Kontribusi Antropologi dalam Kehidupan

antropologi 2Antropolog harus berguna bagi bangsa Indonesia. Disamping terus memajukan disiplin dari ilmu antropologi itu sendiri, sepantasnya ilmuan berkewajiban untuk dapat memanfaatkan ilmu tersebut bagi kemaslahatan bangsanya secara khusus dan kemanusiaan secara umum (Marzali 2005). Dengan ikut berpartisipasi dalam memajukan masyarakat dan budaya Indonesia, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran melalui teori, konsep, metodelogi dari ilmu yang sudah dipelajari untuk dapat memahami, menganalisa, merekomendasi dengan solusi atas masalah-masalah praktis kemanusiaan yang mendasar dan kekinian bagi bangsa Indonesia. Dari banyak anggapan yang menganggap bahwa antropologi adalah sebuah ilmu yang tidak jelas kegunaannya bagi Indonesia. Untuk itulah seorang antropolog jangan sampai masih menggunakan prinsip relativisme kultural[1]. Sehingga kita dapat membuktikan anggapan-anggapan yang beredar dalam masyarakat tidak sama seperti yang beredar dalam masyarakat. Caranya dengan berpartisipai membangun bangsa dalam meghadapi masalah-masalah kemaslahatan dan praktis kemanusiaan dengan mewujudkan perubahan yang terencana menuju masa depan yang lebih baik dan mengarah kepada kemajuan.
Indonesia sendiri selain terdapat masyarakat yang sudah maju, masih ada juga masyarakat yang kurang maju dengan ketertinggalan dalam bidang-bidang tertentu seperti dalam hal teknologi dan ekonomi. Dari kelompok masyarakat yang kurang maju ini masih terpegang eratnya kebudayaan asli yang masih dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah masih dijalankannya sebuah tradisi dari kebudayaan turun temurun dari nenek moyang mereka yang dianggap sebagai kebudayaan yang kurang umum bagi masyarakat yang sudah maju. Dikarenakan kebudayaan yang mereka lestarikan terkadang justru malah merugikan atau menyiksa salah satu pihak individu yang terdapat dalam kelompok tersebut. Seperti tradisi pantang makan makanan tertentu pada perempuan hamil, tentu hal tersebut sangat merugikan pihak si ibu dan anaknya. Adanya hal tersebut tentu meningkatkan resiko yang mengakibatkan kematian ibu dan anak saat proses kelahiran, karena pada umumnya seorang perempuan yang sedang mengandung harus makan makanan yang bergizi dan memadai agar perkembangan si anak dalam janin dapat berkembang dengan optimal. Kita yang sebagai masyarakat yang lebih maju dari mereka pasti mengetahui akan pengetahuan tersebut, namun ketidaktahuan mereka akan pengetahuan tentang nutrisi bagi kandungan membuat mereka tidak mengindahkan diri mereka sendiri dengan tetap menjalakan tradisi tersebut demi berjalannya sebuah tradisi yang sudah diturunkan secara turun temurun agar terjaganya sebuah keaslian dari sebuah tradisi. Hal tersebut sangat disayangkan karena mereka harus melaksanakan sebuah tradisi dimana salah satu pihak harus tersakiti dan dirugikan walaupun hal tersebut tidak disadari oleh mereka sendiri. Dikarenakan kepatuhan tanpa adanya pemahaman dan kekurangtahuaanlah yang membuat mereka seperti itu. Kekurangtahuaan tersebut bisa terjadi karena kurangnya informasi yang masuk pada mereka akan hal-hal tersebut dimana mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut yang mengakibatkan kurangnya informasi tentang dunia kesehatan dan karena tetap berpegang teguh pada sebuah tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka tanpa memperhatikan dari dampak yang ditimbulkan dari adanya tradisi tersebut. Disinilah dibutuhkannya peran serta antropolog[2] untuk memberikan partisipasinya dengan membagi pengetahuan yang dimiliki serta memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah didapat dalam mempelajari antropologi melalui alur hampir sama seperti dokter yang berusaha menyembuhkan pasiennya. Alur-alurnya seperti berikut ini : mendiagnosis masalah-masalah sosialkultral dalam sebuah masyarakat (diagnosis the problem), mengembangkan instrumen untuk kerja diagnosis (develop instrument of diagnosis), melakukan penyelidikan untuk menemukan obat bagi masalah sosiokultural (discovery the remedy), memberikan rekomendasi pengobatan[3] (recomend treatment), dan menyelia pengobatan[4] (superintend treatment) (Thompson 1963:354)[5]. Walaupun seyogyanya ilmu antropologi adalah ilmu tentang manusia dan segala aspeknya baik itu mengenai ciri fisik, kebudayaan dan umumnya antropologi diidentikan dengan mengkaji masyarakat dan budaya masa lampau namun seiring berkembangnya waktu antropologi yang sekarang lebih berusah mengkaji budaya-budaya dan kelompok sosial yang hidup pada masa kini seperti masalah konflik etnik, gelandangan yang merajalela, prostitusi, dll. Namun karena Indonesia masih memiliki masyarakat yang kurang maju yang membutuhkan pembenahan melalui transformasi dan pemberdayaan kebudaayan-kebudayaan yang terbelakang bagi sebagian masyarakat maju yang dianggap merugikan salah satu pihak dari kelompok masyarakat tersebut sehingga memerlukan perhatian. Dengan membawa masyarakat yang kurang maju tersebut menuju ke dunia kemajuan karena masyarakat yang kurang maju ini juga bagian dari bangsa Indonesia demi memaslahatkan bangsa kita. Dan apabila antropologi dibangun dengan tidak menghendaki adanya perubahan yang terencana karena untuk menjaga keaslian dari manusia dengan membiarkan kebudayaan manusia itu berubah secara alami tanpa memperdulikan dampak-dampak kemanusiaan yang timbul dan diakibatkan adanya suatu kebudayaan tersebut sungguh sangat memilukan, ketika sebuah ilmu berusaha supaya dapat terlihat eksistensinya dalam ranah pendidikan namun tanpa adanya kontribusi secara nyata yang dapat dirasakan oleh bangsa Indonesia itu sama halnya seperti dengan manusia yang mempunyai dan berusaha menunjukan kepintarannya namun tak mau membagi kepintaranya kepada yang membutuhkan, karena sesungguhnya ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dapat dipergunakan dan dimanfaatkan demi kepentingan bersama.

[1] Pandangan bahwa sebuah ilmu tidak diamalkan dan dibatasi, oleh akal budi yang secara terbatas aupun oleh cara mengetahui yang terbatas, seperti pohon rindang yang tidak berbuah pada akhirnya digunakan sebagai kayu bakar
[2] Menekankan pada antropologi terapan, dengan memanfaatkan teori, konsep, metodelogi di bidang antropologi untuk keperluan praktis
[3] Rekomendasi tersebut didasari pada nilai mana yang baik mana yang buruk dan mana yang budaya maju dan mana budaya yang terbelakang
[4] Mengawasi dari pemberian rekomendasi atas masalah-masalah, apakah sudah sesuai untuk dapat mengatasi masalah-masalah tersebut
[5] Alur kerja dari antropologi terapan

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: