20
Nov 15

Penanaman 5.000 Mangrove di Mangunharjo Semarang

Dalam rangka menandai peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-87, Dinas Kehutanan (Dinhut) Jateng melakukan penanaman 5.000 batang Mangrove, di rawa yang berada di kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang.

Penanaman Mangrove jenis bibit Rhizopora SP dengan peserta 250 orang anggota dari Kesemat Undip, Mahapala Unnes, dan warga. Kegiatan tersebut mengetengahkan tema “Revolusi mental untuk kebangkitan pemuda menuju aksi satu untuk bumi”. Continue reading →


18
Nov 15

Taman Teknologi Pertanian

Upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani dilakukan melalui berbagai program dan pendekatan. Dan itu tidak hanya dilakukan oleh satu kementerian. Hampir semua kementerian orientasi kegiatannya ditujukan pada peningkatan kesejehtaraan masyarakat.

Salah satu program yang dijalankan Kementerian Pertanian saat ini adalah pengembangan Taman Teknologi Pertanian (TTP). Ketika membaca taman, tentu pikiran kita mengarah pada suatu areal atau lokasi yang mengesankan adanya keindahan dan kenyamanan sehingga seringkali yang namanya taman menjadi ajang untuk istirahat, menghilangkan kepenatan. Dengan duduk-duduk di taman, rasanya kepenatan itu tergantkan oleh kenyamanan yang dirasakan di taman itu.

Continue reading →


18
Nov 15

Laut Sebagai Penyerap Karbon

gambar: www.tempatwisataid.com

gambar: www.tempatwisataid.com

Karbon dioksida (CO₂) merupakan salah satu gas rumah kaca, penyebab utama panas yang terjebak di atmosfer bumi sehingga menjadi pendorong utama perubahan iklim global. Pelepasan karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi tidak hanya berada di atmosfir, melainkan juga terbawa ke biosfer dan laut. Laut mampu menyerap CO₂ tersebut dan menyimpannya sebagai karbon dalam setiap komponennya, terutama pada tiga ekosistem yaitu bakau, rawa pasang surut dan lamun. Mereka menyimpan dan menyerap karbon, baik dalam badan tumbuhan maupun tanah atau sedimen tempat tumbuhnya.

Continue reading →


17
Nov 15

Pemulung – Sampah oh Sampah

Pemulung adalah pahlawan sampah dan selalu dipandang sebelah,setiap bicara sampah pemulung selalu disisihkan seolah pemulung adalah bagian dari sampah yang harus musnah.

Bicara sampah adalah bicara pemulung,sebab itulah fakta,walo dipandang sebelah,selalu dicurigai biang masalah,tanpa bantuan pemerintah Pemulung dengan rajin siang malam tidak peduli hujan selalu pilah sampah untuk dapat berkah dari sampah,

Berbusa busa para pakar,berbusa busa petinggi negara bicara sampah dengan habiskan anggaran melimpah,tapi hasilnya sampah tetap bermasalah dan selalu dipermasalahkan,bagi para elit sampah tidak lebih dari cara dapat jatah,selebihnya sampah tetap bikin gerah.

Untuk kesekian kalinya 70 tahun Indonesia merdeka kelola sampah saja masih bermasalah,ada bank sampah tapi belum berhasil benahi sampah secara keseluruhan,sebagai bentuk peran serta masyarakat Bank Sampah sangat bagus,jadi tugas bersama Ban Sampah makin besar.

Pemulung yang sudah terbukti dan teruji kelola sampah seharusnya bisa dilibatkan dan bersinergi dengan semua pihak agar sampah teratasi,bukan sekedar jadi komoditas politik bikin intrik untuk dapat duit dari sampah tapi sampah sendiri terbengkelai.

Soal sampah cuma membuktikan betapa tidak becusnya pengelola negara dalam kelola warga beserta lingkungannya,kompetensi pejabat publik,kompetensi birokrasi makin dipertanyakan,kok cuma urusi sampah saja tidak becus!!!!TERLALU!!!!kata bang haji Rhoma.

Mari berendah hati untuk mau belajar dari Pemulung, mereka Pahlawan Sampah,tanpa digaji tapi selalu dimaki,mereka tidak peduli demi sesuap nasi,terima kasih pemulung walo kau jarang jadi sorotan,jasamu nangani sampah terbaik didunia.karena berhasil membuat nilai tambah dari sampah.

16
Nov 15

Korupsi (Itu) Sampah

Jaman mahasiswa dahulu adalah hal yang absurd ketika kita tidak pernah “darmaji”, dahar lima ngakuna hiji, apalagi untuk anak-anak rantau yang ongkos transportasi pun dirapel dengan jatah apel. Tanpa disadari, kita telah berlaku koruptif, walaupun kecil-kecilan. Harus diakui, kata “walaupun” disini sering kali hadir sebagai sebagai sebuah laku permisif bahwa bila nominalnya sedikit maka serta merta tidak lagi merugikan orang lain. Buat masyarakat Indonesia, premis ini sepertinya telah mengakar budaya.

Bicara soal akar berarti bicara juga tentang bibit. Bibit-bibit korupsi, menakutkannya, sudah mulai dipupuk sejak dini. Yang paling kentara dan sering kali dianggap sepele adalah, ambil contoh, perilaku buang sampah sembarangan. Ketika anak kita atau saudara kita yang masih kecil tidak sengaja – atau sengaja – dengan enteng melempar bungkus snack ke sungai atau ke jalan seringkali kita biarkan atau mencari pembenaran. Continue reading →

Skip to toolbar