Antropologi? Ya, bicara antropologi merupakan hal yang masih asing ketika seseorang baru mengenalnya. Beberapa orang memang mengenal antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya. Namun tak sedikit pula ynag mengatakan dan menduga-duga apa itu antropologi sampai akhirnya berhembus di telinga jikalau antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bintang-bintang. Secara harfiah antropologi berasal dari dua kata yaitu antrhopos dan logos yang masing-masing berart manusia dan ilmu. Jadi antropologi merupakan ilmu atau kajian mengenai manusia. Apapun yang berhubungan dengan segala aktivitas manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya dapat dibaca melalui kacamata antropologi. Nah, salah satunya adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan kesehatan.
Pada hakikatnya, ketika manusia berhadapan dengan kesehatan, mereka akan selalu melihat dan memperhatikan cara-cara yang akan ditempuh untuk melakukan tindakan kesehatan. Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3). Antropologi kesehatan mempelajari bagaimana kesehatan individu, lingkungan yang dipengaruhi oleh hubungan antara manusia dengan manusia lain, norma budaya, sosial, politik, dan globalisasi. Sebagai makhluk hidup yang menyadari akan pentingnya kesehatan, pemahaman kebudayaan masyarakat sangat penting dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu apa kajian antropologi kesehatan? Antropologi kesehatan secara sederhana mempelajari mengenai bagaimana manusia memahami sehat, sakit, dan penyakit; etnomedisin; pengaruh budaya terhadap kesehatan; mitos-mitos yang berhubungan dengan kesehatan; tindakan manusia yang berhubungan dengan kesehatan; dan pola perilaku yang digunakan untuk menghadapi sehat, sakit, dan penyakit. Secara kompleksnya, antropologi kesehatan yang dipelajari oleh mahasiswa antropologi (ehemm) mencakup proses dan tipe-tipe adaptasi manusia terhadap lingkungan; prevalensi penyakit; konsep teoretik sistem medis; konsep-konsep teoretik perilaku kesehatan; gangguan kesehatan dan kebiasaan makan terkait dengan gizi; program inovasi kesehatan masyarakat; serta fenomena sosial yang berhubungan dengan kesehatan. Tapi dalam tulisan ini kita akan bahas yang ringan-ringan dulu.
Ketika masayarakat Jawa terserang demam (masuk angin), mereka memiliki alternatif pengobatan sendiri yaitu javaness coin therapy atau kerokan[1]. Hehe.. Kemudian di masyarakat Orang Bukit (kalimantan) atau Suku Bangsa Dayak Beruak menggunakan upacara Baliath yang di pimpin seorang Balian[2] untuk menyembuhkan penyakit lumpuh sebelah. Penyakit tersebut menurut masyarakat Orang Bukit merupakan gejala hilangnya sebagian roh dari tubuh si sakit. Untuk itu, untuk mengembalikan roh tersebut harus dipanggil memalalui upacara adat pengobatan Baliat. Hal Semacam ini tentu berbeda dengan pandangan para dokter dan ahli medis modern. Mereka bersifat tradisional sedangkan ahli medis modern berpijak pada kerasionalitasan yang mereka pahami. Aktivitas yang telah dicontohkan diatas dinamakan etnomedisin (ethnomedicine). Etnomedidin merupakan sistem pengobatan yang berkaitan dengan cara atau pola perilaku yang dilakukan masyarakat untuk menyembuhkan suatu penyakit
Kondisi geografis yang berbeda dan kebudayaaan yang beraneka ragam di beberapa daerah telah memengaruhi persepsi masyarakat setempat dalam mengahadapim sebuah fenomena. Seperti fenomena kerokan diatas yang telah disebutkan yang bersifat lokal atau tidak universal sehingga hanya diikuti oleh masyarakat Jawa saja. Pandanagan tersebut dipengaruhi oleh local knowledge masyarakat tertentu yang kemudian diwariskan, disosialisasikan, diyakini, dan dijadikan habitus. Nah, selanjutnya akan dijelaskan mengenai konsepan penting dalam antropologi kesehatan di bawah ini.
Sistem medis sebagai strategi adaptasi sosial-budaya
Strategi adaptasi sosial budaya melahirkan sistem medis, tingkah laku, dan bentuk kepercayaan yang berlandaskan budaya yang timbul sebagai respon penyakit. Dalam keadaan keterampilan untuk menyembuhkan, maka menghindar atau meninggalkan adalah perilaku adaptif, yang merupakan sejenis obat perilaku preventif. Penyakit manusia mengencam besar-besaran tidak hanya secara biologis tetapi juga secara sosial budaya. Apapun peranannya, si pemeran si “sakit” memiliki hak-hak tertentu dan mengharapkan bentuk tingkah laku tertentu dari orang lain. Orang sakit memiliki makna berbeda dengan hewan sakit: sejauh pasien tidak dapat memenuhi kewajiban normal pada warga lain, membahayakan kesehatan yang lain, karena tergantung padanya dalam banyak hal.
Etilogi Penyakit dalam Antropologi Kesehatan
Etiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang suatu penyebaran penyakit. Etilogi penyakit dalam antropologi kesehatan dibagi menjadi dua yaitu naturalistik dan personalistik. Dalam sistem-sistem naturalistik, penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah-istilah sistematik yang bukan pribadi. Sistem-sistem naturalistik di atas segalanya mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang, berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya penyakit.
Suatu sistem personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (tukang sihir atau tukang tenung). Penyakit disebabkan oleh agen-agen yang dengan beberapa cara menjatuhkan kekuatan mereka atas diri para korban mereka.
Kepercayaan tentang kasualitas penyakit yang bersifat personalistik menonjol dalam data-data medis dan kesehatan yang tercatat dalam etnografi klasik tentang masyarakat-masyarakat primitif
Hubungan Kebudayaan dan Kesehatan
Penyakit meruupakan masalah yang selalu dihadapi oleh makhluk hidup terutama manusia. Kebudayaan merupakan unsue penting dalam merespon cara-cara adaptasi manusia dengan lingkungannya. Respon yang berbeda tersebut tentunya dikarenakan kondisi geografi yang berbeda dan kebudayaan serta adat istiadat yang berbeda pula. Sistem kesehatan yang dimiliki oleh manusia merupakan bagian dari sitem pengetahuan dan sistem perilaku yang dimilinya. Bagaimana masyarakat melakukan atau mendiagnosa penyakit, berbeda dengan yang dikenali oleh petugas medis modern. Ada konsep-konsep sakit yang dikenali oleh masyarakat tetapi tidak dikenali oleh medis modern. Seperti santet dan sawan di Jawa.
Konsep Sehat, Sakit, dan Penyakit
Konsep sehat, sakit, dan penyakit yang dimiliki oleh masyarakat dibentuk oleh kebudayaan yang melatar belakanginnya. Masayarakat moderb memiliki sifat rasional, empirik, terspesialisasi, solidaritas organik, industrial, dan lain-lain. Sedangkan masyarakat tradisional memiliki kepercayaan magi, irrasional, solidaritas mekanik, non-industri, resiprositas, dan lain-lain. Pemaknaan terhadap penyakit dapat berbeda karena adanya relativisme kebudayaan dan apa yang dianggap penyakit di satu kebudayaan belum tentu menjadi penyakir di kebudayaan lain. Meskipun nampak kontras, namun pemaknaan terhadap konsep sakit dan sembuh relatif sama. Sakit dimaknai dan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu illness, disease, dan sickness. Ketiga sama mengandung arti sebagai sakit. Namun ternyata jelas memiliki perbedaan yang dapat disembuhkan dengan tiga konsep sembuh yaitu sehat sosial, sehat medis, dan sehat psikologi
Sakit | Sembuh |
Sickness : sakit yang diderita pasien dipandang dari persepsi diri dan masyarakat | Sembuh secara psikologis. Berhubungan dengan keadaan psikis si mantan sakit. Dianggap seb=mbuh jika ia menunjukan gejala psikologis yang baik seperti sudah bisa menjadi pendengar yang baik dan dapat tidur dengan nyenyak. |
Disease : sakit yang dilekatkan oleh diagnosa klinis modern menggunakan alat modern oleh ahli medis modern. | Sembuh secara medis. Berdasarkan diagnosa klinik dokterdan uji laboratorium. (medis modern) |
Illness : sakit yang dipengaruhi oleh latar belakang sosial budaya atau dalam persepsi sosio kultural | Sembuh secara sosial. Dari penilaian dan penerimaan masyarakat. Orang yang sembuh berarti mampu menjalankan perannya dalam masyarakat. Karena selama sakit, ia tidak bisa menjalakan peran. |
Jadi kesimpulannya, antropologi kesehatan merupakan salah satu cabamg ilmu antropologi terpan yang melihat pola perilaku masyarakat dalam memandang sebuah kesehatan. Ketika tidak ada aspek sosiso kultutural, tradisoanal, dan lokalitas masyarakat, maka kesehatan yang terjadi tidak bisa dikaji melalui antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan tidak melihat dan menilai sebuah perilaku kesehatan yang dilakukan masayarakat tertentu sebagi
[1]Kerokan merupakan metode tradisional warisan nenek moyang masyarakat Jawa yang dilakukan kepada orang yang sedang sakit masuk angin. Gejala masuk angin berupa : tubuh terasa tidak nyaman (meriang/menggigil), selalu merasa kedinginan (terutama di ujung jari kaki dan tangan), cegukan, perut kembung, mudah lelah, sering mengantuk, pilek, demam, diare, mual dan muntah, dan berkeringat dingin. Kerokan dilakykan dengan menggunkan minyak dan coin yang digoreskan dibagian tubu si sakit.
[2] Balian merupakan tokoh adat dalam masyarakat Orang Bukit yang memiliki kemampuan khusus untuk memimpin sebuah upacara. Balian sendiri dibedakan menjadi empat kategori sesuai dengan kemampuannya mulai dari yang terendah yaitu balian muda, balian tengah, balian tuha, dan guru jaya. (lihat: Nurid Haloei. 2001. Religi Orang Bukit)
1 comments
Sudah bagus. Lanjutkan mba