Antropologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan masyarakat. Antrologi memang dikenal sebagai ilmu penjajah karena lahir di masa penjajahan. Antropologi sendiri lahir melalui empat fase, yang pertama Fase sebelum 1800, fase kedua pertengahan abad ke 19, fase ketiga permulaan abad ke 20 dan fase ke empat kira-kira 1930. Dalam fase keempat antropologi mengalami perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode imiahnya. Pada masa ini antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu ada tujuan akademis adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat dan kebudayaannya. Keudian tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu. Antropologi sendiri tidak hanya mempelajari benda yang kuno namun kebudayaan manusia yang sekarang ini juga dipelajari oleh antropologi, perlu diketahui pengertian dari kebudayaan itu sendiri adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Salah satu definisi kebudayaan tersebut menunjukkan kebudayaan itu lahirnya dari ide atau gagasan manusia dan tindakan. Tindakan inilah yang sering dilupakan oleh banyak orang, sehingga kebudayaan itu selalu identic dengan hal yang kuno dan ketinggalan, padahal ilmu antropologi sangat bermanfaat pada zaman sekarang ini. Otak manusia yang semakin berkembang dan asupan nutrisi yang cukup bagi tubuh mereka maka akan membuat mereka menjadi berkembang manusia yang semakin bervariatif. Permasalahn yang terjadi di masyarakat bisa dikaji dengan ilmu antropologi ini. Sebenarnya ilmu ini sangat bermanfaat namun banyak orang yang belum mengerti sebenarnya konsep dari ilmu antropologi ini. Pemerintah sendiri di Indonesia rasanya kurang mendukung tentang kegunaan ilmu antropologi. Disini Negara kita lebih menekankan pada ilmu alam, sehingga ilmu sosial seperti ini sangat bermanfaat bagi bangsa ini yang sedang mengalami perkembangan agar tidak kaget dalam menerima perubahan-perubahan yang ada di masyarakat itu sendiri dan mampu beradaptasi dengan baik nantinya.
Kebudayaan dalam Antropologi bersifat dinamis atau adaptif?
Kebudayaan identic dengan ilmu antropologi karena merupakan kajian dan objek ilmu antopologi. Budaya itu bersifat tidak sattis, artinya itu dinamis. Maksudnya adalah kebudayaan itu sendiri diciptakan oleh masyarkat melalui gagasan atau ide manusia dan akal manusia itu selalu berkembang maka dapat dikatakan jika kebudayaan ini bersifat dinamis mengikuti perkembangan zaman, mengikuti disini arinya adalah menyesuaikan dengan keadaan zaman tersebut. Dari sifatnya yang adaptif ini maka masyarakat yang menganut kebudayaan itu harus bisa beradaptasi (adaptif) karena dilator belakangi budaya yang selau berkembang. Bentuk adabtif sendiri ini bisa saja akulturasi atau percampuran dua budaya dimana budaya asli tidak hilang. Asimilasi yaitu percampuran dua budaya dan budaya asli tidak terlihat.dari sini kita berangkat bahwa kebudayaan itu bisa saja bertemu dengan kebudayaan lain, membentuk sesuatu yang baru lagi atau perpaduan yang pas dan dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan bersifat adaptif itu sendiri maka harus selalu menyaring kebudayaan-kebudayaan yang masuk ke lingkungan mereka. Yakni kebudayaan yang buruk ditolak dan kebudayaan yang baik diterima. Kebudayaan yang baik ini diihat dari sudut pandang masyarakat itu sendiri maksudnya yang mengerti kebudayaan itu baik ya mereka sendiri dan yang baik-baik bagi perkembangan kehidupan manusia harus selalu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kehidupan mereka. Lalu pertanyaan selanjutnya adalah jika kebudayaan itu bersifat dinamis atau selalu mengalami perkembangan akankah ada kebudayaan yang hilang? Menurt saya akan tetap ada kebudayaan yang hilang meski tidak semua. Alasan kebudayaan itu hilang bukan karena kurang dilestarikan atau sengaja dilupakan akan tetapi lebih kepada penyesuain perkembangan yang tidak sesuai dengan zamannya saat ini k8rag sesuai dan dianggapnya memberatkan masyarakt itu senidiri. Terkadang kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat iru sendiri ada yang memerlukan penalaran yang luar biasa atau istilahnya kelogisan manusia kadang tidak mampu untuk menerima. Namun, itulah kebudayaan yang mereka ciptakan dan mempunyai arti yang menurut mereka adalah baik dan mempunyai makna yang tersimpan didalamnya. Kebudayaan itu sendiri sebagai wujud dari penghargaan kepada nenek moyang mereka. Kembali lagi dengan kebudayaan yang hilang mempunyai banyak sebab seperti perang, pembersihan etnis atau bencana alam. Disini kita bisa melihat kalau kebudayaan bisa tak aka ada lagi karena pelakunya hilang tau lenyap. Pemusnahan orang-orang ini akan meyebabkan kebudayaan menjadi kenangan semata dan tak berbekas karena pelakunya sendiri sudah tidak mampu menjalankannya.kebudayaan yang mengalami perubahan ini akan mengalami perubahan nilai-niai yang terkandung di dalam masyarakat itu sendiri mesi tak semua nilai itu berubah karena masyarakat akan menyaring terlebih dahulu kebudayaan yang masuk sehingga yang baik untuk mereka diterima dan menolak yang tidak sesuai dengan mereka pemilik kebudayaan asli.
Antropologi Terapan Versus Antropologi Murni
Antropologi murni bisa dikatan mempelajari tentang teori-teori di dalam bidang ilmu ini dan antropologi bisa dikatakan sebagai aplikasi dari ilmu murni yang digunakan untuk menanalisis permasalahan yang ada di masyarakat dan menkajinya berdasarkan teori-teori yang ada. Tak hanya mengkaji berdasarkan teoriyang sudah dicetuskan oleh para ahli yang terdahulu tapi juga mampu untuk memberikan solusi yang pasti dan mampu menyelesaikan permasaahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakt tersebut. Permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat ini diteliti oleh para antropolog dan hambatan dalam menggunakan ilmu antropologi terapan senidiri cukup banyak yaitu seperti dana yang kurang memadai, masyarakat yang kurang mendukung adanya seorang peneliti yang ada di sekitar mereka serta menjalin kerja sama dengan pihak lain untuk mengkaji permasalahan dan mencari solusinya. Contohnya adalah ketika seorang antropolog meneliti suatu penyakit di masyarakat maka akan membutuhkan disiplin ilmu lain karena antropologi tidak bisa berdiri sendir dalam mengkaji suatu permasalahan. Ilmu-ilmu lain sangat menunjang dalam suatu penelitian di idang antropologi meski cabang-cabang dari ilmu antropologi itu banyak seperti antropologi kesehatan, antropologi ekonomi, antropologi pendidikan, antropologi ekologi dan masih banyak lagi. Bukan berarti dengan membutuhkan disiplin ilmu itu antropologi tidak mampu tapi untuk memperkuat kajian ilmiah di dalam pemelitian. Ketika melakukan observasi atau penelitian terkadang aeorang antropolog mengalami kegaulauan yang cukup besar yaitu memeprtahankan keoriginaan atau keaslian dari kebudayaan yang diteliti atau memberikan solusi untuk memperbaiki kebudayaan tersbut yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan yang ada. Sebagai contoh adalah kebudayaan yang ada di Jawa sendiri yang selalu ada selamatan dengan acara makan-makan bersama. Mulai dari manusi lahir hingga manusia itu meninggal selalu ada makanan disekitar mereka. Ada saja selamatan selamatan atau syukuran atas apa yayng diberikan oleh Tuhan kepada masyarakat itu senidiri. Ketika acara makan-makan itu sendiri menghabiskan biaya yang cukup besar dan masyaraat banyak yang harus berhutang untuk melaksanakan prosesi itu maka antropologi mempunyai dua pilihan akan apa yang ia lihat dan amati. Harus mempertahankan dan membiarkan tradisional kebudayaan itu atau malah memberikan solusi. Menurut saya, antropolog bisa saja memberikan solusi kepada masyarakat tersebut berkaitan kebudayaan yang kurang sesuai dengan perkembangan zaman saat ini. Mengapa demikian? Karena agar antropologi terapan terlihat manfaatnya di dalam kehidupan masyarakat dan mampu diterima oleh mayarakat luas sehingga antropologi terapan ini bisa dikatakan ilmu yang tidak hanya mempelajari yang jadul-jadul saja.
Daftar Pustaka
Kontjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
terima kasih ilmunya Sis, coba share juga pengetahuan yang lain.
mudah- mudahan bermanfaat, lanjutkan! 🙂
coba semuanya baca, pasti ga ada yg bilang lg kalo antropologi itu belajar tulang ato bintang ya,,
artikelnya oke,,,
semngat !!!