Terkadang kita senang melihat anak dengan sebuah medali yang dikalungkan di lehernya. Orangtua bangga, sekolah menjadi tenar, Dinas pendidikan kota/kabupaten dan juga propinsi ikut terbawa namanya. Tetapi di balik itu ada harga yang sangat mahal untuk menebus sebuah medali tersebut. Coba kita telisik..
Peran orang tua. Dari pengalaman bertahun-tahun tergabung dalam tim pembinaan OSN, anak-anak yang mampu menuju garis finish atau masuk dalam tingkat nasional peran orang tua sangatlah besar. Orang tuanmereka kebanyakan dari kalangan orang yang kuat secara finansial. Betapa tidak, mereka sudah menggembleng anak-anaknya untuk disiapkan dalam ajang ini sejak kelas rendah. Usaha yang tampak sekali adalah dengan mendatangkan guru privat khusus mengajarkan olimpiade. Dengan biaya yang fantastis, mereka mampu dan mau mendatangkan demi sebuah medali yang dikalungkan di leher anaknya kelak. Orang tua juga akan mencari informasi lomba-lomba sejenis, dimanapun, dan tingkat apapun.
Sekolah. Memiliki visi dan misi yang sama dengan orang tua siswa, sekolah berusaha semampu yang dimiliki utuk mensuport, baik seacar moril maupun materiil.
Dinas Pendidikan. Tidak sedikit anggaran biaya yang digelontorkan dari dinas. Mulai dari seleksi tingkat kecamatan, tingkat kota/kabupaten, tingkat propinsi sampai dengan tingkat nasional. Belum lagi Training Camp yang dilakukan beberapa kali bagi siswa-siswa yang lolong dalam masing-masing tahapannya.
Yah, mereka semua berjuang untuk sebuah medali. Orang tua berjuang untuk melihat ada medali yang melingkar di leher anaknya. Sekolah mensuport dengan sekuat tenaga untuk anak didiknya membawa harum nama sekolahnya dengan medali. Dinas pendidikan menginginkan propinsinya kelak disebut sebagai juara umum dalam OSN. Tetapi, sudah sebandingkah? apakah ini yang disebut prestasi, atau hanya sebatas kebanggaan semu?