Hallo Blogys, gimana nih kabarnya? dipostingan kali ini, saya mau sedikit share mengenai beberapa tugas-tugas saya dari semester 1 sampai lima nih. hayoo siapa yang udah siap baca-baca tentang tugas kuliah nih? Tugas ini ada di mata kuliah Kajian Etnografi, tepatnya di semester III, silahkan di baca-baca ya Blogys…
Apa itu Ujung gagak ?
Ujung Gagak adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Kampung Laut. Kampung laut itu sendiri adalah sebuah desa yang berada di kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Desa ujung gagak pada tahun 1970 an masih berupa lautan, Namun kemudian setelah tahun demi tahun terjadi sedimentasi dan longsoran, sehingga jadilah sebuah desa. Desa ujung gagak terdiri dari enam wilayah dusun dan empat puluh Rt dengan kepala keluarga sejumlah seribu sembilan ratus sembilan puluh tujuh. Mayoritas pekerjaan masyarakat desa ujung gagak adalah nelayan, ada sekitar 70% masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. Banyak hal yang menarik mengenai desa ujung gagak, seperti pada pendidikan, mitologi dan pada sisi kesehatan masyarakatnya.
Desa ujung gagak adalah desa yang mempunyai adat dan budaya yang masih sangat dijaga. Kekhasan dan keunikan desa ujung gagak terletak pada masyarakat yang masih sangat berpegang teguh dengan mitos – mitos warisan leluhur mereka, atau mereka biasa menyebut dengan ‘mbah buyut’. Mayoritas kepala keluarga di desa ujung gagak berprofesi sebagai nelayan, sedangkan ibu – ibu di sana mayoritasnya adalah ibu rumah tangga. Ibu – ibu biasanya membantu suaminya untuk membuat jaring untuk menjaring ikan. Yang nantinya ikan – ikan hasil tangkapannya sebagian di jual, sedangkan sebagian lainnya dikonsumsi sendiri. Oleh karena itu, makanan sehari – hari mereka biasnya berupa seafood.
Untuk menuju desa ujung gagak saya harus singgah terlebih dahulu ke Pelabuhan Sleko, Cilacap. Dari pelabuhan sleko saya dan teman – teman lainnya menggunakan tiga buah kapal compreng, Satu kapal compreng diisi penumpang kurang lebih sebanyak 30 orang. Yang disayangkan adalah keamanan penumpang kapal yang kurang terjamin karena setiap penumpang tidak diberikan pelampung, hal ini membuat perasaan tidak aman muncul di hati saya. Namun beberapa pihak meyakinkan jika kapal yang ditumpangi aman dan akan dijamin keselamatannya. Waktu untuk melakukan penyeberangan ke desa ujung gagak menempuh waktu sekitar tiga jam, selama tiga jam itu saya dibuat kagum dengan suguhan keindahan pemandangan yang ada, seperti pulau nusakambangan, rumah sakit kampung laut deengan kapal ambulance nya dan SMA kampung laut. Banyak nelayan yang sedang bekerja dan ada juga kapal yang mengangkut sayur – sayuran.
Setibanya di desa ujung gagak saya dan yang lainnya diarahkan menuju homestay masing – masing. Saya mendapat homestay tiga, setiap homestay kira – kira diisi oleh sepuluh anak, hal ini membuat jiwa kekeluargaan muncul dengan sendirinya. Saya kemudian bersiap diri untuk melakukan observasi pertama saya di desa ujung gagak, dengan bermodal jas almamater dan perlengkapan observasi lainnya saya berkumpul dengan kelompok saya. Saya mempunyai kelompok berjumlah delapan anak, yang kemudian dibagi menjadi dua tim supaya lebih banyak informasi yang dapat kami peroleh, setelah itu saya dan tim saya memutuskan untuk wawancara ke seorang bidan, karena kelompok saya mendapatkan tema sistem medis dan kesehatan, informasi yang kami peroleh dari bidan tersebut berkaitan dengan sistem medis modern. Banyak hal menarik yang diungkapkan oleh ibu bidan, seperti masih banyaknya warga yang percaya dengan mitos – mitos yang ada, contohnya larangan makan ikan untuk ibu hamil karena dipercaya anaknya akan berbau amis, padahal hal itu salah, kenyataannya kandungan gizi yang ada di ikan justru baik untuk tumbuh kembang janin.
Setelah dari ibu bidan kemudian kami melakukan wawancara dengan salah satu dukun pijat, ini berkaitan dengan sistem medis tradisonal. Dukun pijat itu menjelaskan mengenai ramuan untuk memijat, ramuannya berupa minyak goreng, namun jika keluhan yang didapati berupa demam, maka beliau membuat ramuan minyak telon dengan bahan – bahan seperti minyak goreng, minyak kayu putih dan . Setelah saya dan tim selesai bertanya ke dukun pijat kami kemudian pergi menuju rumah bapak kepala desa, namun informasi yang kami peroleh dari beliau hanya sedikit namun beliau menganjurkan kami untuk bertemu dengan bapak Sali beliau adalah orang yang cukup dikenal oleh warga sebagai orang yang mampu menyembuhkan salah satu gejala yaitu ‘sawan’. Sawan adalah gejala aneh yang biasanya dialami oleh anak kecil. Akhirnya atas saran dari bapak kepala desa kami melanjutkan observasi ke rumah bapak Sali, setelah menemukan alamatnya, saya memperkenalkan diri kepada bapak Sali, beliau cukup ramah dan terbuka ketika kami bertanya. Saya dan kelompok saya sedikit terkejut ketika beliau menunjukkan media untuk pengobatan sawan, yaitu berupa kemenyan, namun kami berusaha menutupi rasa terkejut kami supaya beliau tidak tersinggung. Dalam melakukan pengobatan beliau meminta bantuin kepada Gusti Allah, kanjeng ratu kidul, mbah buyut dan mbah sawung galing. Gusti Allah adalah penyebutan bagi masyarakat jawa untuk menyebut Tuhannya, kanjeng ratu kidul adalah sosok makhluk halus yang dipercaya oleh masyarakat sebagai penjaga pantai selatan, mbah buyut adalah leluhur yang pertama kali menempati pulau nusakambangan dan mbah sawung galing adalah juru bicara dari kanjeng ratu kidul. Cara mengobati pasien, beliau biasanya akan membacakan ‘jampi – jampi’ yang ia ucapkan dalam bahasa jawa, kemudian beliau menyemburkan air yang sebelumnya sudah disiapkan, air tersebut terdiri dari kotoran – kotoran yang ada disekitar, kembang tujuh rupa dan air. Itu semua dipercaya oleh beliau sebagai cara dalam menyembuhkan pasiennya. Setelah wawancara selesai kami berpamitan dan pulang menuju homestay.
Keesokan harinya kami melakukan observasi kedua, dan hari tersebut juga bertepatan dengan hari di mana masyarakat desa ujung gagak melakukan sedekah bumi dan sedekah laut, sedekah tersebut dilakukan sebagai perayaan bulan Sura. Seebelum dimulainya acara sedekah. Kami memanfaatkan waktu untuk melakukan bimbingan pada dosen pembimbing, namun bimbingan yang kami lakukan harus dihentiakan sejenak karena kami rombongan mahasiswa dan dosen diminta oleh warga untuk mengiring acara sedekah laut, sebelum sedekah laut dilaksanakan, warga terlebih dahulu melakukan sedekah bumi, sedekah bumi dilakukan dengan cara memendam satu kepala kambing di halaman aula balai desa. Sedangkan untuk sedekah laut warga melakukannya di tengah samudera. Saya dan teman – teman mengiring sesajen hanya sampai ke dermaga. Kemudian saya ingat perkataan dari dosen pembimbing supaya ketika mengiring sedekah sebaiknya tetap wawancara ke warga sekitar. Namun karena acara sedekah laut itu begitu menarik perhatian, kelompok saya menjadi hanya fokus kepada acara tersebut, akhirnya saya memutuskan untuk mencari tambahan informasi kepada seorang bapak – bapak warga desa ujung gagak yang berada di samping sebelah kanan saya, beliau bercerita banyak tentang sedekah laut yang berkaitan dengan Nyi Roro Kidul, namun ketika saya hendak bertanya lebih jelas lagi beliau menyarankan supaya bertanya ke temannya saja, dan beliau dengan segera memanggil temannya. Saya merasa butuh bantuan ke kelompok saya, akhirnya saya memanggil salah satu teman saya supaya ikut mendengarkan narasumber, dan tanpa diduga seseorang yang dipanggil oleh bapak tadi adalah anak dari Nyi Roro Kidul, itu adalah pengakuan yang terlontar dari bapak yang tadi saya wawancara, anak dari Ibu ratu adalah seorang laki – laki yang bernama Raden wiryakartajaya kusuma, beliau mengaku sebagai anak dari Nyi Roro Kidul yang sedang menjelma menjadi manusia karena sedang diberi tugas oleh ibunya. Pengakuannya tentu membuat kami terkejut ditambah lagi beliau beberapa kali menawarkan kepada kami untuk bertemu dengan ibu ratu. Namun, mengingat kami mendapatkan tema tentang sistem medis dan kesehatan kami menolaknya, selain hal itu kami juga perlu mewaspadai diri kami, karena jangan sampai rasa keingintahuan kami justru membuat celaka.
Usai acara sedekah laut kami memutuskan untuk melakukan observasi dengan memotret hal – hal yang dirasa perlu guna menambah bukti mengenai hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan di desa Ujung Gagak kecamatan Kampung Laut kabupaten Cilacap. Kami memotret salah satu rumah, tempat sampah, sesaji yang digunakan untuk sedekah laut, kesenian wayang beserta gamelannya, kemenyan dan lain – lain.
Usai melakukan observasi kedua kami kembali menuju homestay, dan saya berinteraksi dengan anak pemilik homestay yang berusia lima tahun dia bernama fani, saya pertama kali mengetahui bahasa sehari – hari masyarakat sekitar berawal dari fani, dia awalnya malu – malu ketika saya bertanya menggunakan bahasa indonesia, namun ketika saya sedang berbicara dengan teman saya menggunakan bahasa jawa ngapak fani ikut berbicara, dari situ saya mulai mencoba mendekati fani, hal itu berguna memperoleh informasi tentang jajanan anak – anak yang sering dikonsumsi oleh anak – anak di desa tersebut, itu berkaitan dengan perilku kesehatan yang kelompok saya kaji. Fani bercerita tentang jajanan yang sering dia beli seperti sosis, es, permen dan yang lainnya faktanya anak – anak kecil di desa ujung gagak sudah mengenal jajanan seperti anak – anak yang berada di luar desa tersebut, letak yang jauh dari perkotaan tidak menghambat dalam pemenuhan kebutuhan, karena saya dan teman – teman sempat membeli dan mencoba jajanan anak yang ada di desa tepatnya di depan aula, harga yang dijual disana sama dengan harga yang dijual di wilayah semarang khususnya Sekaran.
Pada siang harinya yaitu sekitar pukul 13.00 WIB saya dan teman – teman serta dosen berpamitan kepada warga desa ujung gagak terutama kepada tuan rumah pemilik homestay yang kami tempati, kami izin untuk kembali melanjutkan perjalanan KKL kami. Kemudian kami menggunakan kapal yang sebelumnya sudah dipersiapkan sebanyak tiga buah kapal, jumlah itu sama seperti ketika kami menuju ke desa ujung gagak.