Assalamualaikum Para Blogger, Tulisan kali ini saya membahas mengenai Masyarakat Jawa yang pernah menjadi tugas saya dalam Mata Kuliah Religi dan Etika Masyarakat Jawa.
Kebudayaan Jawa yang dilambangkan pada Kraton-kraton yang identik dengan kehalusan, klasik, hierarkis dan adiluhung membawa masyarakat dalam citra yang yang lemahlambut. Akan tetapi pada masalalu sebenarnya masyarakat Jawa adalah etnis yang keras dan menjadi ‘bangsa’ penakluk. Hal ini dikarenakan kerajaan-kerajaan Jawa berhasil menaklukan wilayah hampir seluruh Asia Tenggara. Akan hal tersebut memicu terjadinya pergeseran Budaya yang menyebabkan orang Jawa menjadi lemah lembut dan halus. Budaya memiliki peran yang mendasari perilaku masyarakat, terutama dari Kebudayaan kasar itu sendiri. Hal tersebut diajarkan pada orang Jawa melalui kesenian yang berupa wayang kulit atau wayang wong. Dalam menyampaikan makna yang terkandung dalam kesenian tersebut seakan memberikan pengaruh kekerasan dalam budaya Jawa. Selain itu pertunjukan tersebut juga menyampaikan nilai-nilai yang alat ukur dalam membedakan hal baik dan buruk untuk dilakukan. Masyarakat Jawa pada hakikatnya memiliki 3 prinsip yaitu, hormat, rukun, isin. dimana prinsip hormat memberi anggapan bahwa hubungan yang ada pada masyarakat itu berjenjang atau berstrata, rukun memberi anggapan bahwa hubungan dalam masyarakat harus tentram dan nyaman tanpa adanya perselisihan. Dan yang terakhir isin , isin memberikan anggapan bahwa orang Jawa harus malu apabila melakukan perbuatan yang tidak baik. 3 prinsip itu pada saat yang tertentu harus menjadi nyata dalam kehidupan namun pada saat yang berbeda pula dapat menjadi angan-angan yang berbeda dari realitas masyarakat. Pada masa kekerasan dan peperangan kerajaan jawa pada hakekatnya memberi gambaran pada masyarakat Jawa bagaimana kekerasan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin mereka dimana hal tersebut tertanam pada otak masyarakat Jawa yang membentuk pribadi mereka. karena pada halnya kepemimpinan pada masa tersebut juga dicampuri oleh kolonial-kolonial penjajah Indonesia. namun pada akhirnya kekerasan itu berusaha untuk dihilangkan pada masa kepemimpinan Siharto yaitu Masa Orde baru dengan gerakan reformasi damai dan tanpa senjata yang lakukan oleh massa.