Strategi Petani dalam Menanggulangi Kekeringan yang Berkepanjangan dalam Pengolahan Lahan Sawah

November 13th, 2015 by apriyani Leave a reply »

         Desa Cikondang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Meskipun berada di wilayah Kabupaten Cilacap, Desa ini tidak berada di pesisir pantai, karena berada di Cilacap Barat yang berbasis pada bidang agraris atau pertanian sawah. Ada sekitar 500 hektar lahan sawah yang mengelilingi desa, terdapat irigasi Citanduy yang berinduk di waduk bendungan Menganti di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Irigasi Citanduy mengairi lahan sawah ini sehingga membuat sawah dapat dua kali panen dalam satu tahun. Hanya dari saluran irigasi inilah sawah dapat panen, karena irigasi ini satu-satunya sumber pengairan di sawah ini. Irigasi yang dibangun ketika masa pemerintahan Presiden Soeharto ini, mampu mengairi sawah di Desa Cikondang hingga merata ke seluruh sawah yang ada di desa ini. Namun akhir-akhir ini, terjadi kemarau panjang yang menyebabkan debit air di irigasi ini menjadi sangat menurun. Kemarau yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia ini menyebabhkan kekeringan yang berkepanjangan termasuk di Desa Cikondang.
Pada bulan Oktober saat ini, seharusnya sawah sudah memasuki musim tanam karena kekeringan sawah hanya ditanami kacang hijau setelah itu tanah sawah yang kering dimanfaatkan petani untuk pembuatan batu bata. Dalam satu tahun ini, petani hanya dapat menanam padi satu kali, dahulu petani dapat memanen padi sebanyak dua hingga tiga kali masa panen, setelah itu petani tidak bisa berbuat banyak karena ketika sawah panen pun, kekeringan sudah melanda, bahkan ada petani yang gagal panen karena tanaman padinya tidak tumbuh dengan semestinya dan tanaman padi menjadi mati pada usia dua bulan karena tidak tersentuh air air sedikitpun. Saat ini, saluran irigasi tidak memiliki debit air sama sekali, karena air dari waduk Bendungan Menganti tidak memiliki air dalam jumlah yang banyak dan air di waduk ini hanya bisa dialirkan ke daerah-daerah sekitar waduk saja. Dalam keadaan yang sulit air saat ini, bagaimanakah tindakan petani dalam mengelola lahan dan tanaman di sawah?
Pembahasan
Elnino yang berkepanjangan menyebabkan kekeringan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia termasuk daerah Jawa Tengah bagian selatan. Meskipun berada di pesisir selatan Jawa, di desa Cikondang tetap saja terkena dampak kekeringan yang berkepanjangan. Desa yang berbasis pertanian ini memiliki lahan sawah yang membentang begitu luas menghubungkan desa satu dengan desa lainnya. Saat ini sawah yang berada di desa Cikondang tidak memiliki air yang mencukupi untuk menumbuhkan padi dari masa penyemaian hingga masa pemanenan. Meskipun terdapat irigasi sungai di sepanjang sawah di desa tersebut, tidak membuat petani dapat bernafas lega, karena irigasi sungai Citanduy tidak memiliki air yang dapat dialirkan ke sawah penduduk. Bahkan kondisi irugasi sungai Citanduy dalam keadaan kering tanpa adanya volume air sama sekali dan tanah di dasar sungai terlihat retak karena tidak adanya air. Air merupakan unsur yang sangat penting dalam pertanian sistem sawah karena petumbuhan padi sangat bergantung pada ketersediaan air. Pada bulan Oktober saat ini seharusnya Indonesia sudah mengalami musim penghujan dan musim tanam padi pun sudah dilaksanakan, pada masa penanaman padi yang dalam istilah lokal disebut “tandur” dilakukan oleh kaum perempaun, dalam satu petak sawah biasanya diisi oleh empat hingga lima perempuan yang melakukan tandur. Tandur dilakukan oleh pekerja buruh tani perempuan karena tandur adalah pekerjaan yang membutuhkan keuletan dan ketelitian dalam setiap penanamannya. Namun pada saat ini keadaan sawah dibiarkan begitu saja tanpa ada tanaman yang tumbuh diatasnya.
Setelah musim panen, biasanya petani langsung membakar jerami yang berserakan di sawah dengan tujuan abu jerami tersebut dapat dijadikan sebagai pupuk tamanan. Selang sekitar dua minggu pasca panen padi, biasanya petani menanam kacang hijau sebagai tanaman selingan sembari menunggu musim penyemaian tiba dan penanaman kacang hijau tersebut juga dimaksudkan untuk mengembalikan unsur hara tanah supaya kandungan mineral di dalam tanah dapat kembali normal. Petani memilih kacang hijau sebagai tanaman yang ditanam setelah padi karena kacang hijau tidak membutuhkan air terlalu banyak, jika terlalu banyak air maka tanaman kacang hijau tidak dapat tumbuh dan pohonnya akan membusuk. Masa tanam kacang hijau membutuhkan waktu 60 hingga 80 hari, waktu tersebut dirasa tepat dan sesuai untuk beralih kembali ke penanaman padi. Setelah panen padi pada musim penghujan, maka sawah memasuki musim kering dan biasanya penduduk menamainya dengan istilah masa “sadon”. Istilah sadon digunakan untuk penyebutan sawah yang ditanami padi pada saat musim kemarau, pada masa sadon petani hanya mengandalkan air dari irigasi sungai Citanduy yang biasanya tanggul air akan dibuka dua kali dalam satu minggu untuk mengalirkan air ke sawah-sawah penduduk secara merata. Padi yang di panen ketika musim sadon dan musim penghujan memiliki kuantitas dan kualias yang berbeda. Padi yang dipanen pada musim hujan akan jauh lebih berisi dan butiran berasnya lebih besar, dalam satu hektar sawah akan menghasilkan empat hingga lima ton gabah kering. Sedangkan padi yang dipanen pada musim sadon akan menghasilkan padi dengan kualitas yang kurang bagus karena butiran padi tidak sebesar padi yang dipanen pada musim penghujan dan dalam satu hektar sawah hanya menghasilkan dua hingga empat ton gabah kering.
Kekeringan yang mengakibatkan sawah menjadi tidak produktif untuk tanaman padi, tidak membuat para petani menjadi kehilangan akal dalam memafataakan lahannya. Musim kemarau membuat petani beralih profesi sementara menjadi pengrajin batu bata. Para petani selalu memanfaatkan tanah sawah yang kering dan retak atau dalam istilah lokal disebut lungka untuk diambil dan dijadikan sebagai bahan bangunan yakni batu bata. Kegiatan mengambil tanah sawah dalam istilah lokal disebut “Nglungka” atau mengambil lungka di sawah dilakukan oleh kaum laki-laki menggunakan mobil bak terbuka dan mengangkutnya ke tempat pembuatan. Ada pula petani yang membuat batu bata di tempat dengan mendirikan gubuk kecil sebagai rumah batu bata yang telah jadi dan siap di jual ke toko bangunan. Pembuatan batu bata dilakukan di sawah dengan membuat sumur darurat di tengah sawah sebagai sumber pengairan untuk mengelola tanah menjadi batu bata. Tanah sawah sangat baik jika digunakan sebagai bahan baku pembuatan batu bata karena tanah sawah lebih kuat dan lebih tahan lama. Musim kemarau merupakan saat yang tepat untuk membuat batu bata karena teriknya matahari akan mempercepat proses penjemuran batu bata sebelum akhirnya masuk pada tahap pembakaran. Pembuatan batu bata memerlukan waktu selama satu minggu hingga siap jual, mulai dari mengambil tanah di sawah, megolah tanah menjadi adonan batu bata, mencetak, menjemur dan proses pembakaran.
Pekerjaan sebagai pengrajin batu bata memang dirasa lebih berat dibandingkan sebagai petani sawah, karena pekerjaan membuat batu bata hampir seluruhnya dilakukan oleh kaum laki-laki sedangkan pekerjaan menjadi petani sawah tidak seluruhnya dilakukan oleh kaum laki-laki karena ada partisipasi perempuan dalam proses penaman padi. Ketika sebagai petani padi laki-laki mengerjakan pekerjaan dalam membajak sawah menggunakan traktor, penyemaian dan pada proses panen, pada proses panen pun dapat dilakukan secara bersama dengan perempuan. Sdangkan perempuan dalam proses penanaman padi, mereka melakukan pekerjaan seperti tandur atau menanam padi, menyiangi gulma atau dalam istilah lokal disebut “matun”. Pekerjaan baik sebagai pengrajin batu bata maupun petani padi memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Ketika bekerja sebagai pengrajin batu bata, kaum laki-laki cenderung akan mengeluarkan tenaga lebih banyak dan mengeluarkan modal yang sedikit karena modal utama dalam pembuatan batu bata adalah ketrampilan dan tenaga fisik saja. Batu bata jika dijual akan dihargai senilai Rp 500,00 per biji itu jika langsung membeli dari pengrajin, namun harga akan erubah ketika sudah di jual oleh toko bangunan dan selisih harganya mencapai Rp 150,00 hingga Rp 200,00 per biji.

         Semakin banyak batu bata yang diproduksi oleh pengrajin, maka semakin banyak pula pendapatan yang diperoleh. Sedangkan pekerjaan sebagai petani padi, tidak terlalu banyak menguras tenaga kaum laki-laki karena dalam proses pengolahan lahan hingga panen melibatkan tenaga perempuan. Modal yang dikeluarkan oleh petani padi lebih besardibandingkan pengrajin batu bata, karena dalam merawat tanaman padi diperlukan pupuk dan obat untuk membeli insektisida agar padi tidak terkena hama.serta biaya untuk membayar pekerja tandur dan matun juga diperhitungkan. Pada musim panen, harga gabah kering akan mengalami penurunan, biasanya petani menunggu menjual gabahnya pada musim paceklik yakni ketika harga menjadi normal dan petani tidak merugi. Harga gabah kering pada musim panen mencapai Rp 3.500,00 per kilogramnya sedangkan harga padi yang dijual ketika musim paceklik mencapai Rp 4.500,00 hingga Rp 5.000,00 per kilogramnya. Ketika musim ppenghujan tiba, para pengrajin batu bata membongkar seluruh gubuk yang digunakan sebagai tempat pembuatan batu bata dan mengfungsikan kembali sawah dengan semestinya.

Advertisement

9 comments

  1. ignasia intan berkata:

    Kaka, judul dipersingkat lagi ya biar tidak kepanjangan. Sama artikel mohon dirapikan lagi supaya lebih enak dibacanya. Terimakasih 🙂

  2. Tri Yuliana berkata:

    tulisannya bagus
    lanjutkan

  3. bisa jadi rekomendasi but petani di tempat saya

  4. kalau ditambah gambar kyke lebih menarik pri

Tinggalkan Balasan