat juga berfungsi sebagai pemberi ijin, pemberi data, penyebar ide, dan perantara. Bahkan akan lebih baik apabila informan kunci mau memperkenalkan peneliti kepada responden agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Sumber:
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Spradley, james P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT tiara Wacana
https://blog.unnes.ac.id/arsiwakhida. diunduh 19 desember 2015
Komentator