Suatu pagi saya sedang berkunjung ke kantor jurusan dan melihat seorang mahasiswa semester akhir yang sepertinya sedang menunggu dosen pembimbing untuk melakukan bimbingan skripsi. Saat itu sekilas saya memikirkan proses mendapatkan gelar sarjana yang sungguh sangat tidak mudah. Seorang mahasiswa paling tidak membutuhkan 16 kali pertemuan dalam satu mata kuliah dengan jumlah mata kuliah 52 mata kuliah.
800 kali pertemuan bukanlah hal yang mudah dilewati. Perlu perjuangan keras, cucuran keringat melewati sistematika perkuliahan 16 kali tatap muka, tugas terstruktur dan tugas individu yang menggunakan banyak kertas. Jika rata-rata setiap pertemuan membutuhkan kurang 20 lembar kertas setiap pertemuan, Maka setiap sarjana paling tidak telah menghabiskan sekitar 20 x 800 pertemuan sebanyak 16.000 lembar kertas ditambah kesalah cetak, doodling, kesalahan pengerjaan tugas sehingga harus di ulangi sekitar 25 % dari total keselurahn kurang 20.000 lembar kertas. Kalau kertas ini ditumpuk mungkin saya hanya kebagian tempat tidur di kamar kos yang sempitnya minta ampun.
“Pertanyaan yang tersisa adalah dimanakah saya Kos?”,
Mungkin pertanyaan tersebut tidak layak dijawab dan juga tidak layak diajukan. 20.000 lembar kertas tentu saja berasal dari pohon yang diubah-ubah oleh-oleh pabrik-pabrik pembuat kertas. Sebuah situs pembuat kertas mengklaim efisiensi perbuantan kertas dari sebtang pohon dengan diameter 30 cm dan tinggi 18 meter mampu menghasilkan kertas putih sekotar 80.000 halaman dengan kata lain sebatang pohon usia 4 samapai 5 tahun mampu menciptkan 4 orang sarjana.
Data dari Dikti menyebutkan bahwa jumlah mahasiswa sekitar 7,164,599 mahasiswa dari perguran negeri dan swasta yang melaksanakan kuliah pada tahun 2016. Jika diasumkan bahwa 1/4 dari total ini meraih gelar sarjana setiap tahunya maka dunia pendidikan akan menghasilkan sekitar 1.790.000 dan telah menggunakan sebanyak 35.800.000.000 lembar kertas agar bisa sekedar mengundang keluarga di kampung untuk acara makan-makan atas kesuksesan menghabiskan banyak kertas, maaf, maksud saya gelar sarjana. Jumlah kertas tersebut berasal dari sekitar setengah juta batang pohon setiap tahunya. Setengah juta batang pohon setiap tahunya ditebang oleh mahasiswa dan mahasiswa teriak selamatkan pohon.
Data yang muncul dari tulisan memang tidak berasal dari data empirik yang dapa dipertanggungjwabkan secara statistik, namun angka 500.000 cukup rasional mengingat sebuah proses perkuliahan yang memang memang membutuhkan pengorbanan. Angka kebakaran hutan, penggundalan hutan semakin memeprburuk citra manusia terhadap alam.
Tentu kita sadari Pendidikan adalah hal yang sangat penting, Satu batang pohon berusia 4 sampai 5 tahun memang mampu membuat 4 orang meraih gelar sarjana, namun disaat bersamaan 1 batang pohon mampu untuk menyuplai oksigen kepada dua orang manusia apapun gelarnya atau bahkan tanpa gelar sama sekali. Satu batang pohon bisa menjadi rumah bagi 5 sampai 20 ekor burung, tempat bagi serangga dan alat resapan air paling alami yang pernah diciptakan. Penggunaan kertas tentu sebuah keharus dan tidak dapat di hindari namun jumlahnya dapat dikurangi.
Sama halnya dengan sebuah sistem perkuliahan yang baik memang membutuhkan kertas dan hal tersebut tidak dapat dihindari, namun jumlahnya dapat dikurangi. Teknolgi telah berkembang dan telah memungkinkan seorang dosen untuk membaca membaca karya mahasiswa tanpa menggunakan kertas. Mengurangi jumlah penggunaan kertas berarti membantu mahasiswa mengurangi jumlah pohon yang mereka “tebang”.
Mari Selamatkan Alam Kita!
Salam Konservasi!
rujukan: kompasiana.com