foucault

Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial juga sebagai makhluk ekonomi. Selain kebutuhan bermasyarakat, manusia juga memiliki kebutuhan dari segi ekonomi. Manusia dengan kebutuhan yang tidak terbatas seringkali tidak diimbangi dengan alat tukar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Keadaan semacam itu menyebabkan manusia selektif dalam memilih kebutuhan yang akan digunakannya. Manusia akan cenderung memilih yang memberikan kepuasan dengan alat tukar yang pas.

Berbagai kebutuhan ekonomi itulah yang mendorong munculnya berbagai toko untuk menawarkan berbagai keperluan manusia. Mulai dari toko kecil, swalayan, mall dan sebagainya berlomba-lomba menawarkan berbagai macam produk. Jargon-jargon atau slogan-slogan tertentu dirancang untuk menarik konsumen agar tertarik berbelanja ditempat tersebut. Jargon-jargon dan slogan tertentu dibuat dengan tata bahasa yang menarik dan unik sehingga mewakili keistimewaan yang diberikan toko tersebut dibanding yang lainnya. Toko satu dengan yang lainnya berlomba-lomba menyakinkan konsumen untuk menjadi pelanggan lewat slogan atau jargon andalan mereka.

Tidak ada kalimat yang tidak mengandung makna dan tujuan didalamnya. Wacana yang dibuat tidak sekedar sebagai pengundang konsumen, namun dibaliknya justru tersimpan tujuan utama yang diinginkan oleh pemlik wacana tersebut. sejumlah keuntungan menjadi tujuan utama dibalik wacana yang diunggulkan. Sehingga dapat dikatakan bahasa ini menjadi salah satu yang terpenting dalam keberhasilan untuk mencapai tujuan.

Rumusan Masalah

Dari tema yang kami ambil tentang teori post strukturalisme, kami memutuskan untuk membatasi masalah sebagai berikut:

  1. Apakah yang menjadi kajian dari teori post strukturalisme Michel Foucault?
  2. Apakah contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan teori post strukturalisme Foucault?
  3. Bagaimanakah pembahasan contoh kasus terhadap teori pos strukturalisme Foucault?

PEMBAHASAN

Teori Post Strukturalisme Foucoult

Foucault menjadi pemikir terpenting yang menyumbangkan pemikirannya melalui karya-karya yang dikaitkan dengan pendekatan post struktural. Karya yang dihasilkannya memberikan pembeda antara post strukturalisme dengan strukturalisme. Kalau stukturalisme sangat dipengaruhi oleh ahli bahasa, pendekatan Foucault dan post strukturalisme pada umumnya menunjukan beragam input teoritis (Smart dikutip dalam George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2003: 652). Foucault, pada teori-teorinya dipengaruhi beberapa teori dari pemikiran lain. Pemikiran lain itu tidak menjadi pembatas untuk teorinya, namun hanya ditempatkan pada satu sudut dari pemikiran dari Foucault sendiri. Bahasa bagi Foucault tidak bisa dikurung dalam “apa yang ditulis” dan “apa yang menjadi maknanya”, keduanya saling terjalin tanpa pemisahan. Hal ini adalah salah satu dari pemikirannya tentang subjek dan objek, bahwa bahasa yang ditulis dan menjadi maknanya tidak bisa dipisahkan dalam subjek dan objek. Keduanya terserah tanpa teratur, tanpa terstruktur secara baku.

Gagasan-gaagasan marxian (Smart dikutip dalam George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2003: 652) juga ditemukan dalam karya Foucault, tetapi tidak membatasinya hanya pada ekonomi, ia memusatkan perhatian pada berbagai institusi. Ia lebih tertarik pada “polotik mikro kekuasaan” ketimbang pada kekuasaan di level masyarakat yang jadi perhatian marxian tradisional (Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2003: 652). Ia lebih memperhatikan bagaimana menangkap sebuah fenomena yang tersembunyi dibalik sebuah fenomena sosial yang menarik perhatiannya agar fenomena sosial dapat dipahami lebih baik. Ada pengaruh fenomenologi, namun Foucault menolak adanya subjek yang otonom dan memberi makna (Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2003: 652). Hal itu yang memungkinkan Foucault memungkinkan mengadopsi minat Nietzche pada hubungan dengan pengetahuan (Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2003: 653).

Aturan, sistem dan prosedur disebut oleh Foucault dengan istilah tata wacana. Keseluruhan konseptual dimana pengetahuan itu dibentuk dan dihasilkan. Wacana dalam pengertian ini adalah keseluruhan yang aspek dimana bahasa dipakai dengan tata cara tertentu. Melalui teori wacana, teori tersebut memberikan penolakan atas pusat atau titik tolak pemikiran. Kalau harus ada ‘pusat’, maka pusat itu adalah bahasa atau teks. Wacana paling berperan untuk membentuk dan mencitrakan pengetahuan untuk subjek dan objek yang berpengaruh didalamnya. Wacana dilihat sebagai ilmu dan praktek yang sesungguhnya dalam kehidupan sosial adalah sebenarnya merupakan praktek dari ilmu dan kekuasaan.  Wacana menciptakan subyek ilmu-ilmu sosial dan obyek-obyeknya (penyakit, kegilaan dsb).  Kekuasaan menurutnya bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan relasi-relasi yang bekerja dalam ruang dan waktu tertentu. Hubungan saling keterkaitan antara pemikiran dengan bahasa, pengetahuan dan tindakan oleh Foucault disebut dengan praktek deskriptif. Dalam pemikirannya tentang kekuasaan, Foucault lebih memilih menitikberatkan pada bagaimana orang mengatur dirinya dan orang lain melalui apa yang dihasilkannya sebagai kekuasaannya. Ia melihat pengetahuan membangun kekuasaan dengan menjadikan orang sebagai subjek dan selanjutnya mengatur subjek dengan pengetahuan. Dalam hal ini didasarkan bahwa bentuk pengetahuan tertinggi (ilmu pengetahuan) memiliki kekuasaan terbesar (Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2003: 655). Kekuasaan memproduksi kebenaran, karena kebenaran berada di dalam produk yang dihasilkan oleh sistem kekuasaan tersebut yang memproduksi kebenaran dan mempertahankan kebenaran itu. Karena itu kebenaran tidak ada dengan sendirinya, dan tidak berada di luar kekuasaan, tetapi berada dalam kekuasaan itu.  Karena itu, kekuasaan adalah kebenaran.

Menurut Foucault, pada kenyataannya kekuasaan telah berubah. Kekuasaan tidak lagi berada di tangan satu orang atau lembaga, tetapi tersebar luas dalam masyarakat dan cenderung tersembunyi.  Perubahan itu disebabkan oleh berubahnya kekuasaan. Dahulu poros utama kekuasaan adalah kehendak, baik kehendak raja atau rakyat. Kini, kekuasaan tidak lahir dari kehendak, tetapi melalui pengetahuan. Pengetahuan adalah kekuasaan, kata Foucault.

Kuasa dan pengetahuan pertama-tama bekerja melalui bahasa. Bahasa adalah mediator. Wacana adalah ucapan pembicara menyampaikan segala sesuatu

kepada pendengar. Unsur terkecil dari wacana adalah kalimat. Wacana yang diperkuat dengan tulisan disebut teks. Wacana merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan (statement) yang berbeda dengan ungkapan (utterance) maupun proposisi (proposition). Yang dimaksud Foucault disini bukanlah sekedar perbincangan sehari-hari, tapi perbincangan yang serius (serious speech-act). Serius tidaknya suatu perbincangan diukur berdasar intensitas keterlibatan unsur relasi kuasa dengan pengetahuan yang melahirkan wacana tersebut.

“Belanja Puas, Harga Pas”

PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk merupakan salah satu perusahaan retail minimarket terkemuka di Indonesia dengan lisensi merk dagang Alfamart. Saat ini PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk telah membuka 21 kantor cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, Sumatera & Sulawesi dengan lebih dari 6.000 toko.  Sesuai dengan judulnya alfamart memberikan penawaran belanja di ” alfaonline.com: Toko belanja online murah, Promo heboh jual barang hanya Rp 1,- “belanja puas harga pas, dan tentunya berkualitas. Toko online, belanja online, belanja murah, hingga promo heboh hanya Rp 1,- bisa didapatkan di (https://www.alfaonline.com/). Ini merupakan keunggulan dari alfamart, baik dari segi promo hingga layanannya pun demikian, inilah yang menjadi daya tarik saya untuk belanja di alfamart. Mari belanja di alfamart, belanja puas harga pas. Keberadaan alfamart ditengah-tengah masyarakat bukan lagi menjadi hal yang aneh sekaligus mengherankan. Alfamart kini sudah benar-benar menjadi bagian dari kehidupan masarakat.

Alfamart-solusi belanja masyarakat Indonesia

Kegemaran belanja masyarakat Indonesia seolah berjalan beriringan dengan munculnya alfamart di tengah masyarakat. Kebutuhan sehari-hari seketika dapat terpenuhi. Keberadaan alfamart yang sudah menjamur diberbagai wilayah membuat segalanya menjadi mudah. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari menjadi mudah dan cepat. Harus diakui, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang konsumtif. Masyarakatnya gemar

berbelanja dalam konteks apapun. Baik perempuan atau wanita dari usia muda hingga tua.

Menyadari kelemahan sebagian besar masyarakat Indonesia. Alfamart melihat ini sebagai sebuah peluang usaha. Ketika membicarakan peluang usaha, sekecil apapun akan menjadi besar ketika bisa membaca pasar. Hal inilah yang secara langsung dimiliki oleh pendiri alfamart. Bahwa alfamart nantinya akan menjadi sebuah bisnis besar yang menguntungkan. Baik dari bisnis, maupun dari pekerjanya itu sendiri. kehadiran alfamart sangat pas dengan ritme kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.

Harus diakui, masyarakat perkotaan tidak cocok dengan ritme kehidupan yang lambat. Semuanya tentu harus cepat, praktis dan tentu saja hemat. Alfamart memenuhi semua ini. Sebagai sebuah usaha untuk melayani masyarakat Indonesia, alfamart seolah memegang komitmen untuk dekat dengan masyarakat. Banyaknya gerai alfamart yang ada disekitar menjadi bukti nyata dengan komitmen tersebut. dengan membaca komitmennya yang seperti itu, wajar bila alfamart dikatakan sebagai solusi belanja masyarakat Indonesia masa kini.

Alfamart sahabat bersama

Keberadaan alfamart yang seolah hadir sejauh mata memandang, membuat usaha ini akrab dengan semua kalangan. Baik perempuan, laki-laki dari yang muda hingga tua mengetahui alfamart. Usaha ini benar-benar seperti sudah menjadi sahabat masyarakat. Melihat keakraban alfamart dengan masyarakat tersebut, tidak mungkin ada yang belum pernah berbelanja di alfamart. Sekalipun hanya mampir membeli minum ketika dalam perjalanan.

Selain memiliki produk yang bervariasi sehingga kita bisa memilih barang yang kita butuhkan, alfamart juga bisa dijadikan tempat alternatif untuk tempat berteduh sesaat sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Hal ini sepertinya berlaku pada gerai yang terdapat di tempat umum seperti terminal, lingkungan kampus. Walaupun tidak disediakan tempat untuk beristirahat, hanya duduk dipelataran, dirasa itu cukup nyaman untuk berteduh atau beristirahat. Anda bisa melihat fenomena ini di lingkungan kampus yang kebetulan memiliki gerai alfamart. Anda akan bisa melihat fenomena ini di lingkungan kampus yang memiliki gerai alfamart. Dalam hal ini, alfamart bisa

kalah saing dengan usaha retail yang lain. terutama sevel. Walaupun masih terdapat dikota-kota besar, dengan fasilitas yang lebih banyak, seperti

tersedianya tempat nongkrong yang lebih asyik, sevel dicurigai mampu menyaingi keberadaan alfamart.

Namun, usaha sebesar alfamart tentu mempunyai cara untuk menyiasati hal tersebut. selain itu, menyadari mulai mengancam keberadaan mereka. persaingan dalam dunia bisnis tentu sangat wajar terjadi. para pedagang kecil juga menyadari hal itu pun dengan alfamart. Sebuah inovasi dibutuhkan sebagai senjata untuk menghadapi pesaing tersebut. jika tidak mereka siap-siap menggulung tikar. Hukum alam memang kejam, dan itu juga berlaku pada pada bisnis retail sebesar alfamart. Berkaitan dengan hal tersebut, memperbanyak gerai yang disebar dihampir seluruh wilayah Indonesia mungkin salah satu cara alfamart untuk tetap diperhitungkan masyarakat. Meskipun demikian, hingga kini rasanya alfamart akan sealu menjadi sahabat terdekat masyarakat dalam memenuhi kebutuhan.

Wacana “Belanja Puas, Harga Pas” dalam Teori Foucault.

Modernisasi yang sekarang tumbuh di Indonesia memberikan dampak pada berbagai segi kehidupan. Hal itu menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kehidupan manusia. Pada era sekarang ini, orang lebih cenderung menginginkan yang cepat, praktis dan mudah. Mulai dari kebutuhan sandang, pangan dan papan yang menjadi kebutuhan pokok manusia.

Tidak dipungkiri, masyarakat Indonesia sebagian besar adalah masyarakat yang konsumtif. Contoh yang paling terlihat adalah dengan kegemaran masyarakatnya berbelanja. Berbelanja disini adalah dalam konteks apapun. Tidak hanya digemari oleh kalangan muda, namun mulai dari anak-anak, remajan hingga orang dewasa gemar berbelanja. Kegemaran akan hal itu seperti berjalan beriringan dengan semakin menjamurnya industri. Salah satu industri yang masih memegang andil besar karena dinilai mampu menjawab kebutuhan manusia akan keinginannya itu adalah keberadaan industri retile.

Kesadaran akan peluang besar tersebut, mendorong para pemilik modal mendirikan industri-industri retail di berbagai wilayah. Perusahaan berlomba menampilkan keunggulan dan keistimewaan mereka masing-masing melalui slogan atau jargon sebagai pengenal identitas masing-masing. Slogan atau jargon tersebut dibuat sedemikian rupa untuk menarik minat masyarakat. Jika dicermati, slogan-slogan yang dipamerkan sebenarnya mengandung makna yang tersembunyi.

Salah satu slogan yang sudah tidak asing lagi di lingkungan kita yaitu “belanja puas, harga pas”. Slagan ini dipakai salah satu industri retail yang keberadaannya sudah menyebar disebagian besar wilayah Indonesia, yaitu alfamart. Dalam kalimat tersebut jika ditelaah lebih dalan, ada makna yang tersirat dari adanya keberadaan tulisan itu untuk sebuah industri. Dari kalimat “Belanja puas”, ketika kita membaca pasti yang ada pada pikiran kita adalah kita dijamin akan merasa puas dengan berbelanja di alfamart. Rasa puas disini mungkin ada kaitannya dengan beberapa hal, diantaranya; mungkin karena pelayan yang ramah. Ketika memasuki toko, pelayan selalu menyapa pengunjung “selamat pagi, selamat berbelanja di alfamart” salam itu diucapkan berdasarkan waktu saat itu. Selain itu, barang-barang yang dijual, tempat yang berAC, bersih, barang-barang yang tertata sesuai dengan jenisnya sehingga memudahkan pengunjung mencari barang yang dibutuhkan, pelayanan dengan mengambil sendiri barang yang diinginkan sesuka hati, dan lainnya. Dari kalimat “harga pas”, slogan selanjutnya yang mengikuti “belanja puas” ini menjadi penyempurna dalam melengkapi kalimat pertama. Kedua kalimat itu menjadi serangkaian yang sudah terstruktur yang menyimpan makna tertentu dibaliknya. Ada dua pandangan yang bisa dibaca dari kalimat “harga pas”. Jika diartikan secara lugu, harga pas ini menunjukan bahwa barang-barang yang dijual pas dengan kantong. Harga yang ditawarkan terjangkau oleh semua kalangan. Atau dengan kata lain, alfamart ini menawarkan konsep belanja yang hemat. Pandangan lain tentang “harga pas” disini karena harga-harga yang terdapat pada setiap produk sudah pas, tidak bisa ditawar.

Pengaruh dari adanya modernisasi, gaya hidup yang modern salah satunya terlihat sekali pada masyarakat kota. Hidup instan, serba cepat, praktis dan hemat yang mendorong masyarakat perkotaan ini menyukai shopping. Seberapa sering, barang yang dibeli dan dimana tempatnya seringkali menjadi ukuran dalam menentukan status sosial mereka. Orang yang “gila belanja” biasanya akan fanatik terhadap sesuatu yang cenderung berpeluang untuk berbelanja tanpa batas dengan pengeluaran yang hemat. Mengacu pada teori Foucault yang mempunyai pemikiran tentang adanya wacana. Wacana paling berperan untuk membentuk dan mencitrakan subjek dan objek. Melalui wacana “belanja puas, harga pas” subjek yang diinginkan adalah masyarakat pecinta belanja. Dan objeknya yaitu shopping, berbelanja.

Wacana menurut Foucault disebutnya dengan praktek deskriptif yaitu relasi antara pikiran dengan bahasa. Bahasa yang dipakai pada kalimat “belanja puas, harga pas” mempengaruhi pemikiran pembacanya. Kalimat tersebut seakan mampu menghegemoni masyarakat. Melalui kalimat itulah, mengundang minat masyarakat untuk berkunjung ke dan diharapkan membeli produk yang dijual di alfamart. Hal itu didukung dengan apa yang ada dan ditawarkan oleh alfamart menjadi alasan mengapa alfamart menjadi tempat belanja yang wajib dikunjungi.

Dari pengetahuan membangun kekuasaan yang mengatur orang sebagai subjek. Pengetahuan yang dimiliki pendiri alfamart tentang masyarakat Indonesia yang konsumtif, dibaca pendiri alfamart sebagai peluang bisnis. Kemudian membangun wacana bagaimana menjawab fenomena yang sedang melanda masyarakat Indonesia. Tentunya, wacana yang dibangun oleh pendiri alfamart ini melibatkan orang sebagai subjek. Yang menjadi sasaran utama orang sebagai subjek ini tidak lain yaitu pecinta belanja.

Dari pengetahuan pendiri alfamart, maka muncullah wacana “belanja puas, harga pas” sebagai kekuasaan yang diterapkan pada alfamart untuk mengatur pecinta belanja ini. Bagaimana wacana ini menghegemoni para pecinta belanja untuk menjadi bukan dirinya sendiri yang sesungguhnya, melainkan diri orang lain yaitu sebagai pecinta belanja. Diri orang lain yang mempunyai kepribadian bukan kepribadiannya sendiri. Kepribadian seseorang

terbentuk oleh pengetahuan (khususnya persepsi, penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi mengenai bermacam hal yang ada dalam lingkungannya). Selain pengetahuan, kepribadian seseorang juga terbentuk oleh berbagai perasaan, emosi, dan keinginan tentang berbagai hal yang ada dalam lingkungan (koentjaraningrat, 2009: 90). Setelah wacana bahwa anda akan dijamin merasa puas berbelanja di alfamart dengan harga yang terjangkau tertanam pada pecinta belanja ini, menariknya memilih alfamart sebagai tempat belanjanya.

Wacana ini kemudian menjadi kekuasaan yang mengatur subjek. Ketika wacana tersebut dinilai benar menurutnya, subjek merasa nyaman dengan wacana yang menggerakannya, maka tercapai apa yang menjadi wacana tersebut. Contohnya ketika subjek ini membutuhkan suatu barang. Ia mencari toko yang menjual barang tersebut. Ia mencari toko yang menyediakan barang yang ia cari dan sesuai dengan kantong. Dari beberapa toko yang ia kenal dengan slogan-slogan mereka masing-masing, slogan alfamart yang menyakinkan pikiran oarang ini sesuai dengan kondisinya yang bisa puas berbelanja dengan kantong terjangkau. Masuklah ia ke alfamart. Disana ia tidak menemukan apa yang dicari. Ia tidak lantas keluar dengan tangan kosong. Ia akan membeli barang yang tidak sesuai dengan tujuan awal. Itu dikarenakan wacana yang dibangun itu sudah menguasainya yang dibangun lewat kenyamanan tempat belanja, barang yang rapi, tempat yang teduh, pelayan yang ramah, menimbulkan keinginannya untuk tetap belanja. Pribadi yang seperti inilah yang diharapkan oleh industri. Pribadi yang konsumtif.

Dari disini berkaitan dengan apa yang namanya kapitalisme industri. Memanfaatkan slogan untuk menarik pecinta belanja ini berbelanja di alfamart. Wacana tersebut tidak hanya digunakan sebagai identitas pengenal dari perusahaan itu sendiri, namun juga dibalaiknya memiliki tujuan yang dianut oleh kaaum kapitalisme industri. Apabila kita melihat adanya tujuan yang diinginkan oleh kaum ini. Makna yang tersembunyi dibalik slogan tersebut juga sebenarnya mengandung keinginan yang diharapkan oleh kaum kapitalisme ini. Slogan “belanja puas” disini kaum kapitalis memberikan

kenyamanan dahulu dengan segala fasilitas yang diberikan sehingga subjek ini merasa puas dengan berbelanja ditempatnya. “harga pas” disini bukan

mengandung arti bahwa dengan berbelanja di tempat tersebut sesuai dengan kantong atu dengan kata lain yaitu terjangkau atau hemat. Melainkan harga pas disini berarti nilai dari barang yang dijual tersebut sudah pas tidak bisa ditawar. Nah disinilah kesempatan kaum kapitalisme ini memperoleh keuntungan. Dari mulai harga yang lebih mahal daripada warung-warung eceran biasa, adanya pajak yang dikenakan, ada juga sistem kartu mamber yang berdalih potongan harga setiap berbelanja. Kartu member ini bisa jadi hanya untuk alternatif pemilik toko tersebut dalam memperoleh sejumlah keuntungan. Ini dikarenakan adanya balas jasa atas pelayanan yang telah diberikan. Unsur relasi seperti pemilihan kata dalam kalimat wacana, pemikiran manusia, subjek, objek dan pengetahuan dari pendiri alfamart ini mengenai masyarakat Indonesia yang konsumtif ini memunculkan adanya wacana sebagai kekuasaan. Dari situlah makna dibalik wacana terungkap. Sehingga, dengan kata lain, wacana merupakan sebuah kebenaran.

Kesimpulan

Aturan, sistem dan prosedur disebut oleh Foucault dengan istilah tata wacana. Keseluruhan konseptual dimana pengetahuan itu dibentuk dan dihasilkan. Wacana dalam pengertian ini adalah keseluruhan aspek dimana bahasa dipakai dengan tata cara tertentu. Wacana paling berperan untuk membentuk dan mencitrakan pengetahuan untuk subjek dan objek yang berpengaruh didalamnya. Kekuasaan menurutnya bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan relasi-relasi yang bekerja dalam ruang dan waktu tertentu. Hubungan saling keterkaitan antara pemikiran dengan bahasa, pengetahuan dan tindakan. Dalam pemikirannya tentang kekuasaan, Foucault lebih memilih menitikberatkan pada bagaimana orang mengatur dirinya dan orang lain melalui apa yang dihasilkannya sebagai kekuasaannya. Ia melihat pengetahuan membangun kekuasaan dengan menjadikan orang sebagai subjek dan selanjutnya mengatur subjek dengan pengetahuan. Kekuasaan memproduksi kebenaran, karena kebenaran berada di dalam produk yang dihasilkan oleh sistem kekuasaan tersebut yang memproduksi kebenaran dan mempertahankan kebenaran itu. Karena itu kebenaran tidak ada dengan sendirinya, dan tidak berada di luar kekuasaan, tetapi berada dalam kekuasaan itu.  Karena itu, kekuasaan adalah kebenaran.

 

Daftar pustaka

Ritzer, G. dan Goodman, D. J. 2013. Teori Sosiologi. Bantul : kreasi wacana