Ruang Lingkup Etnografi

Etnografi adalah kajian berupa tulisan, deskripsi, penggambaran tentang berbagai hal mengenai suku bangsa atau kebudayaan. Etnografi dapat diartikan menjadi dua pengertian yaitu sebagai produk etnografi dan etnografi menjadi sebuah proses. Etnografi menghasilkan produk yaitu buku. Etnografi ditulis menjadi sebuah artikel dan buku yang ditulis oleh seorang antropolog. yang kedua yaitu etnografi menjadi sebuah proses. Dikatakan sebagai proses, etnografi melalui proses dengan melalui metode, yaitu melalui observasi partisipasi atau biasa disebut kerja lapangan. Dalam proses yang disebut observasi partisipasi ini berarti penulis langsung meneliti ke masyarakat yang menjadi objek kajiannya dan melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat yang diteliti. (materi mata kuliah kajian etnografi)

Berdasarkan karakternya, etnografi dapat digolongkan menjadi:

  1. Etnografi klasik

Pada masa ini, sering disebut dengan etnografi dibelakang meja. Yang dimaksudkan disini yaitu, etnografi dibuat melalui pengumpulan dari data-data sekunder. Data-data didapat dari buku-buku, atau tulisan. Data-data yang diperoleh pada etnografi klasik biasanya juga berasal dari data perjalanan yang belum ada penelitian secara mendalam. Data ini hanya bersifat seperti catatan harian. Penulis etnografi ini menuliskan hal-hal yang ia alami, tidak menelitinya lebih lanjut. Hal ini menyebabkan tulisan yang dihasilkan tidak empiris. Tulisan etnografi klasik biasanya bersifat eropasentris dengan menitikberatkan kajiannya pada masyarakat diluar Eropa karena memandang bahwa kebudayaan diluar eropa adalah kebudayaan yang primitif, terbelakang dan terasing

2. Etografi modern.

Pada masa ini, data-data untuk membuat etnografi dikumpulkan melalui penelitian lapangan dengan metode partisipasi observasi dan wawancara. Peneliti mendapatkan data-data dengan cara melakukan observasi langsung ke masyarakat yang hendak menjadi objek tulisannya. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah mengungkap kebudayaan suatu masyarakat yang digambarkan dari alur kehidupan saat itu atau disebut way of life. Sehingga tulisan yang dibuat berdasarkan dari sudut pandang si pemilik kebudayaan. Pada tulisan ini, penulis dituntut harus menguasai bahasa lokal mayarakat yang diteliti. Hal itu bertujuan untuk memudahkan peneliti mendapatkan data yang sebenarnya di lapangan.

  1. Etnografi baru.

Etnografi ini berkembang sekitar tahun 1960an. Metode yang digunakan dalam penulisan etnografi ini bersumber dari satu aliran baru dalam ilmu antropologi, yang disebut cognifive anthropology, atau ethnocience, atau etnografi baru. Etnografi baru memusatkan usahanya untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan (James P. Spredley, 2006:xii). Yang paling utama dalam kajian pada etnografi ini adalah bagaimana konsep, ide, pemikiran menghasilkan kebudayaan yang nantinya mereka gunakan dalam kehidupan sehari hari mereka.

  1. Yang dimaksud dengan “partial truths” yaitu sebenarnya kebenaran yang ditulis pada tulisan etnografi hanya merupakan sebagian dari keseluruhan apa yang sebenarnya ada di lapangan. Dalam sebuah tulisan etnografi, sesungguhnya kebenaran etnografi dibatasi oleh sesuatu yang tersirat yang tidak ada kaitan langsung dan berada di luar masyarakat dan kebudayaan yang dideskripsikan. Bahkan bisa juga kebenaran dari sebuah etnografi berada diluar kebutuhan peneliti atau jangkauan dari masyarakat yang diteliti. Oleh karena itu, tulisan etnografi bisa bersifat tidak objektif sepenuhnya. Tulisan dalam etnografi tidak mengungkap semua sisi kehidupan yang ada dalam masyarakat yang diteliti. Memperlihatkan hanya dari satu sisi kehidupan dari suatu masyarakat. Yang terdapat dalam tulisan etnografi benar, namun tidak menggambarkan keseluruhan kenyataan pada masyarakatnya. Sehingga hal yang ditampilkan oleh tulisan seringkali menjadi ciri yang melekat dari suatu masyarakat. Membawa pandangan orang lain bahwa masayarakat yang menjadi objek tulisan adalah sesuatu yang telah dideskripsikan tersebut. Sehingga, masyarakat luarpun seperti tidak memperdulikan bahkan bisa juga tidak tahu sisi lain dari masyarakt tersebut.

Etnografi bersifat “partial truth” karena dalam sebuah kehidupan manusia menurut Bruner ada tiga komponen yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya yaitu, kenyataan, pengalaman, dan pengungkapan (Bruner dalam GR Lono Lastoro Simatupang). Kenyataan/realitas dari sebuah masyarakat akan melibatkan orang-orang didalamnya yang akan diungkapkan berbeda-beda antara orang yang satu dengan lainnya. Ada pengalaman-pengalaman yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya. Kemudian pengalaman itu mereka ekspresikan dengan ekspresi mereka masing-masing. Oleh karena itu, orang lain hanya dapat menghubungkan dan melakukan penafsiran atas relitas dan pengalaman orang lain. Karena keterbatasan penulis dalam menganalisa berkaitan dengan mengandalkan panca indera, sehingga subjektivitas dalam menafsirkan seringkali menjadi jalan keluar untuk menemukan makna. Seperti metode yang di lakukan oleh Malinowski “Mendeskripsikan berbagai kaitan berfungsi dari unsur-unsur kebudayaan dalam suatu sistem sosial yang hidup (Koentjaraningrat, 1987:165)”. Menghubungkan unsur-unsur budaya yang kesemuanya saling terkait dan saling berfungsi.

  1. Etnografi visual

Etnografi visual menggunakan data visual sebagai sumber data. Visual disini berarti mengandalkan penglihatan untuk mendapatkan data. Melihat apa yang nampak oleh penglihatan yang nantinya digunakan sebagai data. Data visual dapat berupa foto, gambar, video atau film, replika, dan lain-lain.

Data yang berupa fotografi dapat dianalisis untuk mendapatkan sebuah data dengan cara membaca apa yang ada di dalam foto. Baik dilihat dari pakaian yang dikenakan, posisi orang dalam foto, suasana yang tergambar, dan lainnya. Dari materi visual tersebut dilihat apa yang hendak dikaji dalam tulisan etnografi. Kemudian dari situ dapat menghubungkannya dalam kehidupan nyata pada masa itu berkaitan dengan kehidupan sosialnya, sistem sosial, stuktur sosial dan lain-lain. Setelah dihubungkan, dari foto dibaca untuk mengungkap realitas yang ada di kehidupan nyata. Misalkan saja tentang kekuasaan, hubungan laki-laki dan perempuan serta anaknya, perkawinan silang, hubungan sejarah, dan lain-lain. Seperti metode yang terdapat pada teori strukturalisme oleh Levi-strauss yang mengatakan “tiga macam fenomena yang punya ciri kalimat, yaitu fenomena seni sastra, fenomena seni bukan sastra, dan fenomena seni adat (buku catatan materi Teori Antropologi). Foto yang termasuk kedalam fenomena seni bukan sastra, foto dapat dirubah kedalam kalimat-kalimat untuk mengungkap berbagai makna yang tersembunyi pada masa itu.

Daftar Pustaka

Artikel “Menuju Antropologi yang Transparan” oleh GR Lono Lastoro Simatupang

Spradley, James P.

2006, “Metode Etnografi, edisi kedua”. Yogyakarta. Tiara Wacana

Koentjaraningrat

1987, “Sejarah Teori Antropologi I”. Jakarta. UI press