• LatarBelakang

Kemajuan zaman memang tidak dapat di hindari, karena setiap masyarakat di dunia pasti mengalami perubahan dan perkembangan baik itu menuju arah yang lebih baik bahkan ke arah yang lebih buruk. Perkembangan tersebut banyak terjadi pada manusia dalam segala bidang, contohnya ada pada bidang arsitektur. Dewasa ini sudah sangat banyak betuk-bentuk arsitektur yang mulai menjamur di berbagai belahan dunia.

Bentuk arsitektur pada dewasa ini mulai dipenuhi dengan gaya-gaya arsitektur yang sudah mulai modern. Bahkan sudah ada yang melewati batas wajar pada saat ini ( anti-mainstream ) seperti bentuk spiral, bahkan ada bentuk yang tidak jelas / tidak diketahui bentukannya.

  • Rumusan Masalah
  1. Apakah Post Strukturalisme itu ?
  2. Siapakah tokoh-tokoh dari aliran Post Strukturalisme ?
  3. Bagaimana pengaruhnya dalam gaya arsitektur di dunia ?
  4. Siapakah tokoh-tokoh arsitektur yang terpengaruh aliran Post Strukturalisme ?
    • Tujuan
  5. Pembaca dapat mengetahui pengertian dari Post Strukturalisme.
  6. Pembaca dapat mengetahui tokoh-tokoh dari aliran Post Strukturalisme.
  7. Pembaca dapat mengetahui pengaruh Post Strukturalisme dalam gaya arsitektur di dunia.
  8. Pembaca dapat mengetahui tokoh-tokoh arsitektur yang terpengaruh aliran Post Strukturalisme

 

 

  1. Isi
    • Pengertian Post Strukturalisme

Post Strukturalisme adalah sebuah aliran yang bertolak-belakang dengan aliran Strukturalisme yang dicetuskan oleh Claude Levi Strauss. Post Strukturalisme beranggapan bahwa ada hal lain yang kurang diperhatikan oleh masyarakat, yaitu adalah hal-hal yang anomi. Post Strukturalisme lahir setelah adanya aliran Strukturalisme, atau berarti Post Strukturalisme sedang dalam perkembangannya di dunia untuk menunjukan eksistensinya.

Ada sebuah episteme, sebuah konsep yang dikemukakan oleh Foucault yang dalam bahasa sederhananya adalah sebagai keseluruhan dari ruang yang bermakna, stratigrafi yang mendasari kehidupan intelektual serta kumpulan pra-pengandaian pemikiran suatu zaman. Dalam bukunya L’archeologie du savoir Foucault menerangkan bahwa episteme tersebut berarti sebuah totalitas yang menyatukan, dalam arti mengendalikan cara kita memandang dan memahami realitas tanpa disadari. Episteme tersebut hanya berada pada suatu zaman. Jika kita menyadari adanya episteme yang mempengaruhi kita, hal itu berarti kita telah berada pada episteme yang berbeda., karena menurut Foucault episteme tidak dapat dilihat atau disadari ketika berada di dalamnya. Karena tidak bisa di lacak, bukan berarti kita tidak dapat menemukan dimana letak episteme tersebut. Caranya adalah melihat hal “yang tabu, yang gila, dan hal yang tidak benar” pada suatu zaman. Karena ketika kita menyadari hal tersebut adalah hal “yang tabu” maka kita telah mengetahui sebelumnya tentang hal “yang pantas, ketika kita menyadari hal “yang gila” maka sebelumnya kita telah mengetahui hal “yang normal”, dan ketika kita mengetahui ada hal “yang tidak benar” maka kita sebelumnya sudah megetahui hal “yang benar”.

Dasar Teori Post Strukturalisme adalah Strukturalisme yang juga dilahirkan oleh Formalisme Rusia (Roman Jakobson, Victor Shklovsky, Boris Eichenbaum). Konsep dasar formalisme adalah ciri-ciri khas kesusasteraan; pola suara dan kata-kata formal bukan isi. Konsep dasar strukturalisme adalah unsur-unsur dan totalitas dengan pola antarhubungan di dalamnya. Disebut sebagai penelitian Ergocentric yang berpusat pada karya dan menolak penulis dan pembaca.

Dekonstruksi adalah sebuah anggapan-anggapan yang di anggap absolut padahal setiap anggapan selalu kontekstual dan anggapan selalu hadir sebagai konstruksi sosial yang menyejarah.

Ciri khas Post Strukturalisme jika dilihat dari ketidak mantapan teks antara lain adalah bahwa makna karya ditentukan oleh apa yang dilakukan oleh teks, bukan apa yang dimaksudkan, terjadi pergeseran dari estetika produksi ke estetika konsumsi, penerima menjadi pencipta, makna teks tidak diproduksi melalui kontemplasi pasif, melainkan milik pembaca, karya sebagai anonimitas, tidak ada karya pertama, semua intertekstual, dan makna teks tergantung pada konteks, interaksi pada pembaca, teks tidak tertutup tapi terbuka karena ada interaksi terus menerus.

 

  • Tokoh-tokoh Aliran Post Strukturalisme

2.2.1    Jacques Derrida

Riwayat Hidup dan Karyanya

Jacques Derrida lahir di al-Jazair pada tanggal 15 Juli 1930, dan ia adalah seorang Filusuf Prancis keturunan Yahudi. Pada tahun 1949 Ia pindah ke Prancis dan menetap di Prancis hingga akhir hayatnya. Beliau kuliah dan belajar di Prancis hingga akhirnya dia menjadi maitre-assistant, dosen tetap di bidang Filsafat. Selain dosen tetap di bidang filsafat, beliau juga dalam beberapa waktu sebagai dosen tamu di Yale University, Amerika Serikat. Dan pada masa mudanya Derrida pernah menjadi anggota Partai Komunis Prancis.

Pada tahun 1962, Derrida menerbitkan terjemahan karangan Husserl Asal-Usul Ilmu Ukur Introduction au probleme du signe dans la phenomenology de Husserl (suara dan fenomena. Pengantar pada masalah tanda dalam Fenomenologi Husserl) memberi komentar panjang lebar atas uraian Husserl tentang tanda dalam buku Penelitian-Penelitian Logika, Bab I, pasal 1 s/d 9. bersama suatu pendahuluan.

Pada 1967, Derrida sudah menjadi filsuf kelas dunia. Ia menerbitkan tiga karya utama (Of Grammatology, Writing and Difference, dan Speech and Phenomena). Seluruh karyanya ini memberi pengaruh yang berbeda-beda, namun Of Grammatology tetap karyanya yang paling terkenal. Pada Of Grammatology,  Derrida mengungkapkan dan kemudian merusak oposisi ujaran-tulisan, yang menurut Derrida telah menjadi faktor yang begitu berpengaruh pada pemikiran Barat. Keasyikan Derrida dengan bahasa dalam teks ini menjadi ciri khas sebagian besar karya awalnya. Sejak penerbitan karya-karya tersebut serta teks-teks penting lain (termasuk Dissemination, Glass, The Postcard, Spectres of Marx, The Gift of Death, dan Politics of Friendship), dekonstruksi secara bertahap meningkat, dari memainkan peran utama di benua Eropa, kemudian juga berperan penting dalam konteks filosofis Anglo-Amerika. Peran ini khususnya terasa dibidang kritik sastra, dan kajian budaya, dimana metode analisis tekstual dekonstruksi memberi inspirasi kepada ahli teori, seperti Paul de Man.

Pada tahun 1972 terbit tiga buku lagi, yaitu Marges de la philosophie  (pinggiran-pinggiran filsafat),  la   dissemination  (penyebaran) dan  Positions  (posisi-posisi).  L’archeologie du frivole (1967) (arkeologi tentang yang sembrono), Glas (1974), Eperons (1976), Eperons. Les styles de Nitzsche (1978), La verite en peinture (1978) (Kebenaran dalam Seni Lukis).La carte postale de Socrate a Freud et au-dela (1980) (Kartu pos dari Socrates kepada Freud dan di seberang-nya), De l’esprit. Heidegger et la question (1987) (tentang spirit. Heidegger dan pertanyaan), Spectress de Marx Spectre berarti : baik momok maupun spectrum), dan Politiques de l’amitie (1994) (Politik Persahabatan).

Sejak tahun 1974 Derrida ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan himpunan dosen filsafat yang memperjuangkan tempat yang wajar untuk filsafat pada taraf sekolah menengah : Greph (Group de recherché sur l’enseignement philoshophique) (Kelompok penelitian tentang Pengajaran Filsafat). Kelompok ini didirikan akibat dari situasi lingkungan pada saat itu yang mempersoalkan filsafat pada sekolah menengah. Pada saat ini juga Derrida menulis sebuah artikel yang berjudul Qui a peur de la philoshophie? (1977) (Siapa Takut pada Filsafat?). dan sebuaha karangan-karangan baru yang dikumpulkan dalam sebuah buku Du droit a la phlosophie (1990) (Tentang Hak atas Filsafat).

Dari tulisan-tulisan yang di buat atau ditulis oleh Derrida, maka sudah bisa kita lihat bahwasanya Derrida menulis atas dasar kritikan-kritikan terhadap para filusuf-filusuf, ilmuan-ilmuan, dan sastrawan-satrawan. Akan tetapi komentarnya itu atau kritikannya itu dalam bentuk khusus, dengan cara inilah pemikiran Derrida selangkah demi selangkah berkembang. Dari hasil kritikan serta komentarnya itu Derrida menghasilkan sebuah pemikiran atau menyajikan teks-teks baru yang tidak dikatakan dalam teks-teks yang yang dia kritik. Prosedur yang dilakukan oleh Derrida ini disebut dengan deconstruction atau “pembongkaran”.

Derrida menyampaikan pandangannya terhadap pemikiran Saussure mengenai definisi bahasa. Ia mengatakan bahwa Saussure memberikan esensi manusia kepada bahasa. Logosentrisme dan fonosentrisme adalah paham yang berusaha dikritik Derrida. Menurutnya kelemahan logosentrisme adalah menghapus dimensi material bahasa, dan kelemahan fonosentrisme adalah menomorduakan tulisan karena memprioritaskan ucapan.

 

2.2.2    Jaques Lacan

Riwayat Hidup dan Karyanya

Jacques Lacan adalah tokoh yang sangat berpengaruh didalam psikoanalisa dengan teorinya yang menafsirkan ulang karya-karya Freud, selain dianggap memberikan terobosan di dalam psikoanalisa Lacan juga dianggap mengacaukan teori psikoanalisa konvensional. Jacques Lacan adalah seorang terapis perancis yang memiliki latar belakang filsafat dan surealisme. Lacan menganggap psikoanalisa khususnya amerika sudah bergeser dari konsep awal yang dicetuskan Freud karena Lacan menganggap para terapis telah menjadikan pasien-pasiennya sebagai obyek penelitian dan para terapis telah melakukan interupsi dalam porsi besar-besaran terhadap perkembangan pasiennya karena Lacan beranggapan bahwa psikoanalisa adalah ilmu pengobatan yang didalam prakteknya seorang terapis tidak boleh ikut campur dalam perkembangan pasiennya dan hanya membuka jalan kepada wilayah tidak sadar pasiennya dan membiarkan pasiennya yang menemukan jalan keluar permasalahannya sendiri.

Lacan juga menyadari  bahwasanya pemikiran Freud yang dipelajarinya selama ini adalah pemikiran yang keliru karena Freud yang dipelajariya adalah Freud berdasarkan pemahaman Freudian perancis dan Freud yang mendominasi Amerika. kemudian ia memutuskan untuk membaca ulang karya Freud dan berusaha untuk memahami pemikiran Freud yang sesungguhnya. Secara garis besar pengaruh yang dominan dalam teori Lacan adalah pemikiran Freud, filsafat Hegel dan filsafat Strukturalis dan Post Strukturalis.

Jacques Lacan dengan mengacu pada Freud melakukan beberapa terobosan dalam pandangannya mengenai wilayah tak sadar bukanlah sebagai penyebab, melalui teorinya ini Lacan menegaskan bahwa wilayah tak sadar bukanlah yang menentukan neurosis. Penjelasannya ini sekaligus meluruskan kesalahpahaman terhadap teori Freud yang selama ini dipahami sebagai menyatakan bahwa wilayah tidak sadar adalah penyebab neurosis. Lacan menyatakan “wilayah tak sadar merupakan diskursus dari yang lain” wilayah tidak-sadar adalah yang lain itu sendiri, asing dan tak terpahami, kemudian peranan terapis disini adalah sebagai sarana bagi wilayah tak sadar ini untuk menampilkan dirinya. Didalam wilayah tidak sadar sendiri terdapat hasrat yang menurut Freud hasrat merupakan harapan atau keinginan yang bersifat tidak disadari dan menjadi pendorong bagi tindakan seseorang yaitu mencari pemenuhan akan hasratnya. Sedangkan Lacan memandang hasrat dengan tambahan pengaruh filsafat Hegel yang memahami hasrat sebagai hasrat akan pengakuan atau seseorang yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari sesamanya karena dengan demikianlah dia mendapatkan kepastian akan dirinya. Lacan juga menyebutkan bahwa subyek terletak dalam wilayah tak sadar bahwa hasrat adalah kebenaran sang subyek dan subyek merealisasikan dirinya lewat bahasa.

2.2.3.   Michel Paul Foucault

            Riwayat Hidup dan Karyanya

Paul-Michel Foucault (lahir di Poitiers, 15 Oktober 1926 – meninggal di Paris, 25 Juni 1984 pada umur 57 tahun) adalah seorang filsuf asal Perancis, sejarawan, intelektual, kritikus, dan sosiolog. Semasa hidupnya, ia memegang kursi jabatan di Collège de France, karena karyanya yang berjudul Sejarah sistem pemikiran (History of Systems of Thought) dan juga mengajar di Universitas California, Berkeley.

Foucault paling dikenal dengan penelitian tajamnya dalam bidang institusi sosial, terutama psikiatri, kedokteran, ilmu-ilmu kemanusiaan dan system penjara, dan karya-karyanya tentang sejarah seksualitas. Karyanya yang menelaah kekuasaan dan hubungan antara kekuasaan, pengetahuan dan diskursus telah banyak diperdebatkan secara luas. Pada tahun 60-an Foucault sering diasosiasikan dengan gerakan strukturalis. Foucault kemudian menjauhkan dirinya dari gerakan pemikiran ini. Meski sering dikarekterisasikan sebagai seorang Post Modernis, Foucault selalu menolak label Post Strukturalis dan Post Modernis.

Karya-karyanya yang berkaitan erat dengan teori-teori post-strukturalime untuk menjelaskan bahwa faktor sosial budaya berpengaruh dalam mendefinisikan tubuh dengan karakter ilmiah, universal, yang tergantung pada waktu dan tempat. Bahwa ciri-ciri alamiah tubuh (laki-laki dan perempuan) bisa bermakna berbeda dalam tataran kebudayaan yang berbeda. Sebagai seorang post-strukturalis Foucoult tertarik pada cara dimana berbagai bentuk ilmu pengetahuan menghasilkan cara-cara hidup. Menurutnya, aspek masyarakat yang paling signifikan untuk menjadi modern bukanlah fakta bahwa masyarakat itu ekonomi kapitalis (Marx),  atau suatu bentuk baru solidaritas (Weber) atau bersikap rasional (Weber), melainkan cara dimana bentuk-bentuk baru pengetahuan yang tidak dikenal pada masa pramodernitas itu muncul yang dapat mendefinisikan kehidupan modern.

Pemikiran Foucault sangat dipengaruhi Nietzsche, namun dia tidak sepenuhnya sebagai pengikut Nietzsche, sebab baginya, Nietzsche yang diikutinya adalah seseorang yang orisinal, begitu pun dengan dia yang harus orisinal dengan pandangan pribadinya. Bahkan dia tidak jarang tidak sependapat dengan filsuf pujaannya itu. Hal ini terdapat dalam teori Genealogi Foucault. Di sini, bahasa bagi Foucault tidak bisa dikurung dalam “apa yang ditulis” dan “apa yang menjadi tafsirnya”, keduanya saling terjalin tanpa pemisahan. Hal ini adalah salah satu dari pemikirannya tentang subjek dan objek, bahwa bahasa yang ditulis dan menjadi tafsirnya tidak bisa dipisahkan dalam subjek dan objek. Keduanya terserak tanpa teratur, tanpa terstruktur secara baku.

Tentang subjek dan objek, filsuf tahun 60an adalah filsuf yang merayakan kematian subjek (pengada awal) yang disejajarkan dengan Tuhan. Lalu setelah itu, jika Tuhan mati, maka manusia yang mengikuti Tuhan juga mati. Sebab manusia yang mengikuti Tuhan itu tidak punya kuasa atas dirinya tanpa Tuhan yang memberi makna padanya. Maka dari sini filsafat yang selama ini berkutat pada humanisme sudah tamat. Maka manusia baru pun bisa ‘dibangkitkan’ lagi. Namun Foucault sendiri bersedih karena kehilangan makna seiring hilangnya subjek (Tuhan) tadi.

Subjek menurut Foucault subjek yang sejajar dengan individu hanya akan bisa ditelaah melalui kekuasaan. Lalu kekuasaan sendiri baginya bukanlah nominalis, tidak pejal dan tidak bisa dipegang, dia adalah peng-kata-an dari multiplisitas dan jalinan kekuatan-kekuatan. Kekuasaan bukan sesuatu yang bisa dimiliki, bahkan oleh kaum dominan sekali pun, tidak bisa dipengaruhi oleh kepenuhan hukum atau pun kebenaran, dia tidak tunduk pada teori politik normal, tidak bisa direduksi oleh representasi [hukum]]. Kemudian hubungan antara subjek dan kekuasaan adalah bukan pelaku dan produk. Sebab bukan subjek (secara substantif) yang menciptakan kekuasaan, namun kekuasaanlah yang mempengaruhi adanya subjek, dan sifatnya tidaklah tetap seperti hasil penemuan (founding subject). Demikian manusia juga akhirnya dipengaruhi oleh kekuasaan, bukan manusia mempengaruhi kekuasaan. Bahkan subjek pada akhirnya menihilkan kebebasan dan subjektivitas. Dengan begitu, kebebasan dan subjektivitas baru akan ditawarkan olehnya. Kebebasan semacam apa itu, kebebasan yang senantiasa dapat mengendalikan kekuasaan dan kehendak pada subjek yang dihasilkannya.

Subjek menurut Foucault subjek yang sejajar dengan individu hanya akan bisa ditelaah melalui kekuasaan. Lalu kekuasaan sendiri baginya bukanlah nominalis, tidak pejal dan tidak bisa dipegang, dia adalah peng-kata-an dari multiplisitas dan jalinan kekuatan-kekuatan. Kekuasaan bukan sesuatu yang bisa dimiliki, bahkan oleh kaum dominan sekali pun, tidak bisa dipengaruhi oleh kepenuhan hukum atau pun kebenaran, dia tidak tunduk pada teori politik normal, tidak bisa direduksi oleh representasi [hukum]]. Kemudian hubungan antara subjek dan kekuasaan adalah bukan pelaku dan produk. Sebab bukan subjek (secara substantif) yang menciptakan kekuasaan, namun kekuasaanlah yang mempengaruhi adanya subjek, dan sifatnya tidaklah tetap seperti hasil penemuan (founding subject). Demikian manusia juga akhirnya dipengaruhi oleh kekuasaan, bukan manusia mempengaruhi kekuasaan. Bahkan subjek pada akhirnya menihilkan kebebasan dan subjektivitas. Dengan begitu, kebebasan dan subjektivitas baru akan ditawarkan olehnya. Kebebasan semacam apa itu, kebebasan yang senantiasa dapat mengendalikan kekuasaan dan kehendak pada subjek yang dihasilkannya

 

2.3.      Pengaruh Post Strukturalisme dalam Gaya Arsitektur di Dunia

Post Strukturalisme sudah mulai menunjukan eksistensinya melalui beberapa bidang, contohnya adalah bidang arsitektur. Ciri-ciri bangunan yang sudah terpengaruh oleh aliran Post Strukturalisme pada umumnya adalah bentuk bangunan yang tidak teratur atau bahkan bentuk yang tidak wajar bagi sebuah bangunan. Namun hal tersebut bukanlah hal yang sangat mengganggu, melainkan menarik untuk dilihat dan di kaji. Bangunan-bangunan ini biasanya terletak di tempat yang strategis, karena arsitek yang membuatnya ingin menunjukan hasil karyanya kepada publik dan dipublikasikan ke seluruh dunia. Pada umumnya, bangunan-bangunan ini besar bahkan tinggi. Contohnya adalah Burj Khalifa di Dubai, India yang sekarang merupakan bangunan pencakar langit tertinggi di dunia ( The Most Highest Skyscraper in the World ).

 

2.3.1. Tokoh-tokoh Arsitektur yang Terpengaruh Aliran Post Strukturalisme

  1. Viollet Le Duc

Lahir pada tangal 27 Januari 1814 di Paris. Beliau lebih fokus pada merestorasi bangunan. Konsep dasarnya dalam restorasinya adalah sederhana, “sebuah bangunan harus direstorasi sekurang-kurangnya berdasarkan keadaan dimana kita mendapatkannya” kata beliau. Rekonstruksi hendaknya memperhatikan penambahan dari elemen-elemen yang hilang dimana kita dapat memperkirakan berdasarkan peninggalan yang masih ada. Salah satu karya arsitektur beliau adalah sebuah blok apartement empat lantai di jalan Liege 28 Paris. Ini adalah karya pertama beliau dalam dunia arsitektur.

 

  1. Otto Wagner

Lahir pada tanggal 13 July 1841 di Penzing, Vienna. Beliau salah satu aritek dari Rusia yang paling radikaldan progresif dalam menyikapi era modern, pemahaman mengenai material dan konstruki modern,karekteristik bangunannya menggunakan bahan dari baja. Karya arsitek beliau adalah The HistoricistStyle dan ini merupakan karya pertama beliau.

 

  1. Antonio Gaudi

Antonio Gaudi (1852-1926) meganut aliaran gothic. Kehidupan antonio gaudi sangat berkaitan dengan baja, karena beliau adalah anak dari salah seorang pembuat baja. Maka itu beliau tidak asingdengan bahan baja dan logam. Beliau mengatakan bahwa pengrajin logam adalah orang yang dapatmenciptakan suatu bentuk tiga dimensional dari lembaran-lembaran logam, lingkup kerja pengrajinmetal mencakup bentuk-bentuk tiga dimensional, oleh karena itu secara tidak disadari dapat menguasaibentuk ruang dimana tidak semua orang memilikinya. Karya arsitektur beliau yang banyak dikenal adalah Sagrada Familia.

 

  1. Hendrik Petrus Berlage

Lahir di Amsterdam tanggal 21 Februari 1856 dan wafat pada tanggal 12 Agustus 1934 di Hague. Beliau adalah seorang arsitek yang bangunannya bercirikan romanasque dan konstruksi dari bahan baja dan bata tradisional. Karya arsitektur beliau adalah The Beurs van Berlage di Amsterdam.

  1. Victor Horta

Lahir pada tanggal 6 Januari 1861 Ghent, Belgia dan meninggal tanggal 8 September 1947 Brussel,Belgia. Bangunan yang dirancangnya beraliran art nouveau, yaitu aliran yang mengutamakan ornamen, dekoratif, dan warna atau ornamen organik (tumbuhan / sulur). Karya beliau yang terkenal dan sangat terasa aliran art nouveau adalah Tessel House, Brussels.

  1. Hector Guimard

Lahir tanggal 10 Maret 1867, meninggal 5 Mei 1942. Seorang arsitek yang beraliran Art Deco, yaitu aliran yang ornamennya geometrik, sehingga bangunannya terkesan kaku.

 

  1. Penutup

                        Post Strukturalisme bukan hanya sebagai anti-tesis atau bentuk perlawanan terhadap Strukturalisme, melainkan juga sebagai sebuah pelengkap terhadap Strukturalisme. Post Strukturalisme juga mempengaruhi berbagai bidang di dalam kehidupan masa kini, seperti dalam bidang seni, sastra, bahkan arsitektur. Hal ini menyebabkan berbagai macam anggapan bahwa bangunan ini merupakan bangunan yang aneh dan anti-mainstream.

 

Daftar Pustaka         

-dian-bkt.blogspot.com/2013/12/filsafat-umum-post-strukturalisme.html

-id.wikipedia.org/wiki/Michel_Foucault

-id.wikipedia.org/wiki/Jacques_Deridda

-id.wikipedia.org/wiki/Jacques_Lacan

-sociolovers-ui.blogspot.com/2012/06/strukutralisme-bahasan-dalam-topik-ini.html

-Bahan ajar kuliah Teori Antropologi yang dipresentasikan oleh Pak Akhyadi Sofyan di Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang