Konsep Kesenian –
Kesenian merupakan hasil unsur kebudayaan yang sudah sangat menyatu dengan kehidupan kita sehari-hari. Coba kamu bayangkan seandainya dalam kehidupan ini tidak ada kesenian, seperti musik, tari-tarian, puisi atau seni pertunjukan, pasti kehidupan kita akan terasa kering, hampa dan sangat menjemukan.
Dalam konteks sederhana, keseniaan adalah sesuatu yang sifatnya menghibur. Namun lebih mendalam, kesenian menjadi alat atau sarana manusia untuk mengekspresikan dirinya. Ekspresi timbul karena adanya pikiran dan suasana kehidupan. Ekspresi yang timbul karena intensi pikiran misalnya konsep dan struktur pikiran. Sedangkan ekspresi yang muncul karena suasana misalnya ketika kamu sedang merasa bahagia karena akan dibelikan sepeda motor oleh orang tuamu. Sepanjang hari mungkin kamu akan mengekspresikan suasana kegembiraan tersebut dengan menyanyi atau tertawa ceria. Nah, dari penjelasan tersebut, apakah kamu telah mendapatkan gambaran tentang konsep kesenian? Apa saja bentuk-bentuk kesenian dan bagaimana perkembangan kesenian di Indonesia? Kamu akan mempelajarinya berikut ini.
Pengertian Kesenian
Apakah pengertian atau definisi kesenian? Ada berbagai definisi kesenian yang disajikan di sini. Kamu dapat menelaah satu persatu, kemudian membuat definisi dengan bahasamu sendiri. Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Kata seni berasal dari kata ”sani” yang kurang lebih artinya ”jiwa yang luhur atau ketulusan jiwa”. Menurut kajian ilmu di Eropa, seni disebut ”art” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. kesenian, seni rupa, seni sastra, seni musik, seni pertunjukan, seniman, karya seni, tradisional, modern, apresiasi Dampak perkembangan seni di Indonesia Bentuk seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan. Kesenian di Indonesia Fungsi seni rupa, seni sastra, dan seni pertunjukan. Hubungan karya seni dengan seniman dan masyarakat.
Menurut Suharto Rijoatmojo dalam buku Ethnologie, kesenian adalah segala sesuatu ciptaan manusia untuk memenuhi atau untuk menunjukkan rasa keindahan. Keseniaan merupakan hasil dari unsur budaya manusia, yaitu rasa. Definisi kesenian lainnya adalah menurut Alexander Alland, sebagaimana yang dituliskan oleh Marvin Harris. Ia menyatakan bahwa kesenian adalah bermain dengan menghasilkan bentuk transformasi representatif yang estetik. Pendapat tersebut,dapat dijabarkan berikut ini. Bermain adalah kesenangan, aspek aktivitas kepuasan yang tidak dapat diukur. Bentuk adalah bangunan yang dibentuk pada waktu dan ruang bermain di dalam kesenian. Estetik adalah eksistensi kapasitas manusia secara universal sebagai suatu apresiasi emosi dan kesenangan. Adapun perwujudan transformasi adalah aspek komunikasi suatu kesenian. Kesenian selalu mewakili sesuatu dan mengomunikasikan informasi. Komunikasi di dalam kesenian berbeda dengan komunikasi lain. Komunikasi di dalam kesenian harus diubah ke dalam bentuk kiasan atau pernyataan simbolik.
Kamu telah memahami berbagai pengertian kesenian. Lalu sejak kapan kesenian ini muncul? Berdasarkan penelitian para ahli, seni atau karya seni sudah ada kurang lebih sejak 60.000 tahun yang lalu. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak atau bukti ini mirip lukisan modern yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebasan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia purba dengan manusia modern adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Manusia purba membuat karya seni atau penanda kebudayaan sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia modern membuat karya seni atau penanda kebudayaan digunakan untuk kepuasan pribadi dan menggambarkan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain, manusia modern adalah sosok yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berpikir yang lebih luas.
Saat ini, kesenian terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia. Perkembangan kesenian juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Oleh karena itu, tidak heran apabila kamu menemukan bidang-bidang seni baru.
Bentuk-Bentuk Kesenian
Jenis atau bentuk kesenian apa saja yang biasa kamu nikmati seharihari? Bagi kamu yang menyukai musik, mungkin kamu terbiasa mendengarkan lagu-lagu dari radio, handphone, atau menonton konser musik penyanyi favorit kamu. Dari siaran televisi, kamu juga biasa menikmati berbagai bentuk kesenian, mulai dari film hingga pertunjukkan lawak. Mungkin, kamu juga pernah menonton pameranpameran seni lukis dan kerajinan. Begitu banyak bentuk kesenian di sekitar kita, mulai dari yang tradisional hingga kesenian kontemporer. Biasanya, antropolog menyoroti seni sebagai suatu gejala kebudayaan, yaitu dengan aktivitas menyusun katalog, memotret, mencatat, dan mendeskripsikan seluruh bentuk kegiatan imajinatif pada suatu kebudayaan tertentu. Hasil imajinasi tersebut adalah berbagai jenis seni seperti musik, tarian sosial, legenda, pakaian, selimut, gaya tembikar, hiasan bangunan, monumen, dan lain-lain. Namun secara garis besar, beberapa bentuk kesenian tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.
- Seni Rupa
Seni rupa merupakan cabang seni yang membentuk karya seni yang bisa ditangkap oleh mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan yang diberikan oleh seni rupa merupakan hasil olahan dari konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Secara kasar, terjemahan seni rupa dalam bahasa Inggris adalah fine art.Namun, sesuai perkembangan seni modern istilah ini menjadi lebih khusus kepada pengertian seni rupa murni. Hal ini untuk membedakan dengan istilah seni kriya atau visual arts. Apabila dilihat dari ukurannya, seni rupa dapat berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Seni rupa dua dimensi terdiri atas satuan panjang dan lebar, misalnya lukisan atau kartun. Sedangkan seni rupa tiga dimensi terdiri atas ukuran panjang, lebar, dan tinggi misalnya patung dan kerajinan.
1) Bidang- Bidang Seni Rupa
Bidang-bidang seni rupa terdiri atas:
- Seni Rupa Murni. Seni rupa murni adalah bidang seni rupa yang mengutamakan cipta, rasa dan karsa manusia pada sesuatu yang indah untuk mengekspresikan diri. Yang tergolong seni rupa murni antara lain seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi, seni keramik, seni film, dan seni fotografi.
- Seni Rupa Terapan (Seni Kriya). Seni rupa terapan adalah bidang seni rupa yang menciptakan karya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Yang tergolong seni kriya adalah kriya tekstil, kriya kayu, kriya keramik, dan kriya rotan.
- Desain. Seni rupa desain merupakan bidang seni rupa yang mempelajari rancang bangun atau bentuk suatu karya seni. Yang tergolong dalam seni rupa desain antara lain arsitektur, desain grafis, desain interior, desain busana, dan desain produk.
2) Fungsi Seni Rupa
Di depan telah dijelaskan bahwa dengan berkesenian, manusia mampu mengekspresikan pikiran dan suasana lingkungan yang melingkupi dirinya. Demikian pula dengan seni rupa, bidang seni rupa memiliki beberapa fungsi atau peranan dalam kehidupan manusia, antara lain:
- Media atau sarana komunikasi.
- Media atau sarana mengekspresikan diri atau untuk mencapai kepuasan batin.
- Menambah keindahan barang-barang atau produk yang diciptakan manusia sehingga nilai ekonominya meningkat.
- Sebagai pelengkap kebutuhan hidup.
- Sebagai suatu kebanggaan pribadi atau individu.
- Seni Sastra
Apakah kamu termasuk orang yang gemar membaca? Jenis bacaan apa saja yang sering kamu nikmati? Banyak sekali manfaat yang kamu peroleh apabila kamu rajin membaca. Kamu akan lebih tahu banyak hal dan dengan bekal pengetahuan itu, kamu akan mudah menganalisis berbagai masalah dan mampu mencari solusinya. Nah, apakah kamu dapat membedakan mana bacaan atau buku yang tergolong hasil karya seni sastra dan bukan? Untuk mengetahuinya, kamu perlu memahami pengertian seni sastra berikut ini.
1) Pengertian Seni Sastra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, sastra adalah bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari). Definisi kedua menurut kamus ini adalah karya tulis, yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Istilah sastra sendiri, berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ”tulisan” atau ”karangan”. Sastra biasanya diartikan sebagai karangan dengan bahasa yang indah dan isi yang baik. Bahasa yang indah artinya bisa menimbulkan kesan dan menghibur pembacanya. Isi yang baik artinya berguna dan mengandung nilai pendidikan. Bentuk fisik dari sastra disebut karya sastra. Penulis karya sastra disebut sastrawan. Dalam Bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada ”kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi kata ”sastra” bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah ini indah atau tidak.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini, sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya, kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa lokal. Misalnya, kamu yang bersekolah di Yogyakarta dan Jawa Tengah akan mempelajari sastra Jawa, teman-temanmu yang bersekolah di Jawa barat akan mempelajari sastra Sunda, dan seterusnya. Dari ketiga sumber di atas, arti kata sastra selalu mengarah pada inti yang sama berikut ini. Menurutmu apakah setiap karya sastra harus bersifat mendidik?
- Sastra berupa bahasa, untaian kata-kata, gaya bahasa, ungkapan.
- Sastra tercurah dalam bentuk kitab, karya tulis, tulisan, karangan, lisan.
- Sastra bernilai seni, indah, artistik, asli sastra berisi ajaran, pendidikan, instruksi, dan pedoman.
2) Bidang Seni Sastra
Seni sastra tidak hanya berhubungan dengan tulisan tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Oleh karena itu, seni sastra bisa dibagi menjadi dua, yaitu:
- Seni Sastra Tulis. Sesuai namanya, seni sastra tulis merupakan bentuk karya sastra yang dituangkan dalam bentuk tulisan, yaitu kombinasi huruf yang mempunyai makna atau arti. Banyak sekali jenis seni sastra tulisan yang berkembang di masyarakat, misalnya dalam bentuk prosa, puisi, cerita fiksi, dan essai.
- Seni Sastra Lisan. Seni sastra lisan disampaikan dengan bahasa lisan , yaitu dengan dituturkan secara langsung kepada pendengar, dengan atau tanpa iringan musik tertentu.
3) Fungsi Seni Sastra
Seni sastra yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra memiliki beberapa fungsi penting dalam masyarakat, di antaranya:
- Sarana Menyampaikan Pesan Moral Sastrawan menulis karya sastra, antara lain untuk menyampaikan model kehidupan yang diidealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh. Dengan karya sastranya, sastrawan menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat itu pada hakikatnya universal, artinya diyakini oleh semua manusia. Pembaca diharapkan dalam menghayati sifatsifat ini dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan nyata. Moral dalam karya sastra atau hikmah yang akan disampaikan oleh sastrawan selalu dalam pengertian yang baik karena pada awal mula semua karya sastra adalah baik. Jika dalam cerita ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang tidak terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh antagonis maupun protagonis, bukan berarti sastrawan menyarankan bertingkah laku demikian. Membaca diharapkan dapat mengambil hikmah sendiri dari cerita. Sesuatu yang baik justru akan lebih mencolok bila dikonfrontasikan dengan yang tidak baik.
- Sarana Menyampaikan Kritik. Seni sastra, terutama sastra tulisan dapat menjadi sarana untuk menyampaikan kritik atas fenomena sosial maupun politik dalam masyarakat. Misalnya, novel atau puisi yang mengemukakan masalah kemiskinan, perbedaan gender Terlepas dari berbagai definisi yang disebutkan, kamu perlu mencoba mendefinisikan ulang apa itu sastra dan sastrawan secara sederhana. antara pria dan wanita, atau kesenjangan sosial. Melalui sastra, masyarakat pembaca menjadi berempati dan bersimpati yang pada akhirnya akan tergugah untuk berpartisipasi menyelesaikan masalah-masalah sosial tersebut.
- Menumbuhkan Rasa Nasionalisme dan Penghargaan terhadap Kebudayaan Daerah Sebagai bagian dari kebudayaan nasional, seni sastra Indonesia merupakan wahana ekspresi budaya dalam rangka upaya ikut memupuk kesadaran sejarah serta semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme dalam seni sastra tidak hanya aktual pada masa revolusi saja, tetapi di era globalisasi yang dapat mengancam sendi-sendi nasionalisme suatu bangsa.
Seni Pertunjukan
Dalam bahasa Inggris, seni pertunjukan dikenal dengan istilah perfomance art.Seni pertunjukan merupakan bentuk seni yang cukup kompleks karena merupakan gabungan antara berbagai bidang seni. Jika kamu perhatikan, sebuah pertunjukan kesenian seperti teater atau sendratari biasanya terdiri atas seni musik, dialog, kostum, panggung, pencahayaan, dan seni rias. Seni pertunjukan sangat menonjolkan manusia sebagai aktor atau aktrisnya.
Seni pertunjukan dibagi dua yaitu seni pertunjukan tradisional dan seni pertunjukan modern atau yang muncul belakangan ini. Apabila dilihat dari perkembangannya akan terlihat bahwa seni pertunjukan tradisional kalah berkembang dengan seni pertunjukan modern. Apabila tidak diantisipasi dengan baik, bukan tidak mungkin seni pertunjukan tradisional tersebut akan hilang.
- Seni Pertunjukan Tradisional
Di dalam setiap pementasannya, beberapa bentuk kesenian tradisional selalu membawa misi yang ingin disampaikan kepada penonton. Misi atau pesan itu dapat bersifat sosial, politik, moral dan sebagainya. Sebenarnya dalam setiap pertunjukan seni tradisional ada beberapa nilai tertentu yang dikandungnya. Seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi ritual, fungsi pendidikan sebagai media tuntunan, fungsi atau media penerangan atau kritik sosial dan fungsi hiburan atau tontonan.
Untuk memenuhi fungsi ritual, seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak pada aturan-aturan tradisi. Misalnya sesaji sebelum pementasan wayang, ritual-ritual bersih desa dengan seni pertunjukan dan sesaji tertentu, pantanganpantangan yang tidak boleh dilanggar selama pertunjukan dan lain-lain. Sebagai media pendidikan, pertunjukan tradisional mentransformasikan nilai-nilai budaya yang ada dalam seni pertunjukan tradisional tersebut. Oleh karena itu, seorang seniman betul-betul dituntut untuk dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang dibawakannya. Seni pertunjukan tradisional (wayang kulit, wayang orang, ketoprak) sebenarnya sudah mengandung media pendidikan pada hakikat seni pertunjukan itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya dan juga dalam ceritanya. Misalnya pertentangan yang baik dan yang buruk akan dimenangkan yang baik, kerukunan Pandawa, nilai-nilai kesetiaan dan lain-lain.
Pada masa sekarang ini seni pertunjukan tradisional cukup efektif pula sebagai media penerangan ataupun kritik sosial, baik dari pemerintah atau dari rakyat. Misalnya pesan-pesan pembangunan, penyampaian informasi dan lain-lain. Sebaliknya rakyat dapat mengkritik pimpinan atau pemerintah secara tidak langsung misalnya lewat adegan goro-goro pada wayang atau dagelan pada ketoprak. Hal ini disebabkan adanya anggapan mengkritik (lebih-lebih) pimpinan atau atasan adalah “tabu”. Melalui sindiran atau guyonan dapat diungkap tentang berbagai ketidakberesan yang ada, tanpa menyakiti orang lain. Sebagai media tontonan seni pertunjukan tradisional harus dapat menghibur penonton, menghilangkan stres dan menyenangkan hati. Sebagai tontonan atau hiburan seni pertunjukan tradisional ini biasanya tidak ada kaitannya dengan upacara ritual.
Pertunjukan ini diselenggarakan benar-benar hanya untuk hiburan misalnya tampil pada peringatan kelahiran, resepsi pernikahan dan lain-lain. Seni pertunjukan tradisional sekarang ini keadaannya semakin memprihatinkan, panggung hiburan gulung tikar karena ditinggal penonton sehingga tidak ada pemasukan atau uang. Keadaan seniman yang hanya mengandalkan kehidupannya dari sini tentu saja memprihatinkan. Agar tidak berlarut-larut harus dicari jalan keluarnya. Keberadaan atau maju mundurnya seni pertunjukan tradisional sebenarnya dipengaruhi dua hal yaitu seniman (pekerja/pelaku seni) dan masyarakat pendukungnya.
- Seni Pertunjukan Modern
Contoh pertunjukan modern antara lain drama, opera, fragmen, teater, dan film. Seni pertunjukan modern banyak ditampilkan di media elektronik seperti televisi.
Seni Musik
Di dalam antropologi ada cabang ilmu khusus yang mempelajari musik yaitu etnomusikologi. Etnomusikologi adalah cabang antropologi yang mempelajari dan mengamati kesenian rakyat. Seni musik merupakan keterampilan kreatif individual yang dapat dipupuk dan dapat merupakan kebanggaan seseorang karena telah menciptakan atau memainkannya. Melalui musik, nasihat atau pesan dapat disampaikan lebih mudah karena didengar atau diperdengarkan berulang kali. Sifat nyanyian adalah didaktis, inspiratif, religius, politis, emosional, simbolis dan mudah diingat. Musik memiliki beberapa fungsi, yaitu:
- Komunikasi secara merata melalui perasaan atau pengalaman hidup
- Menyampaikan nilai sebagai fungsi sosial
- Memberi inspirasi
- Menyampaikan nilai religius.[gs]
Bentuk-Bentuk Seni yang Berkembang di Indonesia – Indonesia memiliki kesenian yang luar biasa indahnya. Itu pun terdiri dari bermacam-macam bentuk kesenian. Cobalah perhatikan beberapa contoh kesenian berikut ini.
- Seni Rupa
Beberapa jenis seni rupa yang berkembang di Indonesia antara lain.
- Seni Lukis
Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.
Akar seni lukis di Indonesia adalah kebudayaan Austronesia yang datang sekitar 5000 abad yang lalu. Bukti-bukti peningalan seni rupa bangsa Austronesia adalah lukisan gua yang ditemukan di beberapa situs di Papua, bagian barat Danau Sentani, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Lukisan-lukisan itu juga ditemukan di kepulauan Kai, Tanimbar, Babar, Leti, dan Seram. Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Makna atau maksud pembuatan lukisanlukisan tersebut ditafsirkan terkait dengan perkabungan, roh nenek moyang atau roh gaib. Seni lukis modern dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain itu, harga alat lukis modern sulit dicapai penduduk biasa. Salah seorang pelukis terkenal Indonesia pada era kolonial adalah Raden Saleh Bustaman Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah kerakyatan. Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950-an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.
- Seni Patung
Seni rupa bangsa Indonesia dalam bentuk patung berasal pada masa megalitik yang beberapa tradisinya masih bertahan hingga saat ini. Patung-patung pada masa prasejarah umumnya melambangkan kesuburan, nenek moyang, atau pendiri kerajaan. Beberapa contoh patung tradisional adalah patung leluhur dari Pulau Nias yang memiliki ciri-ciri naturalis, wajah yang cenderung persegi, hidung persegi, dan telinga seperti dayung. Di daerah Batak, yang paling terkemuka adalah pahatan kubur yang disebut Penunggang Batu, monumen kubur yang menggambarkan sosok sedang duduk menunggang kuda, gajah, singa, atau bentuk-bentuk gaib. Di Kalimantan, berbagai ragam dan daya khayal patung dihasilkan oleh masyarakat Dayak. Tujuannya memeringati masyarakat yang sudah meninggal atau upacara pengayuan. Sedangkan di papua, suku Asmat menghasilkan patung-patung sosok leluhur dan diletakkan di rumah adat yang disebut Tiang Mbis. Pada era modern saat ini, para pematung sudah bekerja dengan berbagai media atau bahan. Patung-patung yang dihasilkan merupakan sarana mengungkapkan gagasan yang bentuknya telah diperhitungkan. Fungsi patung:
- Sebagai simbol.
- Sebagai imitasi atau representasi bentuk asli.
- Kristalisasi perasaan yang disebarkan.
- Sebagai benda pendukung upacara religi.
- Seni Kerajinan
Selain seni patung, seni rupa Indonesia juga menghasilkan seni kerajinan yang memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk kerajinan adalah seni anyam, tenun, tembikar, kerajinan kayu,hingga seni sesaji.
- Seni Anyam. Seni anyam merupakan kerajinan kesukuan yang umumnya dilakukan penduduk pedesaan di Indonesia. Kerajinan itu, telah menyatu dengan kegiatan keseharian masyarakat tradisional dalam menghasilkan barang keperluan sehari-hari. Seni mengayam tidak memerlukan peralatan yang rumit dan bahannya ditemukan berlimpah di desa.
- Tembikar. Indonesia memiliki kekayaan tradisi pembuatan tembikar sejak masa prasejarah. Tradisi itu telah memenuhi kebutuhan masyarakat atas perkakas sehari-hari dan benda-benda upacara. Desa tembikar tradisonal ditemukan di seluruh Indonesia kecuali di Papua.
- Kerajinan Kayu. Persediaan kayu yang melimpah di Indonesia sejak dahulu kala menyediakan bahan mentah bagi kerajinan kayu. Di antara barang-barang kerajinan kayu yang penting dalam kehidupan sehari-hari adalah perabot rumah tangga, benda penghias, dan benda pelengkap.
- Seni Sastra
Indonesia dikenal sangat kaya akan seni sastra, baik tulisan maupun lisan. Hal ini karena Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang masing-masing memiliki bahasa daerah masing-masing.
- Seni Sastra Lisan
Seni sastra lisan di Indonesia berkembang secara turun-temurun. Kebanyakan bercirikan menggunakan bahasa yang panjang lebar, pola dan susunan teksnya baku, serta ceritanya tersusun dari beragam peristiwa yang benar-benar terjadi, dongeng khayalan atau teks keagamaan. Masing-masing pencerita mempunyai keleluasaan di dalam menampilkan tradisi lisan. Bentuk seni sastra lisan yang berkembang di Indonesia, antara lain:
- Mitos atau Mite. Mitos merupakan seni sastra bersifat religius, namun memberi rasio pada kepercayaan dan praktik keagamaan. Masalah pokok yang diulas di dalam mitos adalah masalah kehidupan manusia, asal mula manusia dan makhluk hidup lain, sebab manusia di bumi, dan tujuan akhir hidup manusia. Fungsi mitos yaitu memberi penjelasan tentang alam semesta dan keteraturan hidup dan perilaku. Seni kerajinan apa yang berkembang di daerahmu? Mite yang hidup di Indonesia biasanya bercerita tentang proses terciptanya alam semesta (kosmogony), asal usul dan silsilah para dewa (theogony), pencitaan manusia pertama dan pembawa kebudayaan, asal usul makanan pokok (padi), dan sebagainya. Berikut salah satu mite yang hidup di Jawa. Konon, pada masa dahulu kala Pulau Jawa belum berpenghuni sehingga mudah terombang-ambing terkena ombak laut. Hanya Bathara Guru dan Bathari Parameswari yang berani menempatinya. Maka, agar Pulau Jawa menjadi tenang, Bathara Guru memanggil para dewa untuk datang ke Jambudwipa. Intinya mereka diperintah untuk memindahkan Gunung Mahameru ke Pulau Jawa untuk dijadikan pasak. Para dewa pun bergotong royong mengangkat gunung tersebut. Bathara Wisnu berubah menjadi tali untuk mengikat dan Bathara Brahma menjadi kura-kura untuk kendaraannya.
- Legenda. Legenda merupakan cerita yang bersifat semihistoris mengenai pahlawan, terciptanya adat, perpindahan penduduk, dan selalu berisi percampuran antara fakta dan supernatural. Legenda tidak banyak mengandung masalah, namun lebih kompleks dari mitos. Fungsinya antara lain memberi pelajaran, ajaran moral, meningkatkan rasa bangga terhadap suku bangsa atau moyangnya. Suatu legenda yang lebih panjang berbentuk puisi atau prosa ritmis dikenal dengan epik.
- Epik. Epik merupakan cerita lisan yang panjang, kadangkadang dalam bentuk puisi atau prosa ritmis yang menceritakan perbuatan-perbuatan besar dalam kehidupan orang yang sebenarnya atau yang ada dalam legenda.
- Dongeng. Dongeng merupakan suatu cerita yang tidak nyata dan tidak historis yang fungsinya untuk memberi hiburan dan memberi pelajaran atau nasihat.
Nah, kamu telah mengetahui bentuk-bentuk seni sastra lisan di Indonesia. Berikut ini adalah contoh-contoh seni sastra lisan yang hidup di Indonesia.
- Pantun Sunda. Seni sastra lisan ini merupakan penceritaan bersyair orang Sunda (Jawa Barat) dengan diiringi oleh musik kecapi. Tradisi ini biasanya dilakukan sebelum atau sesudah upacara tradisional misalnya pernikahan dan merupakan hiburan tunggal. Juru pantunmenyanyi sesuai irama kecapi yang ia petik dalam skala pentatonik(lima nada). Kecapi Sunda itu biasanya berbentuk perahu dengan 18 senar. Pantun Sunda biasanya berisi kisah cerita dari masa Kerajaan Hindu Pajajaran. Cerita ditampilkan secara bersamaan antara percakapan dan nyanyian. Salah satu pantun Sunda yang terkenal adalah Lutung Kasarung, syairnya terdiri atas 1.000 baris dan berasal dari abad XV. Semula, tradisi ini disampaikan oleh pendongeng profesional yang berkelana dari desa ke desa. Maksudnya untuk mengajarkan kepercayaan agama, sejarah, mitologi, sopan santun, dan lain-lain. Dalam perkembangannya, tradisi ini berubah menjadi cerita anakanak.
- Rabab Pariaman. Tradisi pertunjukan lisan ini berasal dari Sumatra Barat. Tukang rabab dengan ciri dialek Pariaman. Tradisi ini biasa dipertunjukkan pada pesta perkawinan, perayaan nagari, pesta pengangkatan penghulu, dan lain-lain. Cerita yang disampaikan berisi perjuangan untuk mencapai keberhasilan hidup. Tokoh dalam cerita itu menghadapi kesulitan dalam mencapai keberhasilan, kemudian mendapat tanggapan dari penonton.
- Makyong. Tradisi ini semula berasal dari Pattani, Muangthai, namun berkembang ke selatan hingga pesisir Melayu. Makyong merupakan pertunjukan teater di mana unsur-unsur drama, tari, musik, mimik, dan sebagainya tergabung menjadi satu. Semula, tradisi ini dipertunjukkan di kalangan atas Istana Kelantan dan Riau Lingga hingga tahun 1700-an. Fungsinya bukan untuk menghibur tetapi penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sultan dan istrinya dianggap wakil Tuhan, maka makyongdianggap persembahan kepada Tuhan. Dalam perkembangannya, makyongberubah menjadi pertunjukan desa sebagai hiburan atau upacara penyembuhan. Kisah yang dimainkan sebagian besar berasal dari warisan cerita-cerita istana kerajaan Melayu, biasanya berbentuk prosa tanpa naskah. Makyongantara lain terdiri atas punakawan (pengasuh) yang mengenakan topeng, wak petanda(ahli pembintangan atau orang bijak), serta para pemain yang semua diperankan oleh kaum perempuan. Salah satu kisah yang paling disukai dalam tradisi makyongadalah dewa muda.
- Wayang Kulit dan Wayang Beber. Tradisi ini merupakan tradisi lisan yang lakonnya bersumber dari legenda serta kisah lisan sastra tulis atas tradisi India dan Jawa. Wayang kulit dan wayang beber bisa ditemukan di Jawa, Bali, Sumatra Selatan, dan Jawa Barat. Tradisi wayang berbentuk teater boneka dengan menggunakan layar (kelir), gamelan, dan 400-an wayang. Hidup tidaknya pertunjukan ini ditentukan oleh dalang, karena dialah yang menguasai pertunjukan.
- Seni Sastra Tulisan
Seni sastra tulisan Indonesia menurut periodisasinya digolongkan menjadi:
- Pujangga Lama. Karya sastra Pujangga Lama di Indonesia dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di Indonesia di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan hikayat. Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri atas 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud). Pantun merupakan sejenis puisi yang terdiri atas 4 baris bersajak ab-ab atau aa-aa. Dua baris pertama merupakan sampiran, yang umumnya tentang alam (flora dan fauna). Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng, maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Beberapa karya sastra pada masa pujangga lama diantaranya Hikayat Abdullah, Hikayat Andaken Penurat, dan Hikayat Bayan Budiman.
- Sastra Melayu Lama. Merupakan karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870–1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatra seperti Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatra lainnya, Cina dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat. Beberapa contoh karya sastra Melayu lama yaitu Nyai Dasima oleh G. Francis (Indo), Bunga Rampai oleh A.F van Dewall, Kisah Perjalanan Nakhoda Bontekoe, Kisah Pelayaran ke Pulau Kalimantan, Kisah Pelayaran ke Makassar dan lain-lain
- Angkatan Balai Pustaka. Karya sastra angkatan Balai Pustaka muncul di Indonesia sejak tahun 1920–1950, yang dipelopori oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra di Indonesia pada masa ini. Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa MelayuTinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak dan bahasa Madura. Contoh karya sastra angkatan Balai Pustaka antara lain Azab dan Sengsara, Seorang Gadis oleh Merari Siregar, Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis Sutan Sati, dan Siti Nurbaya oleh Marah Rusli.
- Pujangga Baru. Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi “bapak” sastra modern Indonesia. Pada masa itu, terbit pula majalah “Poedjangga Baroe” yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastra Pujangga Baru di antaranya Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan Belenggu oleh Armijn Pane.
- Angkatan ’45. Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan ’45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik-idealistik. Misalnya, Surat Cinta Enday Rasidin, Simphoni oleh Subagio Sastrowardojo, dan Balada Orangorang Tercinta oleh W.S.Rendra
- Angkatan 66-70-an. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastranya. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Gunawan Mohammad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hurip, Sutardji Calzoum Bachri, dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B.Jassin. Seorang sastrawan pada angkatan 50–60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat perhatian. Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C Noer, Akhudiat, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Gunawan Mohammad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti, Putu Widjaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail dan banyak lagi yang lainnya. Karya Sastra Angkatan ‘66 di antaranya Amuk, Kapak, Laut Belum Pasang, Meditasi, Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur, Tergantung Pada Angin, Dukamu Abadi, Aquarium, Mata Pisau dan Perahu Kertas.
- Angkatan 80-an. Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum. Beberapa Makna Pujangga atau Bujangga adalah pemimpin agama atau pendeta. Tetapi, makna pujangga dalam pujangga baru adalah ”pencipta”. sastrawan yang dapat mewakili Angkatan dekade 80-an ini antara lain Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, dan Kurniawan Junaidi. Karya Sastra Angkatan Dasawarsa 80 antara lain Badai Pasti Berlalu, Cintaku di Kampus Biru, Sajak Sikat Gigi, Arjuna Mencari Cinta, Manusia Kamar, dan Karmila. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novelnovel Balai Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 80-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 80-an ini juga tumbuh sastra yang beraliran pop (tetapi tetap sah disebut sastra, jika sastra dianggap sebagai salah satu alat komunikasi), yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman dengan Serial Lupus-nya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih “berat”. Budaya barat dan konflik-konfliknya sebagai tema utama cerita terus mempengaruhi sastra Indonesia sampai tahun 2000.
- Angkatan 2000-an. Sastrawan angkatan 2000 mulai merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 90-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kisah novel fiksi. Apakah kamu mengenal Ayu Utami dengan karyanya Saman? Sebuah fragmen dari cerita Laila Tak Mampir di New York. Karya ini menandai awal bangkitnya kembali sastra Indonesia setelah hampir 20 tahun. Gaya penulisan Ayu Utami yang terbuka, bahkan vulgar, itulah yang membuatnya menonjol dari pengarang-pengarang yang lain. Novel lain yang ditulisnya adalah Larung.
Seni Pertunjukan
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, seni pertunjukan dibagi dua yaitu seni pertunjukan tradisional dan seni pertunjukan modern atau yang muncul belakangan ini. Bila dilihat dari perkembangannya di Indonesia maka akan terlihat bahwa seni pertunjukan tradisional kalah berkembang dengan seni pertunjukan modern. Bila tidak diantisipasi dengan baik bukan tidak mungkin seni pertunjukan tradisional tersebut akan hilang.
- Teater Rakyat atau Teater Tradisional. Di wilayah Indonesia, kita kenal berbagai jenis senipertunjukan yang lazim disebut ’teater tradisional’ (telah mentradisi), ’teater rakyat’ (karena merakyat) atau ’teater daerah’ (berciri khas daerah). Secara konvensional, yang dimaksud teater daerah terbatas pada seni pertunjukan yang memiliki ciri khas daerah tertentu. Beberapa contoh jenis teater rakyat, teater daerah, atau teater tradisional di Indonesia antara lain Bangsawan (Sumatra Utara), Randai (Sumatra Barat), Dermuluk (Sumatra Selatan), Makyong, Mendu (Riau, Kalimantan Barat), Mamanda (Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur), Ubrug, Longser, Bonjet (Jawa Barat), Lenong, Topeng, Blantik (Batawi), Mansres (Indramayu), Sintren (Cirebon), Kethoprak (Yogya, Solo, Jawa Tengah, Jawa Timur), Wayang (Kulit atau Purwa, Orang, Topeng, Golek, Sungging, Gedog, Kidang Kencana, Menak; Klitik atau Krucil, Kulit Perjuangan, Kulit Kancil, Potehi, Cina, atau Thithi, Beber, Madya, Tasripin, Suluh, Wahana, Pancasila, Wahyu) tersebar hampir di seluruh Jawa, Dadung Awuk (Yogya), serta Kuda Lumping(Yogya, Solo, Jawa Tengah).
- Seni Pertunjukan Modern. Seni pertunjukan modern tidak kalah beragam dari seni pertunjukan tradisional, bahkan ada kecenderungan bahwa seni pertunjukan modern telah menggusur tempat seni pertunjukan tradisional di hati masyarakat. Misalnya saja, teater, opera, film, sinetron, telenovela dan beragam acara yang ditayangkan di televisi lainnya. Inilah yang dihasilkan oleh perkembangan teknologi informasi dengan berkuasanya media elektronik yang tidak mengharuskan pemirsa untuk mendatangi tempat pertunjukan secara langsung. Jumlah pemirsa atau audienceyang dirangkum pun relatif lebih banyak apabila melalui media televisi.
- Seni Tari. Nah, ternyata seni pertunjukan di Indonesia sangat banyak jenisnya. Bagaimana dengan seni tari ? Tentunya kamu juga setuju bahwa Indonesia merupakan surganya seni tradisional, termasuk seni tari. Tari merupakan gerak tubuh yang berkesinambungan melewati ruang yang telah ditentukan dengan ritme tertentu yang dilakukan secara sadar.
Perkembangan seni tari di Indonesia sangat terkait dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya, baik ditinjau dari struktur etnik maupun dalam lingkup negara kesatuan. Perkembangan seni tari Indonesia terbagi atas beberapa periode sebagai berikut.
- Zaman Pra Sejarah. Bentuk-bentuk seni pertunjukan pada masa prasejarah masih banyak terdapat di daerah pedalaman yang terpencil yang diwarnai oleh kepercayaan animisme. Sisa-sisa pertunjukan yang berbau animisme, penyembahan nenek moyang dan binatang totem, masih bisa dijumpai di Papua, pedalaman Kalimantan, pedalaman Sumatra, pedalaman Sulawesi, beberapa daerah di Bali yang disebut Bali Aga atau Bali Mula, seperti Trunyan dan Tenganan, serta di Jawa. Perwujudan tari pada masa itu diduga merupakan refleksi dari satu kebulatan kehidupan masyarakat agraris yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan, dan norma kehidupannya secara turun-temurun.
- Masa Kerajaan. Masa kerajaan ini ditandai oleh masuknya pengaruh luar sebagai unsur asing antara lain kebudayaan Cina, HinduBuddha, Islam, dan Barat. Pengaruh kebudayaan Cina kurang mendapat perhatian oleh para peneliti, karena kemungkinan dasar kepercayaan yang hampir sama dengan masyarakat pribumi, yaitu percaya kepada roh-roh leluhur, sehingga kurang begitu nyata pada perubahan sistem kemasyarakatannya. Adegan pengaruh Hindu-Buddha sangat nyata pada stratifikasi sosial yang hierarkis yang ditandai dengan adanya sistem kelas sosial, yaitu masyarakat adat atau rakyat dan masyarakat bangsawan atau istana. Dengan adanya dua kelas sosial ini maka muncul dua wajah tari yang disebut tari rakyat dan tari istana atau tari klasik.Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater tari seperti Wayang wongdan Bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa. Namun selanjutnya Wayang wonglebih berkembang di Keraton Yogyakarta, sedangkan Bedhaya ketawangberkembang di Keraton Surakarta. Pengaruh kebudayaan Islam lebih berkembang di Sumatra. Cerita-cerita yang dibawakan lewat hafalan dan nyanyian selalu menonjolkan warna Islam secara jelas, contohnya tari Shaman di Aceh. Tarian ini mengutamakan gerakan dan tepukan tangan pada badan penari yang dilakukan sambil duduk dengan diiringi vokal yang mendendangkan syair keagamaan. Selain itu, pengaruh Islam tampak pula pada tari-tarian di Sumatra Barat, Minangkabau. Ciri khas tarian di Minangkabau banyak mengolah gerak-gerak beladiri seperti pencak silat. Di daerah pantai Kalimantan terdapat tarian yang menitikberatkan pada langkah kaki seperti tari-tarian Melayu.
- Masa Pasca Kerajaan hingga Sekarang. Masa pasca kerajaan terdapat situasi yang cukup menonjol dalam bidang kesenian yang disebabkan oleh perubahan masyarakat yang agraris-feodal menuju masyarakat negara kesatuan atau Republik Indonesia yang modern. Kecepatan perubahan tersebut didukung pula oleh media massa elektronik, seperti televisi. Modernisasi sangat berkepentingan dengan kecepatan waktu, sehingga situasi ini menimbulkan seni yang bersifat populer atau seni massa. Gagasan ”ke-nasional-an” ini muncul berhubungan dengan pergerakan kemerdekaan yang dimotori oleh para nasionalis. Ternyata gagasan ini berpengaruh pula pada bidang kesenian. Jika dalam seni musik gagasan ini dituangkan pada pengambilan unsurunsur asing (barat) yang di luar konteks Indonesia. Dalam seni Pengaruh kebudayaan India (atau Hindu/Buddha) semula berlangsung di Kalimantan dan Sumatra, tetapi proses akulturasi sangat kuat di Jawa dan Bali tari, gagasan ini dituangkan dengan jalan, antara lain, penembusan secara sengaja atas batas-batas kesukuan (etnik), penyederhanaan tari-tari tradisional yang sudah mapan, dan ramuan unsur-unsur tari berbagai daerah di Indonesia. Gagasan ini mendorong saling kenalan budaya antar wilayah etnik. Pada saat ini mulai terjadi pengkemasan tarian etnik menjadi tari dengan pola gerak standar yang secara artistik dapat memenuhi kriteria tontonan. Pada saat ini pula terjadi persentuhan dengan kecepatan waktu.Tari-tarian yang mulai menembus wilayah etniknya antara lain, tari Jawa, tari Bali, dan tari Minangkabau.[gs]
Hubungan antara Karya Seni, Seniman, dan Masyarakat
– Hubungan antara karya seni, seniman, dan masyarakat terlihat pada sikap atau apresiasi pelaku seni dan masyarakat terhadap kesenian. Menurut Koentjaraningrat, apresiasi seni tidak sama bagi semua orang. Tetapi walaupun demikian, beberapa ahli Antropologi mengemukakan satu hipotesa bahwa ada unsur pokok atau unsur dasar yang mempunyai hubungan universal. Perasaan estetis merupakan suatu kecenderungan manusia untuk bersikap terhadap segala sesuatu yang menyenangkan, mengharukan, dan menakjubkan terhadap desain, warna, proporsi, harmoni, dan kesatuan. Apa saja yang menjadi unsur-unsur karya seni itu? Terdapat empat unsur murni yang menguasai semua karya seni yaitu kesatuan, ritme, simetri, dan keseimbangan.
Bagaimana hubungan antara karya seni dengan masyarakat? Coba kamu pikirkan. Suku bangsa yang hidupnya masih mengembara misalnya, tidak akan sempat mengembangkan kesenian secara umum dan seni pahat pada umumnya. Seni pahat atau seni ukir membutuhkan suatu cara hidup yang menetap. Hanya musik, tari-tarian, drama, atau upacara yang erat hubungannya dengan semua macam cara hidup.
Dalam masyarakat yang masih tradisional, kesenian merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Seni terjalin dengan kerja biasa dan dalam ritual religius. Upacara religius menyebabkan orang harus menyanyikan lagu-lagu indah, harus memakai pakaian tertentu, dan harus menjalankan gerakan-gerakan badan yang sangat teliti dan ditentukan pula. Dalam masyarakat yang kompleks, sudah ada pembagian kerja dan semua orang berpikir secara bebas maka kesenian merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang dilakukan secara terpisah dari aspek lain. Pekerjaan seni dilakukan oleh para seniman yang memiliki bakat atau keahlian yang diperolehnya secara otodidak maupun melalui pendidikan seni khusus. Oleh karena itu, hidup matinya kesenian modern tergantung bagaimana apresiasi masyarakat terhadap hasil karya seni para seniman. Sikap atau apresiasi seni dapat kita bagi menjadi dua yaitu sikap terhadap kesenian tradisional dan sikap terhadap kesenian modern.
- Sikap terhadap Kesenian Tradisional
Pelaku seni dan masyarakat masih memberikan apresiasi yang baik terhadap kesenian tradisional. Para pelaku seni banyak yang membentuk paguyuban atau kelompok yang bergerak pada bidang seni. Contohnya adalah Karawitan, Wayang kulit, Wayang orang, Wayang Golek, Reog, Ludruk, tari saman, tari Bali, dan lain sebagainya. Para peminat seni tradisional juga masih banyak. Mereka cenderung banyak meluangkan waktu untuk menikmati pertunjukan wayang, ludruk, gamelan, tarian daerah, menikmati peninggalan bersejarah seperti candi-candi, dan sebagainya.
Sikap para pelaku seni dan masyarakat tersebut di samping untuk memenuhi kebutuhan rohani, juga sesungguhnya turut serta melestarikan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
- Sikap terhadap Kesenian Modern
Para pelaku seni dan masyarakat di Indonesia pada umumnya memberikan apresiasi yang positif terhadap segala macam bentuk kesenian. Apresiasi positif tersebut diberikan juga terhadap kesenian modern, baik itu bagi seni rupa maupun seni suara. Pelaku seni juga semakin banyak bermunculan. Seni suara terutama, bermunculan pelaku seni dengan aliran musik yang beragam. Aliran musik yang memiliki peminat terbanyak saat ini adalah dangdut. Pelaku seni dan peminat musik pada dangdut semakin bertambah dari masa ke masa. Untuk kelompok-kelompok musik beraliran pop atau pop rock juga semakin banyak bermunculan. Peminat musik terhadap kelompok-kelompok musik tersebut juga memberikan apresiasi yang sangat baik. Untuk pelaku seni bidang perfilman dan sinematografi juga telah semakin kokoh menginjak dunia seni mengembangkan sayap untuk meningkatkan kualitasnya. Tak kalah baiknya juga apresiasi masyarakat terhadap hasil perfilman dan sinematografi Indonesia.
Dampak Kesenian
Meski kesenian adalah hasil budi daya manusia yang indah, namun membawa pula suatu dampak bagi masyarakat. Dampak kesenian, khususnya kesenian modern banyak memberi pengaruh yang kurang baik pula jika tidak ada filter yang cukup baik untuk melakukan seleksi. Melalui film dan sinematografi yang berisi adegan yang menyimpang dari moral baik, akan memberi masukan buruk bagi peminat seni tersebut. Dengan demikian dampak buruk akan terjadi. Misalnya adegan pembunuhan, penganiayaan, perampokan, pencurian, penipuan, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Melalui musik pula, peminat musik aliran keras juga akan mudah terpengaruh narkoba jika pelaku seni memberi contoh menggunakan narkoba di dalam menjalani kehidupan mereka. Pada umumnya peminat musik yang mencintai pelaku seni tersebut akan mengikuti pola hidup pujaan hati mereka. Oleh sebab itu, pengaruh buruk akan mudah muncul jika pelaku seni tersebut berlaku tidak baik. Pelaku seni biasanya menjadi terkenal dan menjadi milik masyarakat. Sebagai public figure, pelaku seni akan dengan mudah dikenali dan menjadi sorotan media massa. Public figuredi Indonesia telah menjadi contoh bagi masyarakat. Banyak hal yang ditiru, seperti cara berpakaian, cara berbicara, bahkan cara menjalani kehidupan. Oleh karena itu, jika pelaku seni banyak yang memberi contoh berperilaku buruk, maka akan memberi dampak buruk bagi masyarakat. Masyarakat akan meniru keburukan tersebut karena pelaku seni adalah trend setterbagi masyarakat pada umumnya.[gs]
Hubungan antara Karya Seni, Seniman, dan Masyarakat – Hubungan antara karya seni, seniman, dan masyarakat terlihat pada sikap atau apresiasi pelaku seni dan masyarakat terhadap kesenian. Menurut Koentjaraningrat, apresiasi seni tidak sama bagi semua orang. Tetapi walaupun demikian, beberapa ahli Antropologi mengemukakan satu hipotesa bahwa ada unsur pokok atau unsur dasar yang mempunyai hubungan universal. Perasaan estetis merupakan suatu kecenderungan manusia untuk bersikap terhadap segala sesuatu yang menyenangkan, mengharukan, dan menakjubkan terhadap desain, warna, proporsi, harmoni, dan kesatuan. Apa saja yang menjadi unsur-unsur karya seni itu? Terdapat empat unsur murni yang menguasai semua karya seni yaitu kesatuan, ritme, simetri, dan keseimbangan.
Bagaimana hubungan antara karya seni dengan masyarakat? Coba kamu pikirkan. Suku bangsa yang hidupnya masih mengembara misalnya, tidak akan sempat mengembangkan kesenian secara umum dan seni pahat pada umumnya. Seni pahat atau seni ukir membutuhkan suatu cara hidup yang menetap. Hanya musik, tari-tarian, drama, atau upacara yang erat hubungannya dengan semua macam cara hidup.
Dalam masyarakat yang masih tradisional, kesenian merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Seni terjalin dengan kerja biasa dan dalam ritual religius. Upacara religius menyebabkan orang harus menyanyikan lagu-lagu indah, harus memakai pakaian tertentu, dan harus menjalankan gerakan-gerakan badan yang sangat teliti dan ditentukan pula. Dalam masyarakat yang kompleks, sudah ada pembagian kerja dan semua orang berpikir secara bebas maka kesenian merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang dilakukan secara terpisah dari aspek lain. Pekerjaan seni dilakukan oleh para seniman yang memiliki bakat atau keahlian yang diperolehnya secara otodidak maupun melalui pendidikan seni khusus. Oleh karena itu, hidup matinya kesenian modern tergantung bagaimana apresiasi masyarakat terhadap hasil karya seni para seniman. Sikap atau apresiasi seni dapat kita bagi menjadi dua yaitu sikap terhadap kesenian tradisional dan sikap terhadap kesenian modern.
- Sikap terhadap Kesenian Tradisional
Pelaku seni dan masyarakat masih memberikan apresiasi yang baik terhadap kesenian tradisional. Para pelaku seni banyak yang membentuk paguyuban atau kelompok yang bergerak pada bidang seni. Contohnya adalah Karawitan, Wayang kulit, Wayang orang, Wayang Golek, Reog, Ludruk, tari saman, tari Bali, dan lain sebagainya. Para peminat seni tradisional juga masih banyak. Mereka cenderung banyak meluangkan waktu untuk menikmati pertunjukan wayang, ludruk, gamelan, tarian daerah, menikmati peninggalan bersejarah seperti candi-candi, dan sebagainya.
Sikap para pelaku seni dan masyarakat tersebut di samping untuk memenuhi kebutuhan rohani, juga sesungguhnya turut serta melestarikan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
- Sikap terhadap Kesenian Modern
Para pelaku seni dan masyarakat di Indonesia pada umumnya memberikan apresiasi yang positif terhadap segala macam bentuk kesenian. Apresiasi positif tersebut diberikan juga terhadap kesenian modern, baik itu bagi seni rupa maupun seni suara. Pelaku seni juga semakin banyak bermunculan. Seni suara terutama, bermunculan pelaku seni dengan aliran musik yang beragam. Aliran musik yang memiliki peminat terbanyak saat ini adalah dangdut. Pelaku seni dan peminat musik pada dangdut semakin bertambah dari masa ke masa. Untuk kelompok-kelompok musik beraliran pop atau pop rock juga semakin banyak bermunculan. Peminat musik terhadap kelompok-kelompok musik tersebut juga memberikan apresiasi yang sangat baik. Untuk pelaku seni bidang perfilman dan sinematografi juga telah semakin kokoh menginjak dunia seni mengembangkan sayap untuk meningkatkan kualitasnya. Tak kalah baiknya juga apresiasi masyarakat terhadap hasil perfilman dan sinematografi Indonesia.
Dampak Kesenian
Meski kesenian adalah hasil budi daya manusia yang indah, namun membawa pula suatu dampak bagi masyarakat. Dampak kesenian, khususnya kesenian modern banyak memberi pengaruh yang kurang baik pula jika tidak ada filter yang cukup baik untuk melakukan seleksi. Melalui film dan sinematografi yang berisi adegan yang menyimpang dari moral baik, akan memberi masukan buruk bagi peminat seni tersebut. Dengan demikian dampak buruk akan terjadi. Misalnya adegan pembunuhan, penganiayaan, perampokan, pencurian, penipuan, seks bebas, narkoba, dan sebagainya. Melalui musik pula, peminat musik aliran keras juga akan mudah terpengaruh narkoba jika pelaku seni memberi contoh menggunakan narkoba di dalam menjalani kehidupan mereka. Pada umumnya peminat musik yang mencintai pelaku seni tersebut akan mengikuti pola hidup pujaan hati mereka. Oleh sebab itu, pengaruh buruk akan mudah muncul jika pelaku seni tersebut berlaku tidak baik. Pelaku seni biasanya menjadi terkenal dan menjadi milik masyarakat. Sebagai public figure, pelaku seni akan dengan mudah dikenali dan menjadi sorotan media massa. Public figuredi Indonesia telah menjadi contoh bagi masyarakat. Banyak hal yang ditiru, seperti cara berpakaian, cara berbicara, bahkan cara menjalani kehidupan. Oleh karena itu, jika pelaku seni banyak yang memberi contoh berperilaku buruk, maka akan memberi dampak buruk bagi masyarakat. Masyarakat akan meniru keburukan tersebut karena pelaku seni adalah trend setterbagi masyarakat pada umumnya.[gs]
https://www.gurusejarah.com/2015/08/materi-antropologi-xii-ips-ganjil.html
Recent Comments