• Pengertian keaktifan.
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik mauun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan( Sardiman, 2001 :98). Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan , membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan siswa dalam belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persosalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran.
• Klasifikasi keaktifan
Banyak jenis aktifitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktifitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisonal. Jenis- jenis aktifitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut ( Sardiman, 1998 : 99)
a. Visual activites , yang termasuk didalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi dan percobaan.
b. Oral activities, yang termasuk didalamnya menyatakan pendapat di depan kelas, merumuskan masalah, bertanya baik kepada guru maupun teman, memberi saran, wawancara, dan diskusi baik diskusi secara kelompok maupun diskusi dengan guru mata pelajaran ataupun guru Bimbingan dan konseling.
c. Listening activities , yang termasuk didalamnya percakapan, diskusi, musik dan pidato.
d. Writing activities, yang termasuk didalamnya menulis cerita, membuat karangan , membuat laporan dan menyalin.
e. Motor activities, yang termasuk didalamnya melakukan percobaan, membuat konstruksi dan bermain.
f. Mental activities , yang termasuk didalamnya menanggapi persosalan, memngingat, memecahkan permasalahan, menganalisa dan mengambil keputusan.
g. Emotional activities yang termasuk didalamnya menaruh minat, merasa bosan, gembira , bersemangat, bergairan dan tenang.
Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004 : 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal :
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa
Belajar merupakan aktifitas yang berlangsung melalui proses, tentunya tidak terlepas dari pengaruh baik dari dalam individu yang mengalaminya. Keaktifan belajar peserta didik dalam proses kadang-kadang berjalan lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, dan kadang-kadang terasa amat sulit. Berjalannya proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang sangat berpengaruh terhadap keaktifan belajar peserta didik..
Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri, yang meliputi:
1. aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
2. aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik yang mempengaruhi keaktifan belajarnya adalah sbegai berikut:
inteligensi, tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) peserta didik tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan belajar peserta didik. Ini bermakna bahwa semakin tinggi tingkat inteligensinya maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, begitu juga sebaliknya.
sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
bakat, adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
minat, adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
3. Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Adapaun yang termasuk dari faktor ekstrenal di anataranya adalah:
Lingkungan sosial, yang meliputi: para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas.
Lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.
Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
• Masalah yang dihadapi siswa terkait dengan keaktifan dalam proses pembelajaran :
1. Siswa yang sulit memahami
Faktor lingkungan, faktor lingkungan sangat mempengaruhi,dari pergaulan anak selama ini banyak gejala yang ditemukan disekitar kita karena faktor lingkungan sangat mempengaruhi psikologi anak atau sikap, dibalik itu awal fundamental pendidikan anak harus kuat dan mendasar mulai dari lingkungan anak itu sendiri karena pembentukan awal karakter anak mulai dari lingkungan mereka itu sendiri yaitu lingkungan keluarga, apabila anak itu sudah disiplin tempat lingkungan mereka hidup terutama tatanan kehidupan dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri sudah tertata maka anak itu akan terbawa pada lingkungan yang formal, tempat mereka menimba ilmu pengetahuan (Kohn 1989) .
2. Anak yang pemalu
ini biasanya dari faktor anak itu sendiri, dan apabila tidak dirubah maka akan selamanya anak itu jadi pemalu terus, tetapi anak yang pemalu bukannya tidak bisa, mungkin ada faktor lain contohnya di dalam memberikan pertanyaan anak itu biasanya malu karena bisa-bisa nanti apa yang ditanyakan salah atau tidak rasional dan biasanya anak itu malu bertanya takut di tertawakan temannya.
3. Anak yang malas.
Gejala dan penyebabnya adalah: kurangnya daya semangat dan motivasi dan kurang terkontrol di dalam lingkungannya sendiri. Kadangkala anak semacam ini manja dan malas belajar dan berfikir dan kurang kreatif, adanya minat belajar kurang dari pergaulan terlalu bebas tak bisa di kendalikan karena pengaruh lingkungan terlalu bebas (Lemhannas 1995).
4. Kurang motivasi dalam belajar.
Kurangnya motivasi belajar membuat siswa malas dan kurang semangat dalam mengkuti proses pembelajaran di kelas.
5. Berfikir lambat
Tidak pernah mencoba untuk berfikir secara cepat ini juga di sebabkan perbedaan character manusia ada yang daya pikirnya cepat ada yang daya pikirnya lambat( split personality), lambat dalam berfikir,dan mengacu kepada lambat dalam berprilaku,dan berusaha sesungguhnya merupakan penyakit fisik akibat dari adanya disfungsi sel-sel otak, sekalipun gejala- gejalanya tampak dalam pikiran, perasaan dan prilaku.
• Strategi yang dilakukan oleh Guru Sosiologi untuk membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran
Active knowledge Sharing
Atau yang disebut dengan saling tukar pengetahuan antara siswa dan guru, cara melakukannya mudah yaitu dengan membuat beberapa pertannyaan lalu meminta siswa untuk menjawab pertanyaan dengan sebaik-baiknya lalu salah satu siswa di minta untuk mencari teman untuk menjawab pertanyaan yang tidak diketahui dan diragukan jawabannya , setelah itu guru memeriksa jawaban siswa tersebut. Hal ini akan menarik perhatian siswa karena metode belajar yang tidak membosankan serta membuat para siswa aktif dalam proses pembelajaran (Wibisono 2001).
Point-Counterpoint
Adalah debat pendapat, disini guru bertugas sebagai fasilitator dan pengarah dalam kegiatan ini, debat pendapat dapat dilakukan dengan memilih trending topik yang sedang hangat dibicarakan seperti masalah dengan tema kesenjangan sosial, stratifikasi sosial, diskriminasi sosial atau yang lainnya lalu membagi siswa dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok harus memberi argumen terkait kasus tersebut, pasti ada kelompok yang setuju, tidak setuju dan memberi sanggahan maupun pertanyaan, hal ini akan membuat siswa aktif dan berpikir secara kritis dalam memecahkan suatu masalah, jika ada masalah yang sulit untuk dipecahkan maka guru megarahkan kepada siswa.
Menjodohkan
Belajar dikelas jika hanya dilakukan menulis, mencatat serta mendengarkan dirasa kurang menarik perhatian siswa dan dirasa membosankan, dalam hal ini siswa bersifat pasifdan guru yang bertindak aktif, agar siswa aktif di kelas dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran dengan cara menjodohkan.
Cara menjodohkan dapat dilakukan dengan gutu membuat pernyataan mengenai pengertian dengan istilah serta tokoh dengan teori-teorinya atau yang lainnya. Pernyataan di sebarkan ke seluruh siswa secara acak, dan siswa di ajak untuk mencari pasangan mereka. Cara menjodohkan ini akan menarik perhatian siswa untuk bermain hal sepeeti ini sehingga tidak hanya guru saja yang aktif di kelas siswa pun juga ikut aktif dalam hal ini.
Mengamati dan wawancara
Labolatoriumnya sosiologi adalah masyarakat sekitar jadi siswa dapat secara langsung pergi ke lapangan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya di lapangan yaitu terkait dengan masyarakat, caranya dengan memaksimalkan jam perlajaran sosiologi seluruh siswa di kelas di ajak keluar kelas secara berkelompok siswa diberi tugas untuk mengamati dan mewawancarai pedagang yang berjualan di sekitar sekolah, siswa dapat menanyakan apa yang ingin mereka ketahui dari informan seperti kondisi ekonomi, pendidikan di keluarganya, penghasilan yang di dapat setiap hari serta tradisi yang dilakukan di keluarga informan, lalu setelah wawancara siswa diminta untuk menyerahkan hasil pengamatan kelompok mereka dalam bentuk catatan.
Referensi :
Kohn, H. (1989). Nasionalisme : Arti Sejarahnya (Terjemah) Jakarta, Gramedia Pustaka utama.
• Lemhannas (1995). Kewirausahaan Untuk Mahasiswa. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
• Wibisono, K. (2001). Demokrasi sebagai Sarana Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta, Dirjen Dikti.
sicko itu film apa kak ?
Ka kasih kesimpulan biar lebih jelas dan tulisannya dirapiin yaa 🙂
tulisannya dirapikan kk apriyanii…
semangat ya bu guru !
recommended buat calon guru, terima kasih
aprie, tulisannya dirapikan lagi, kurang rata kanan kiri 😀
dirapikan lagi ya bu
ayo rapikan tulisannya… hehe
Semangat merapikan tulisan kaka
siip bagus
apri guuut
calon guru yaa pri hehe
lanjutkan
mbak apri, ini yg mau dijadiin judul skripsi ya?
tambahan aja pada beberapa tulisan kurang rata kanan kiri, termasuk ini juga,