Materi Antropologi Kelas X : Budaya, Perwujudan, Unsur, Isi atau Substansi Budaya dan Nilai Budaya

Saat ini sedang marak-maraknya pemilihan walikota, wakil walikota, bupati maupun wakil bupati. Budaya yang terjadi pada saat musim pemilu yaitu adanya kampanye. Kampanye merupakan salah satu proses pemilu yang berlangsung di negara kita. Kampanye dilakukan untuk menarik minat masyarakat agar memilih salah satu dari kandidat yang ada. Pada saat kampanye banyak cara yang dilakukan oleh para partai politik baik pemimpin maupun pendukungnya, cara yang biasanya dilakukan antara lain pemimpin dan para pendukung suatu partai politik tertentu mengadakan bantuan sosial kemanusiaan berupa pengobatan massal maupun pembagian sembako. Ada pula para pendukung dan pemimpin partai politik yang berkampanye dengan cara beriringan menaiki kendaraan bermotor untuk mengelilingi suatu daerah dengan mengibarkan bendera partai politik dan melantangkan yel-yel atau jargon-jargon partai tertentu. Kedua cara berkampanye tersebut mencerminkan proses integrasi nasional dengan kebudayaan masyarakat. Fenomena kampanye yang sedang marak terjadi pada saat ini merupakan salah satu unsur kebudayan yang berupa sistem organisasi sosial.

Pengertian Budaya

kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”.

Menurut E.B. Tylor, kebudayaan bersifat kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dll serta kebiasaan-kebiasaan manusia sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi, kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Dengan kata lain, kebudayaan merupakan segala sesuatu yang bersifat kompleks yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.

Unsur-Unsur Kebudayaan

Ahli antropologi yang bernama Kluckhon dalam bukunya yang berjudul “Universal Categories of Culture” membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau yang lebih populer adalah kultural universal. Sedangkan istilah universal menurut koentjaraningrat menunjukkan dan dapat ditemukan didalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur tersebut antara lain bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi serta kesenian. Lantas apa itu bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup, sistem religi serta kesenian ? dibawah ini akan dikaji satu persatu.

  • Bahasa

Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok. Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.

  • Bahasa Bersifat Abritrer

Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.

  • Bahasa Bersifat Produktif

Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

  • Bahasa Bersifat Dinamis

Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.

  • Bahasa Bersifat Beragam

Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.

  • Bahasa Bersifat Manusiawi

Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.

  • Sistem peralatan hidup dan teknologi

Menurut Koentjaraningrat, pada masyarakat tradisional terdapat delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yangdigunakan oleh kelompok manusia yang hidup berpindah-pindah atau masyarakat pertanian, antara lain alat-alat produksi, alat membuat api, senjata, wadah, makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan, serta alat-alat transportasi.

  • Sistem ekonomi dan mata pencaharian hidup

Perhatian para ahli antropologi terhadap berbagai macam sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi hanya terbatas pada sistem-sistem yang bersifat tradisional saja, terutama perhatian terhadap kebudayaan suatu suku bangsa secara holistik. Sistem tersebut yaitu berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan dan bercocok tanam dengan irigasi. Dari kelima sistem tersebut seorang ahli antropologi juga hanya memperhatikan sistem produksi lokalnya termasuk sumber alam, cara mengumpulkan modal, cara pengerahan dan pengaturan tenaga kerja, teknologi produksi, sistem distribusi di pasar-pasar yang dekat saja, dan proses konsumsinya. Seorang ahli antropologi masa kini juga mulai menaruh perhatian terhadap aktivitas-aktivitas pedagang di kota.

  • Sistem organisasi sosial

setiap kehidupan masyarakat diorganisasikan atau diatur oleh adat-istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan tempat individu hidup dan bergaul setiap hari. Kesatuan sosial yang paling dekat adalah kesatuan kekerabatannya yaitu keluarga inti yang dekat dan kaum kerabat tetapi masih dalam lingkungan komunitas.

  • Sistem pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.Namun, yang menjadi kajian dalam antropologi adalah bagaimana pengetahuan manusia digunakan untuk mempertahankan hidupnya. Misalnya, masyarakat biasanya memiliki pengetahuan akan astronomi tradisional, yakni perhitungan hari berdasarkan atas bulan atau benda-benda langit yang dianggap memberikan tandatanda bagi kehidupan manusia. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain alam sekitarnya (pranatamangsa, musim, sifat-sifat gejala alam, dan perbintangan digunakan untuk berburu, berladang, bertani, dan melaut); tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya; binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya; zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya; tubuh manusia; sifat-sifat dan tingkah laku manusia; ruang dan waktu.

  • Sistem religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Kajian antropologi dalam memahami unsur religi sebagai kebudayaan manusia tidak dapat dipisahkan dari religious emotion atau emosi keagamaan. Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang mendorongnya melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religius. Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsepsi benda-benda yang dianggap sakral dan profan dalam kehidupan manusia. Dalam sistem religi terdapat tiga unsur yang harus dipahami selain emosi keagamaan, yakni sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan umat yang menganut religi itu.

  • Kesenian

Penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat. Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

Wujud Kebudayaan

Seorang ahli antropologi A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide dan konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola.

J.J. Honigmann dalam bukunya yang berjudul “The World of Man” membedakan adanya tiga gejala kebudayaan yaitu :

  • Wujud ideal dari kebudayaan yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Letaknya ada didalam kepala atau dalam sebuah perkataan, dalam alam pikiran suatu masyarakat tertentu. Ide dan gagasan manusia banyak yang hidup bersama dalam suatu masyarakat dan memberikan jiwa pada masyarakat itu sendiri. Gagasan tersebut satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi suatu sistem.

Misalnya aturan tentang sopan santun terhadap orang yang lebih tua, peraturan perundang-undangan, dll.

  • Wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social system mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi , berhubungan, dan bergaul satu sama lain berdasarkan pola adat tata kelakuan masyarakat tertentu. Sistem sosial bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, dapat diteliti atau di observasi, difoto dan di dokumentasikan.
  • Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik yang berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto.

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soemardjan, Selo dan Soelaiman Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

https://blog.unnes.ac.id/diahlaeli10/

You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

Tinggalkan Balasan

XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

 
Lewat ke baris perkakas