Kalimat Reduksi dan Ekspansi

  1. Kalimat Reduksi

Reduksi adalah suatu bentuk kalimat nonkanonik yang dimarkahi oleh pelesapan konstituen. Konstituen yang lesap adalah konstituen yang memiliki informasi lama (old information). Dilihat dari hirarkinya struktur secara sintaksis terdapat dua jenis pelesapan, yakni pelesapan frasa dan pelesapan klausa.

 

  • Reduksi Frasa
  1. Reduksi Frasa Nomina

Reduksi dapat terjadi pada level frasa, yakni adanya pelesapan konstituen inti pada level frasa sebagai bentuk kebermarkahan dari kalimat nonkanonik. Dalam reduksi ini, pada level frasa biasanya terjadi pelesapan frasa nomina. Pelesapan dalam frasa nomina terdiri atas dua jenis, yakni elipsis dan pro-form. Elipsis adalah penghilangan konstituen total pada informasi lama. Sebaliknya, pro-form menunjukkan tidak terjadi penghilangan total, tetapi yang terjadi adalah kebermarkahan frasa nomina dengan kata ganti (pronoun).

 

Contoh:

  • The girl sat down on the floor and Ө watched the TV.

FN

‘Gadis itu duduk di atas lantai itu dan Ө menonton TV.

  • My father said he would help you (pro-form).

FN

‘Ayah saya mengatakan bahwa dia akan membantu kamu’

Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Alat-Alat Sintaktis

Frasa, klausa, kalimat tidak secara tiba-tiba muncul tanpa adanya sarana yang menunjang terwujudnya satuan-satuan tersebut. Perangkat-perangkat yang menjadi sarana terwujudnya satuan-satuan disebut dengan alat sintaksis. Ada empat alat sintaksis, yaitu (1) urutan, (2) bentuk kata, (3) intonasi, dan (4) kata sarana atau kata tugas.

 

  1. Urutan

Bahasa itu penuh aturan, pola, dan keajekan. Dari beberapa kecenderungan yang dapat diamati, dapat disimpulkan bahwa kesetiaan terhadap aturan, pola, dam keajekan itu ada maksudnya. Aturan itu ada agar bahasa dapat tersaji secara nyawan, berwujud, ringkas, tetapi pesannya dapat dipahami dengan jelas (Poedjosoedarmo 1998:1). Di antara wujud aturan dalam bahasa adalah adanya urutan (urutan kata).

Dalam bahasa, urutan kata dapat berperan sebagai penentu makna gramatika. Urutan yang berbeda menyebabkan satuan itu gramatik atau tidak, terasa nyaman didengar atau tidak, dan kudah dipahami atau tidak. Di samping itu, urutan kata juga berpotensi sebagai pembentuk variasi kalimat. Kenyataan ini dapat diamati dalam kalimat-kalimat berikut. Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , , | Leave a comment

Pendidik Profesional

Pendidikan merupakan bangunan utama dalam sebuah peradaban. Menjadi orang yang terlibat dalam konstruksi pendidikan, bukanlah sesuatu yang dianggap remeh. Kualitas pendidikan dapat mencerminkan kualitas sebuah peradaban. Dengan demikian, guru yang berkualitas adalah salah satu faktor penyempurna kualitas pendidikan.

Pada Permendiknas No. 16 Tahun 2007 menjelaskan bahwa pendidik sebagai agen pembelajaran harus memiliki empat kompetensi, yaitu pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dengan kata lain, pendidik tidak hanya dituntut untuk kompeten dalam bidang keilmuannya saja, tetapi juga harus kompeten dalam aspek pedagogik, kepribadian, dan sosial. Pendidik yang menguasai materi yang akan diajarkan misalnya, belum dikatakan kompeten bila tidak memiliki kompetensi sosial, dan begitu juga sebaliknya. Sehingga, keempat kompetensi tersebut harus dimiliki oleh pendidik secara integral untuk bisa dikatakan memenuhi kriteria sebagai pendidik.

Merujuk pada Peraturan Pemerintah tersebut dapat dipahami bahwa menjadi pendidik bukanlah tugas yang mudah. Dengan demikian, pantaslah jika dikatakan bahwa tugas sebagai pendidik merupakan tugas yang mulia. Sehingga, untuk dapat dikatakan sebagai pendidik, seseorang harus memenuhi berbagai kriteria yang telah ditetapkan, di mana semua kriteria-kriteria tersebut bermuara pada satu hal yaitu “kemuliaan”.

Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged , | Leave a comment

Landasan Kependidikan

Hakikat Manusia Indonesia

Manusia Indonesia tidak pernah hidup sendiri, tapi selalu hidup dalam kesatuan dengan manusia lain. Kesatuan terkecil adalah keluarga yang mana individu manusia selalu berada dalam perbedaan dan kesatuan. Meskipun dilahirkan oleh ayah dan ibu yang sama para anggota keluarga selalu berbeda satu sama lain, bahkan yang kembar. Berbeda dalam umur, dalam jenis kelamin, berbeda dalam sifat. Namun individu anggota keluarga yang berbeda itu juga ada dalam kesatuan karena mereka semua secara alamiah berkepentingan dengan keadaan keluarga yang baik. Itu berarti bahwa manusia hidup dalam perbedaan dan kesatuan sekaligus.

Konsep manusia Indonesia  seutuhnya dikembangkan atas pandangan hidup bangsa Indonesia yakni pancasila, yang menganut paham integralistik disesuaikan dengan struktur sosial masyarakat yang berbhinneka tunggal ika. Dengan pandangan hidup pancasila, pengembangan manusia Indonesia seutuhnya diusahakan agar hidup selaras, serasi, dan seimbang dalam konteks hubungan manusia dengan ruang lingkupnya.

Menurut Suwarno (1993:112) rumusan subjektivikasi subjektif atau kelayakan moral pancasila dalam hubungannya dengan hakikat manusia Indonesia meliputi kelima sila dalam pancasila. Sila pertama menggambarkan hakikat manusia Indonesia yang merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang harus menaati perintah-Nya. Sila kedua berisi hakikat manusia yang memiliki sifat-sifat dan keadaan-keadaan berperikemanusiaan yang berkeadilan dan berperikeadaban. Sila ketiga menerangkan hakikat manusia Indonesia sebagai makhluk yang memiliki sifat-sifat berperikesatuan dengan inti peri kebangsaan. Hakikat manusia Indonesia pada sila keempat yakni sebagai rakyat Indonesia yang menghargai hak-hak asasi manusia. Pada sila kelima, hakikat manusia Indonesia yakni sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

Nguri-uri Budaya Melalui Museum Desa

Screenshot_2016-04-07-08-26-46-1

Pada hari Minggu, 4 Agustus 2013, saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Dermaji merupakan sebuah desa yang terletak di Kabupaten Banyumas bagian barat. Saya mendapatkan informasi tentang desa tersebut dari internet dan komunitas Blogger Banyumas. Saya merasa sangat senang, sebab jarang sekali ada pemerintah desa atau warga yang berinisiatif untuk mengabadikan dan menuliskan tradisi yang masih dijalaninya dalam bentukwebsite desa yakni https://dermaji.desa.id.

Mulanya, saya yang notabene masih berstatus menjadi mahasiswa mendapat tugas dari dosen saya untuk mencari informasi tentang tradisi lisan yang masih berkembang di Kabupaten Banyumas. Banyumas merupakan salah satu daerah yang sangat kaya akan budaya. Warga Banyumas memiliki keunikan identitas kultural berupa cablaka dan blakasuta yang berarti tindakan yang tanpa ditutup-tutupi. Identitas kultural itu tercermin dalam berbagai tradisi yang berkembang di Banyumas. Menurut saya, akan sangat sia-sia jika Banyumas yang sangat “kaya” itu kemudian kehilangan identitasnya karena tak ada upaya untuk melestarikannya.

Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

Sastrasiswa.com : Sebuah Gagasan Pengembangan Laman Penerbitan Mandiri untuk Meningkatkan Minat Menulis Karya Sastra bagi Siswa #2

Pembelajaran sastra yang diselenggarakan di sekolah-sekolah hingga saat ini dianggap masih belum menyentuh substansi serta mampu mengusung misi utamanya, yakni memberikan pengalaman bersastra (apresiasi dan ekspresi) kepada para siswa. Akibatnya, seperti kerap dilaporkan dalam berbagai penelitian bahwa capaian pembelajaran sastra senantiasa berujung pada kata ‘memprihatinkan’. Jika meminjam istilah sastrawan Taufik Ismail, akibat ketidaksungguhan dunia pendidikan kita dalam menyelenggarakan pembelajaran sastra telah menjadikan para siswa kita mengalami ‘rabun sastra’.

Ketidaktercapaian pembelajaran sastra yang diselenggarakan di berbagai sekolah disebabkan oleh beberapa faktor. Ada beberapa faktor penyebab kegagalan pembelajaran sastra, salah satunya adalah faktor siswa. Adapun  hal-hal yang diduga keras menjadi penyebabnya, yakni rendahnya minat baca siswa terhadap karya sastra, kurangnya pemahaman tentang sastra, dan kurangnya kesadaran tentang pentingnya bersastra. Akibat faktor-faktor tersebut, minat siswa dalam menghasilkan karya sastra pun masih tergolong rendah.

Alih-alih belajar sastra, dewasa ini fenomena tentang kecintaan anak muda terhadap bahasa Indonesia pun kerap diperbincangkan. Permasalahan yang terjadi adalah banyak di antara mereka lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia. Padahal dengan mencintai sastra Indonesia, otomatis kecintaan terhadap bahasa Indonesia pun semakin bertambah. Hal tersebut dapat terjadi karena kaitan antara sastra dan bahasa sangat erat walaupun seperti dua sisi mata koin.

Continue reading

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment