index 3A. PENGERTIAN

Kelompok sosial merupakan elemen yang terpenting sebagai syarat terbentuknya sebuah masyarakat. Tanpa adanya kelompok sosial didalamnya masyarakat tidak akan bisa berkembang dan mempertahankan diri.

“Kelompok sosial merupakan kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi” (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt).
Manusia menjadi anggota dari berbagai macam kelompok sosial, bahkan sejak lahir dan dibesarkan. Kelompok sosial dengan demikian menjadi suatu bagian yang sangat penting dalam kehidupan sehingga perlu diketahui serta dimengerti.

Didalam masyarakat indonesia yang multikultur, kelompok sosial dapat diklarifikasikan berdasarkan berbagai kriteria ukuran. George Simmel mengambil ukuran besar kecilnya jumlah anggota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok tersebut.

J.A.A Van Doorn, membagi kelompok sosial atas dua kelompok yaitu:

  1. Kelompok informal, merupakan suatu kelompok yang tidak mempunyai struktur atau organisasi tertentu. Dalam kelompok ini biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang. Misalnya seperti kelompok diskusi dan kelompok belajar.
  2. Kelompok formal, merupakan kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan para anggotanya untuk mengatur hubungan diantara mereka, seperti memilih ketua kelompok dan menetapkan adanya iuran anggota. Dalam kelompok formal ini biasanya ada pada perkumpulan pelajar, mahasiswa, pemerintah dan partai politik.

Kelompok sosial yang ada di masyarakat biasanya juga akan melahirkan interseksi (persilangan) dan konsolidasi keanggotaan masyarakat. Interseksi dan konsolidasi dapat terjadi antara ras dengan agama, klan dengan suku bangsa, suku bangsa dengan agama dan seterusnya.

B . Bentuk-Bentuk Kelompok Sosial

            Masyarakat indonesia yang multikultur memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok sosial. Berdasarkan ciri-ciri dan kategorinya, ada beberapa bentuk kelompok sosial yaitu:

  1. In-group dan out-group

Sikap-sikap in-group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Adapun sikap-sikap out-group terkadang ditandai dengan antagonisme atau antipati. Misalnya steve adalah orang Amerika Serikat berkulit putih sehingga in-groupnya adalah masyarakat berkulit putih sedangkan out-groupnya adalah masyarakat Afro-Amerika (orang negro).

  1. Primary group dan secondary group

Dalam hal ini digunakan klasifikasi berdasarkan perbedaan antara kelompok kecil dimana hubungan anggotanya rapat sekali, dan kelompok yang lebih besar. Menurut Charles Horton Cooley, primary groupmerupakan kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri saling mengenal anggotanya, kerjasama erat yang bersifat pribadi dan salah satu hasilnya adalah peleburan dari individu-individu dalam satu kelompok sehingga tujuan individu menjadi tujuan kelompok. Sedangkan secondary group adalah kelompok besar yang terdiri atas banyak orang yang hubungannya tidak saling mengenal dan sifatnya tidak langgeng.

  1. Paguyuban dan patembayan

Konsep ini dikembangkan oleh Ferdinand Tonnies yang kurang lebih sama dengan konsep primary group dan secondary group. Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungannya adalah rasa cinta, misalnya keluarga dan kelompok kekerabatan. Sedangkan patembayan adalah ikatan untuk jangka waktu yang pendek bersifat formal dan mekanis. Misalnya ikatan antar pedagang serta organisasi buruh dalam suatu pabrik.

Dari kedua bentuk tersebut dapat dilihat bahwa dalam masyarakat paguyuban, hubungan kelompok primer lebih dominan sedangkan dalam masyarakat patembayan yang dianggap penting adalah hubungan kelompok sekunder.

  1. Membership groupdan reference group

Membership group adalah suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.

 

Klasifikasi Durkheim

  1. Kelompok sosial yang didasarkan pada solidaritas mekanik

Merupakan ciri dari masyarakat yang masih sederhana dan belum mengenal pembagian kerja. Yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Seluruhan warga masyarakat diikat oleh kesadaran kolektif, yaitu kesadaran bersama.

  1. Kelompok sosial yang didasarkan pada solidaritas organik

Merupakan bentuk solidaritas yang telah mengenal pembagian kerja. Bentuk solidaritas ini bersifat mengikat, sehingga unsur-unsur didalam masyarakat tersebut saling bergantung. Karena adanya kesalingtergantungan ini, ketiadaan salah satu unsur akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup bermasyarakat.

Klasifikasi Ferdinand Tonnies

  1. Gemeinschaf

Merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif. Suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Contohnya adalah ikatan perkawinan, agama, Bahasa, adat, dan rumah tangga.

  1. Gesellschaft

Merupakan kehidupan public sebagai sekumpulan orang yang secara kebetulan hadir bersama, tetapi setiap orang tetap mandiri. Bersifat sementara dan semu. Contohnya adalah ikatan pekerja dan ikatan pengusaha.

Klasifikasi Charles H. Cooley dan Ellsworth Farris

  1. Kelompok primer

Ditandai dengan pergaulan, kerja sama, dan tatap muka yang intim. Ruang lingkup kelompok primer yang terpenting adalah keluarga, teman bermain pada masa kecil, rukun warga, dan komunitas orang dewasa.

  1. Kelompok sekunder

Kelompok sekunder yang formal, tidak pribadi, dan berciri kelembagaan. Contohnya adalah koperasi dan partai politik

C. Syarat dan Ciri Kelompok Sosial

Robert K. Merton menyebutkan tiga kriteria suatu kelompok :

  1. Memiliki pola interaksi
  2. Pihak yang berinteraksi mendefinisikan dirinya sebagai anggota kelompok
  3. Pihak yang berinteraksi didefinisikan oleh orang lain sebagai anggota kelompok

Menurut Soerjono Soekanto, himpunan manusia baru dapat dikatakan sebagai kelompok sosial apabila memiliki beberapa persyaratan berikut :

Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok yang bersangkutan

Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lain dalam kelompok itu.

Ada suatu faktor pengikat yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok, sehingga hubungan di antara mereka bertambah erat. Faktor tadi dapat berupa kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain

Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku yang sama

Bersistem dan berproses

D. Faktor Pendorong Timbulnya Kelompok Sosial

      Pada proses pembentukan kelompok sosial pun demikian, ada faktor-faktor tertentu yang mendorong manusia untuk membentuk dan bergabung dalam suatu kelompok sosial tertentu. Adapun dorongan tersebut antara lain :

  1. Dorongan untuk mempertahankan hidup

Dengan manusia membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial yang telah ada, maka secara tidak langsung manusia tersebut telah berusaha mampertahankan hidupnya, karena kebutuhan hidupnya  tidak mungkin akan terpenuhi dengan hidup menyendiri. Selain itu dengan adanya kelompok sosial, hubungan manusia semakin luas sehingga kemanapun ia pergi akan senantiasa merasa aman.

  1. Dorongan untuk meneruskan keturunan

Tidak dapat dipungkiri bahwa semua makhluk hidup mempunyai sifat alamiah yang sama, yakni meneruskan keturunan. Dengan kelompok sosial itulah seseorang akan menemukan pasangannya masing-masing, sehingga dengan demikian dorongan untuk meneruskan keturunan ini dapat tercapai.

  1. Dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja

Di era modern seperti sekarang ini manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan yang efektif dan efisien dan memperoleh hasil kerja yang maksimal. Oleh sebab itu dengan adanya kelompok sosial akan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Misalnya pada kelompok formal, dengan adanya pembagian tugas yang jelas maka pekerjaan yang dihasilkan akan dapat maksimal.

E. Faktor Pembentuk Kelompok Sosial

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

  1. Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan. Kedekatan geografis daerah asal, ketika seseorang merantau ke suatu tempat dan bertemu dengan orang yang sama-sama merantau dan berasal dari daerah yang sama, maka orang tersebut merasa ada ikatan batin, meskipun semula belum saling mengenal ketika masih di daerah asal.

  1. Kesamaan

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan kesamaan yang dimaksud antara lain:

  1. Kesamaan kepentingan : Dengan adanya dasar utama adalah kesamaan kepentingan maka kelompok sosial ini akan bekerja sama demi mencapai kepentingan yang sama tersebut.
  2. Kesamaan keturunan : Sebuah kelompok sosial yang terbentuk atas dasar persamaan keturunan biasanya orientasinya adalah untuk menyambung tali persaudaraan, sehingga masing-masing anggotanya akan saling berkomitmen untuk tetap aktif dalam kelompok sosial ini untuk menjaga tali persaudaraan agar tidak terputus.
  3. Kesamaan nasib : Dengan kesamaan nasib/ pekerjaan/ profesi, maka akan terbentuk kelompok sosial yang mewadahinya untuk meningkatkan taraf maupun kinerja masing-masing anggotanya.

F. Hubungan Antarkelompok dalam Masyarakat

Dimensi Hubungan Antarkelompok

Menurut Kinloch, hubungan antarkelompok memiliki beberapa kriteria sebagai berikut.

  1. Kriteria fisiologis, didasarkan pada persamaan jenis kelamin, usia, dan ras
  2. Kriteria kebudayaan, diikat oleh persamaan budaya, seperti kelompok etnik suku bangsa, ataupun persamaan agama
  3. Kriteria ekonomi, dibedakan antara mereka yang memiliki kekuasaan ekonomi dan yang tidak
  4.  Kriteria perilaku, didasarkan pada cacat fisik, cacat mental, dan penyimpangan terhadap aturan masyarakat

 

Dalam hubungan antar kelompok terdapat empat dimensi;

  1. Dimensi sejarah, diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antarkelompok. Hal tersebut terkait dengan timbulnya stratifikasi etnik, stratifikasi jenis kelamin, dan stratifikasi usia
  2. Dimensi sikap, timbulnya prasangka (prejudice) atau stereotip
  3. Dimensi institusi, dapat berupa institusi politik dan ekonomi
  4. Dimensi gerakan sosial, baik diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun oleh mereka yang ingin mempertahankan keadaan yang sudah ada.

 

Pola hubungan antarkelompok

  1. Akulturasi, terjadi ketika kebudayaan kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur
  2. Dominasi, terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Kornblum menyatakan bahwa terdapat empat macam kemungkinan proses yang dapat terjadi dalam suatu hubungan antarkelompok,
  3. Genosida adalah pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota kelompok tertentu
  4. Pengusiran
  5. Perbudakan
  6. Segresi, yaitu pemisahan antara warga kulit putih dan hitam (apartheid)
  7. Asimilasi, interaksi antara dua kelompok yang berbeda kebudayaannya sehingga memunculkan kebudayaan campuran
  8.  Paternalism, bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi
  9. Integrasi, suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada perbedaan ras tersebut.
  10. Pluralism, suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak politik dan hak perdata masyarakat.

Stanley Lieberson, mengklasifikasikan pola hubungan antar kelompok menjadi dua pola,

  1. Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi (migrant superordinate)
  2. Pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang (indigenous superordinate)

Sumber.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi 2:Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta. Esis Erlangga

Murdiyatmoko, Janu. 2008. Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung: Grafindo Media Pratama

Yad Mulyadi dkk. 2013. Sosiologi SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

https://blog.unnes.ac.id/triyuliana/2015/12/09/materi-sosiologi-kelas-xi-bab-1-pembentukan-kelompok-sosial/(diunduh pada hari jum’at 11 desember 2015 pukul 19.30}