Bhineka Tunggal Ika (Garuda) adalah lambang dari berbeda – beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.keanekaragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keanekaragaman budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Keanekaragaman budaya Indonesia dari sabang sampai merauke merupakan aset yang tidak bernilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan.ndingkan dengan negara lain. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Kebudayaan budaya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan didalam pulau terdapat berbagai macam suku, ras, adat dan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia termasuk kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Salah satu daerah yang memiliki kebudayaan adalah Upacara Kasada di Gunung Bromo di desa Tengger Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama. Gunung Bromo merupakan salah satu gunung yang masih aktif dan objek pariwisatanya masih banyak dikunjungi wisatawan dari dalam negeri maupun wisatawan dari luar negeri. Tingginya mencapai 2.400 meter diatas permukaan laut. Padang Savana yang sangat sejuk dan kita dapat melihat padang pasir yang sangat luas. Di Gunung Bromo terdapat Pananjakan yang dapat digunakan untuk melihat matahari terbit. Selain terdapat pananjakan Gunung Bromo juga terdapat kawah. Kawah yang terdapat di Gunung Bromo digunakan untuk ritul melemparkan sesaji. Sesaji tersebut berisi berupa hasil bumi masyarakat setempat seperti sayur – sayuran, buah – buahan, dan lain – lainnya.
Masyarakat Bromo disebut dengan masyarakat Suku Tengger. Masyarakat Suku Tengger adalah masyarakat yang memeluk agama Hindu. Masyarakat Suku Tengger memiliki upacara adat yang bertujuan untuk wujud syukur atas karunia yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Suku Tengger. Upacara adat di Suku Tengger di sebut dengan Upacara Kasada.
Pada masa dahulu saat – saat kerajaan majapahit alami serangan dari beragam tempat masyarakat pribumi kebingungan untuk melacak area tinggal sampai selanjutnya mereka terpisah jadi 2 sisi yan pertama menuju ke gunung bromo serta yang ke-2 menuju bali. Ke 2 area ini sampai saat ini memiliki 2 kesamaan yakni sama -sama berpedoman keyakinan beragama hindu.
Pada masa Majapahit lah Upacara Kasada mulai dilaksanakan dan Gunung Bromo lah sebagai tempat yang suci di Suku Tengger.
Upacara kasada merupakan Upacara yang bermula dari cerita Ki seger dan Nyai Anteng. Mereka berdua suami isteri hidup rukun. Tidak pernah terlintas kemurungan maupun kesedihan dalam wajahnya. Mereka merasakan nikmat kebutuhan hidup mereka. Keadaan alam sekitar tempat tinggal suami isteri tersebut sangatlah menyenangkan. Kebahagiaan dan kedamaian telah dilaluinya. Barulah mereka tersentak dan sadar bahwa mereka pun merasakan kesepian tanpa kehadiran anak sampai usia senja. Keinginan mempunyai anak semakin besar. Mereka menempuh jalan dengan cara bersemedi agar mendapatkan anak. Setiap hari mereka berdoa di kaki Gunung Bromo. Karena doa dan tapa tiada henti setiap hari, akhirnya mereka pun dikabulkan oleh Dewa Brahma. Pada saat bertapa, Nyai Anteng mendengar suara bahwa kelak ia akan melahirkan dua puluh lima orang anak, asal anak pertama harus dikorbankan. Saat itu Nyai Anteng menyatakan kesediaannya. Yang penting segera dikaruniai anak. Waktu berjalan terus. Apa yang didengar waktu bersemedi menjadi kenyataan. Nyai Anteng hamil. Mereka berdua merasa senang dan bahagia, karena anak yang didambakan akhirnya akan datang juga. Setelah genap bulannya, Nyai Anteng melahirkan seorang anak laki-laki. Anak tersebut diberi nama Kusuma. Bayi tersebut tumbuh dengan cepatnya. Anak Nyai Anteng pun genaplah berjumlah 25 orang anak. Mereka hidup dengan penuh kegembiraan dan ketenteraman. Sampai-sampai Nyai Anteng dan Ki Suger lupa akan janjinya. Meski lama tenggang waktunya, namun janji tetaplah janji. Pada saatnya akan ditagih juga. Gunung Bromo mulai memberi tanda-tanda peringatan. Suara Gunung Bromo gemuruh, asap berkepul-kepul. Nyai Anteng dan Ki Seger pun teringat akan janjinya. Perasaan sedih dan sesal meresahkan hati mereka. Dari hari ke hari, Nyai Anteng semakin menderita tekanan batin, karena harus menyerahkan anak pertama yang paling tampan dan paling disayang. Sementara Gunung Bromo semakin bereaksi terus. Letusan-letusan mulai terjadi, lelehan lahar pun dengan derasnya. Saat itu pun Nya Anteng bermimpi bahwa Dewa Brahma menagih janji. Bila tidak ditepati, kedua puluh lima anaknya sekaligus akan diminta secara paksa. Selesai mendengar ucapan Dewa Brahma, terbangun Nyai Anteng dari tidurnya. Ia tidak dapat berbicara, ia hanya menangis terus, teringat akan mimpinya. Kusuma anak pertama, sudah menginjak dewasa. Nyai Anteng menceritakan semua yang membuatnya merasa sedih. Kusuma melihat ibunya sedih terus setiap hari. Hatinya sedih. Dan Kusuma mau menjadi korban Gunung Bromo. Begitu terharu mendengar kata-kata anaknya hingga sang ayah dan ibunya jatuh pingsan. Pada hari yang telah ditentukan, dibawalah Kusuma ke kawah Gunung Bromo. Ia diserahkan sebagai korban. Kemudian ia dilemparkan ke kawah Gunung Bromo dengan disaksikan oleh orang-orang di sekitar kaki Gunung Bromo. Korban Kusuma oleh Nyai Anteng dan Ki Seger diterima oleh Dewa. Sejak peristiwa itu Gunung Bromo tidak lagi terdengar suara gemuruh. Jadilah Gunung Bromo tenteram, tenang, kembali seperti semula. Petani mulai mengerjakan sawah dengan tenteram dan aman. Demikian juga Nyai Anteng dan Ki Seger serta kedua puluh empat anaknya hidup dengan tenang. Sampai kini masyarakat Tengger mengadakan upacara korban di bawah Gunung Bromo untuk menghormati roh Kusuma. Upacara korban yang masyarakat sebut dengan Upacara Kasada. Namun yang dijadikan korban bukan lagi manusia melainkan berupa sesaji kepala kerbau dan hasil panen lainnya.
Upacara Kasada dilaksanakan pada tanggal 14 – 15 bulan kasada atau pada bulan purnama tampak dilangit secara utuh setiap setahun sekali. Pada saat Upacara, masyarakat Tengger berkumpul dengan membawa hasil bumi, seperti sayur mayor, ternak peliharaan dan ayam sebagai sesaji yang disimpan dalam tempat yang bernama ongkek. Pada saat di kawah Gunung Bromo, seluruh sesaji tersebut di lemparkan kedalam kawah tersebut. Upacara ini merupakan Upacara untuk ujian bagi Pulun Mulenen atau Dukun baru yang disah kan sebagai dukun, jika Dukun baru keliru dalam membacaan mantra maka dukun tersebut gagal menjadi Dukun baru.
Pada pukul 24.00 dilaksanakan pelantikan dukun dan mpemberkatan di lautan pasir Gunung Bromo. Masyarakat Tengger menganggap dukun adalah pemimpin dalam bidang keagamaan yang biasanya memimpin upacara – upacara ritual perkawinan.
Menurut masyarakat Tengger, sesaji yang dilemparkan di kawah Gunung Bromo merupakan bentuk rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Yang mengikuti Upacara Kasada tidak hanya masyarakat Suku Tengger tetapi masyarakat diluar Tengger juga mengikuti Upacara Kasada dan ada yang hanya melihatnya saja.
Jika kita berminat untuk melihat Upacara Kasada datang sebelum tengah malam karena ramainya persiapan para dukun adat dan masyarakat setempat. Untuk menuju di kawah Gunung Bromo masyarakat dapat menggunakan motor atau juga dapat menggunakan kendaraan pribadi.
Kebudayaan masyarakat Tengger di Kabupaten Probolinggo adalah Upacara Kasada. Tradisi ini telah lama berkembang di masyarakat Tengger. Di dalam Upacara Kasada terdapat nilai nilai kearifan local yaitu Nilainya seimbang antara budaya,agama, dan adat Upacara kasada merupakan wadah bagi masyarakat Tengger dalam upaya pelestarian budaya Upacara kasada sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan atas pemberian berkah yang dilimpahkan kepada masyarakat Suku Tengger.Tujuan dari upacara kasada salah satunya merekatkan hubungan antara masyarakat. Dan tradisi ini dapat dipertahankan, baik secara moral maupun materiil.
Bagus, tapi untuk penulisan untuk lebih di rapikan..
okee kaka, maksih buat kritikanya 🙂
Daftar pustakanya mana kk, biar tidak dikira plagiat hehe
waaaaa
wweeeeee, hahaha
wwwweeee, hahaha
kira-kira ada atau tidak prosesi persembahan sesaji di bulan purnama selain pada masyarakat bromo?