Selamat datang Plogging! Dan (mungkin) selamat tinggal blogging. Satu hal yang mungkin menjadi hal yang lumrah seiring perkembangan media informasi dan teknologi. Saat informasi menjadi kebutuhan dasar manusia era internet, informasipun sebaiknya lengkap. Dan saat weblog atau blog dirintis era 2000 saat dotcom turut dikembangkan di Silicon Valley, arus informasi bergerak cepat ke penjuru dunia.
Dan seiring cepat, luas, dan real-time informasi yang ada, chunking informasi pun dibutuhkan. Orang lebih senang berita yang cepat tersebar, hanya dengan 140 karakter. Serupa SMS, karakter Twitter mencoba mengadaptasi efektifitasnya. Facebook dengan post sederhana lebih dari 1.000 karakter pun tak jauh beda. Walau copas link di FB mungkin lebih sering dilakukan. Belum lagi aplikasi di smartphone dengan real-time chat plus emoji, meme, dan sticker membuat informasi semakin padat dan sedikit.
Namun tahukah Anda, era informasi pendek akan segera berakhir. Bukan berarti blogging akan kembali naik daun. Sadarkah Anda, fitur Notes yang selama ini di Facebook sudah diupgrade. Ada kostumasi tampilan. Notes baru pun berbeda fungsinya dengan post biasa. Hal ini untuk mendorong Anda untuk menulis lebih panjang. Dan menurut situs re/code, Twitter akan membuat fitur dimana Anda bisa men-twit lebih dari 140 karakter. Sebelumnya ada bulan Juni tahun ini, Twitter telah membuat lebih banyak karakter pada fitur DM (direct message).
Dan era Plogging pun diramalkan akan segera hadir.
Apa itu Plogging? Secara harfiah Plogging sendiri berasal dari dua kata, platform dan blogging. Platform sendiri adalah sebuah media dasar pengembangan, komputer, pemograman, dan aplikasi. Dalam konteks plogging, platform yang dimaksud adalah pengembangan aplikasi berbasis platform. Jadi, Facebook adalah platform sekaligus aplikasi. Aplikasi karena berfokus pada user. Ia juga platform pada sisi pengembangan social media. Blog atau weblog sendiri adalah fitur yang dibuat untuk mengisi konten sebuah web atau situs. Biasanya blog adalah fitur dimana Anda dapat menulis serupa program wordprocessing serupa diary yang di-post kronologis.
Sehingga, plogging adalah blogging yang dikembangkan pada aplikasi sosial media. Plogging muncul dikarenakan platform seperti Facebook dan Twitter tentu memiliki user yang potensial dalam mem-post sesuatu yang lebih panjang. Dengan kata lain, daripada perhatian pengguna internet beralih ke blog seperti Blogger atau WordPress, kenapa tidak tetap di aplikasi sosial media. Orang dapat membaca langusng di satu aplikasi seperti Facebook. Tanpa repot membuka link untuk dibuka aplikasi lain di smartphone mereka. Dan, mengalihkan perhatian pengguna internet tentunya mengundang pengiklan. Aliran uang pun akan mengalir ke platform serupa Twitter atau Facebook. Karena konten penulis tentunya akan lebih lengkap informasinya.
Plogging akan memungkinkan penulis atau blogger potensial beralih ke platform sosial media. karena tentu penulis atau blogger sekalipun ingin tulisannya dibaca lebih banyak orang. Dan tidak heran jika Anda mungkin sering mem-post link dari blog Anda di Facebook atau Twitter. Dan tidak banyak hits yang akan didapat. Karena user enggan membuka link baru. Sedang hal ini akan difasilitasi platform sosial media seperti Facebook atau Twitter. Cukup di satu tempat. Dengan hits yang juga banyak. Penulis mana yang tidak ingin menjangkau atau menginspirasi banyak orang hanya di satu platform.
Dan mungkinkah berakhir era blogging?
Belum tentu. Karena bagi mereka yang telah berkecimpung cukup lama di dunia blog, blogging tetap mengasyikkan. Terlepas dari apakah blog mereka sudah di-monetize atau sekadar berbagi ide, menulis panjang di platform seperti Facebook ada untung dan ruginya. Untungnya tentu akan lebih banyak pembaca. Ruginya adalah blog yang mereka punya akan sedikit hitsnya. Terutama bagi yang sudah mengkomersilkan blog, nilai hits tentunya sangat penting. Namun bagi yang memang ingin berbagi, dan konten tulisan mereka boleh dikopas secara bebas, plogging tentu menjadi alternatif lain. Walau kemungkinan blog mereka sendiri akan ditinggalkan.
Apa yang terjadi nantinya dengan Twitter atau Facebook tentunya berbeda dengan Medium. Ia adalah web serupa Blogspot dengan konten beragam. Namun tetap dalam bentuk tulisan yang panjang. Kebalikan dari aplikasi social media ingin menjadi plogging, Medium akan mengembangkan aplikasi sosial medianya. Dan berharap akan ada lebih banyak penulis konten yang lebih bermutu. Sehingga plogging ala Medium lebih berfokus pada penyebaran konten ala sosial media.
Apakah Kompasiana termasuk plogging? Jika menganalogi kasus Medium, sepertinya Kompasiana bergerak demikian. Walau tidak menjangkau worldwide user, Kompasiana dengan aplikasi mobilenya sudah memasuki ranah plogging. Dan apa yang Medium harapkan, sepertinya sudah diraih lebih dahulu oleh Kompasiana. Lihat saja ratusan konten di Kompasiana dari bermacam orang dan profesinya bersliweran. Dan tidak diragukan lagi, sudah banyak pula pengunjung konten Kompasiana, baik Kompasianer maupun non-Kompasianer. Dan karena Kompasiana, banyak juga blogger yang beralih menulis di Kompasiana. Mungkin contohnya seperti saya.
Dan era plogging pun akan datang. Blogging akan tetap ada, walau dengan marjin yang tidak banyak. Karena informasi yang lebih panjang tentu membuat platform serupa Twitter dan Facebook lebih berbobot. Konten yang bermutu tentunya mengundang banyak pembaca. Saat pembaca mulai banyak, iklan pun akan segera menjamur. Dan informasi atau konten akan terus berkembang di plogging.
Referensi: newsroom.facebook.com | kompasiana.com | recode.net | preen.enquirer.net | wired.com