Assalamualaikum para blogger. kali ini saya akan memposting dari tugas Etnografi. tugas ini berisi penjelasan kajian etnografi. selamat membaca..
- Pengertian Etnografi dan yang dimaksud dengan etnografi klasik, etnografi modern, dan Etnografi Baru.
Etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku Bangsa,yang ditulis oleh seorang ahli Antropolog atas hasil penelitian lapangan yang berbentuk uraian atau gambaran tentang bangsa-bangsa di suatu tempat dan di suatu waktu. Gambaran bangsa-bangsa tersebut meliputi adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, peralatan yang digunakan, aktivitas ekonominya dan gambaran fisik bangsa tersebut, misalnya warna kulit, tinggi badan, rambut, bentuk muka dan sebagainya.
Etnografi klasik adalah etnografi dari belakang meja yang belum ada peneliatan yang insentif dan metode antropologi yang mengharuskan bahwa penelitian mencakup deskripsi dan perilaku yang menunjukan mengapa dalam keadaan apapun perilaku tersebut terjadi.
Etnografi Modern yakni sekitar tahun 1915-1925. Dipelopori oleh antropolog sosial Inggris, Radclifffe-Brown dan B. Malinowski, etnografi modern dibedakan dengan etnografi mula-mula berdasarkan ciri penting, yakni mereka tidak terlalu mamandang hal yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu kelompok masyarakat (Spradley, 1997). Perhatian utama mereka adalah pada kehidupan masa kini, yaitu tentang the way of life masayarakat tersebut. Menurut pandangan dua antropolog ini tujuan etnografi adalah untuk mendeskripsikan dan membangun struktur sosial dan budaya suatu masyarakat. Untuk itu peneliti tidak cukup hanya melakukan wawancara, namun hendaknya berada bersama informan sambil melakukan observasi.
Ethnografi Baru Generasi Pertama kurang lebih 1960-an. Berakar dari ranah antropologi kognitif, “etnografi baru” memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan. Analisis dalam penelitian ini tidak didasarkan semata-mata pada interpretasi peneliti tetapi merupakan susunan pikiran dari anggota masyarakat yang dikorek keluar oleh peneliti. Karena tujuannya adalah untuk menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran dari suatu masyarakat, maka pemahaman peneliti akan studi bahasa menjadi sangat penting dalam metode penelitian ini. “Pengumpulan riwayat hidup atau suatu strategi campuran, bahasa akan muncul dalam setiap fase dalam proses penelitian ini.
Tidak cukup berhenti sampai disitu, Etnografi baru generasi kedua. Inilah metode penelitian hasil sintesis pemikiran Spardley yang dipaparkan dalam buku “Metode Etnografi” ini. Secara lebih spesifik, Spardley mendefinisikan budaya – sebagai yang diamati dalam etnografi – sebagai proses belajar yang mereka gunakan untuk megintepretasikan dunia sekeliling mereka dan menyusun strategi perilaku untuk menghadapinya. Dalam pandangannya ini, Spardley tidak lagi menganggap etnografi sebagai metode untuk meneliti “Other culture”, masyarakat kecil yang terisolasi, namun juga masyarakat kita sendiri, masyarakat multicultural di seluruh dunia. Pemikiran ini kemudian dia rangkum dalam “Alur Penelitian Maju Bertahap” yang terdiri atas lima ,prinsip, yakni: Peneliti dianjurkan hanya menggunakan satu teknik pengumpulan data; mengenali langkah-langkah pokok dalam teknik tersebut., misalnya 12 langkah pokok dalam wawancara etnografi dari Spardley.; setiap langkah pokok dijalankakn secra berurutan; praktik dan latihan harus selalu dilakukan; memberikan problem solving sebagai tanggung jawab sosialnya, bukan lagi ilmu untuk ilmu dan cukup belajar dan mengkaji teori-teori dibangku kuliah.
Namun, inti dari “Etnografi Baru” Spardley ini adalah upaya memperhatikan makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami melalui kebudayaan mereka. Dalam melakukan kerja lapangan, etnografer membuat kesimpulan budaya manusia dari tiga sumber: (1) dari hal yang dikatakan orang, (2) dari cara orang bertidak, (3) dari berbagai artefak yang digunakan. Namun, dalam buku ini, Spradley memfokuskan secara khusus pembuatan keksimpulan dari apa yang dikatakan orang. Wawancara etnografik dianggap lebih mampu menjelajah susunan pemikiran masyarakat yang sedang diamati.
- Yang dimaksud dengan “Partial Truths” adalah kebenaran Etnografi belum pasti , karena kebenaran yang dibawa etnografi sebenarnya dilandasi dan dibatasi oleh motivasi dan ketentuan yang tidak mempunyai kaitan langsung dan berada di luar masyarakat dan kebudayaan yang digambarkan. Bahkan bisa jadi kondisi pembatas semacam itu berada diluar jangkauan sang peneliti dan masyarakat yang diteliti. Dengan demikian kebenaran yang ditampilkan oleh etnografi bisa dikatakan tidak obyektif sepenuhnya. Kebenaran etnografi bersifat partial yang artinya ia benar hanya apabila dipahami berdasarkan motivasi dan pembatas-pembatas yang turut menentukan pendeskripsian tersebut.
- Visual etnografi dapat diartikan secara sederhana sebagai sebuah hasil kajian antropologi yang tentunya menghasilkan sebuah etnografi, dan keseluruhan etnografi ini kemudian dikemas dalam bentuk visualisasi dengan tujuan utama yang juga sangat sederhana, yaitu membuat karya etnografi tersebut agar dapat dilihat secara nyata dan langsung oleh para penyimaknya (audiences).
Sebuah kejadian atau peristiwa, upacara pernikahan, ritual mistis, ragam mata pencaharian, bentuk fisik, gambaran lingkungan dan ekosistem, sampai kepada ide dan pengetahuan yang abstrak, senantiasa merupakan produk dari visual etnografi yang cenderung dituangkan dalam bentuk berupa film ataupun hasil-hasil foto. Dan sebagaimana isu utama mengenai kebudayaan, maka yang membedakan hasil visual para antropolog dan etnolog dengan para ahli visual lain adalah terletak pada sensitifitas kebudayaan (culture sensitivity) yang tertuang dalam karya-karya tersebut.
Foto (maupun video) dianggap sebagai rekaman dari peristiwa yang faktual, benar-benar terjadi sebagaimana kenyataannya. Rekaman kamera seolah-olah menghadirkan kembali peristiwa yang sudah berlangsung pada ruang dan waktu yang telah lalu ke ruang dan waktu yang berbeda. Rekaman kamera dianggap dapat merepresentasikan kenyataan secara persis dan obyektif. Benarkah demikian? Tentusaja tidak. Foto merupakan hasil rekaman kamera bersifat paradoks. Benar bahwa apa yang terekam oleh kamera berasal dari peristiwa yang benar-benar terjadi namun hasil rekaman tersebut bukanlah peristiwanya. Selalu ada jarak antara hasil rekaman kamera dengan peristiwanya. Foto setangkai bunga mawar yang sangat persis dengan aslinya tantunya akan memberikan situasi yang berbeda antara menyentuh dan mencium bunga mawar sungguhan dengan selembar foto bunga mawar. Selain itu, ketika merekam dengan menggunakan kamera, kita terlibat dalam proses menyeleksi peristiwa mana yang akan direkam, dan mana yang tidak. Sudut pengambilan, posisi kamera, pencahayaan, dan aspek teknis lainnya akan menimbulkan efek (makna) yang berbeda ketika dilihat.
Analisis foto dilakukan dengan cara yang secara teoritik mengacu pada pemikiran Barthes yang sudah disinggung pada bagian sebelumnya. Foto merupakan teks, tanda, yang harus ditafsirkan. Foto-foto tersebut ditatap secara aktif. tidak sekedar dilihat kemudian dinilai baik dan buruknya (dengan ukuran tertentu) tetapi dilihat dengan lebih rinci, jika ada bagian detail yang belum diketahui maka harus dicari jawabannya. Sehingga tidak cukup hanya dengan sekali melihat tetapi harus memilah dan membongkar apa saja yang tampak dan tidak tampak. Karena dibalik apa yang terlihat dari sebuah foto perlu disadari bahwa secara bersamaan ada yang tidak terlihat dan yang tidak terlihat itulah yang membuat sesuatu menjadi terlihat (Marelau-Ponty, 1968).
Sumber
https://tiarawacana.co.id/kat_infobuku.php?ID=157
https://jeratbudaya.blogspot.com/2009/07/menuju-antropologi-yang-transparan.html
https://boodee92.blogspot.com/2012/12/etnografi-dan-metode-etnografi.html
https://ikhwanm.blogspot.com/2008/09/antropologi-visual_12.html
https://tentangantro.blogspot.com/2013/12/etnofotografi-selayang-pandang.html
Buku metode etnografi James P. Spradley